-->

Peluncuran Buku SBY di Tengah Bencana

Peluncuran buku ‘Selalu Ada Pilihan’ karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada hari Jumat, 17 Januari 2014 yang lalu di Jakarta Convention Center (JCC), dinilai oleh banyak kalangan kurang tepat. Anggota Komisi III DPR RI,  Bambang Soesatyo (Bamsat), di Jakarta, Sabtu (18/1) menilai momentum peluncuran buku tersebut tidak bijak.

Disaat rakyat di sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan gunung meletus, Presiden kita merayakan peluncuran bukunya yang dihadiri sejumlah pejabat tinggi Negara, anggota DPR, serta sejumlah tokoh dari berbagai profesi.

Padahal, pada hari tersebut, rakyatnya di sejumlah wilayah di Jakarta hingga Manado di Sulawesi Utara dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sedang berjuang mengatasi sejumlah persoalan akibat banjir.

Sementara rakyatnya di Kabupaten Karo, Sumut, harus berupaya membebaskan diri dari siraman abu Gunung Sinabung. Presiden kita tidak menunjukkan keprihatinan dan simpati kepada rakyatnya sendiri yang sedang dirundung malang.

Apa yang dilakukan pemimpin negeri ini sangat berbeda sekali dengan apa yang dilakukan oleh pemimpin kaum muslimin, amirul mukminin Umar Bin Khaththab. Keteladanan Umar bin Khaththab sebagai pemimpin mestinya patut ditiru, beliau adalah orang yang terakhir kali bisa makan dan beristirahat setelah yakin  rakyatnya sudah  terjamin kesejahteraannya.

Related

Beliau  sangat zuhud terhadap keduniawian dan itu diberlakukannya pada keluarganya. Umar bin Khaththab Radiyallahu anhu sangat terkenal dengan pengawasan terhadap rakyatnya. Bahkan dalam sebuah riwayat, beliau sering berkeliling di tengah malam untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Kekhawatiran beliau terhadap kondisi rakyatnya ini lahir dari keimanannya yang kuat kepada Allah, yang sangat takut akan hari penghisaban kelak.

Keteladanan sebagai pemimpin mestinya juga patut ditiru dari seorang Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang paling disenangi rakyatnya. Banyak ahli sejarah menjulukinya dengan Khulafaur Rasyidin kelima. Saat menjadi khalifah, Umar pernah mengambil paksa harta yang dimanfaatkan keluarga khalifah karena melakukan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dan menyerahkannya ke baitulmal.

Umar bin Abdul Aziz juga pernah membuat kebijakan menghapus pegawai pribadi bagi khalifah, karena kesederhanaan beliaulah hal tersebut dilakukan. Tidak seperti pemimpin sekarang, yang selalu minta dilayani. Bahkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin sekarang membebani rakyatpun tidak peduli.

Umar bin Abdul Aziz menekankan terjalinnya kedekatan hubungan antara pejabat dan rakyat. Sehingga terjalin rasa persaudaraan, mungkin istilahnya ‘membumi’. Umar bin Abdul Aziz juga berhasil menciptakan kemakmuran.

Hal itu tergambar dari sulitnya mencari penerima zakat sehingga harta negara yang berasal dari zakat sampai menggunung. Bagaimana dengan nasib rakyat sekarang? Kondisi seperti masa Umar bin abdul Aziz seperti hal yang mustahil terjadi sekarang. Yang ada malah rakyat berdesak-desakan mencari zakat bahkan sampai harus ada korban yang meninggal. Kenapa? Karena rakyat tidak ada yang menjamin kesejahteraannya.

Menariknya dari seorang Umar Bin Abdul Aziz adalah, meskipun rakyat hidup makmur, Umar tetap hidup sederhana. Ia pernah membuat petugas protokoler terkejut. Pasalnya, Umar menolak kendaraan dinas karena lebih memilih binatang tunggangan miliknya sendiri.

Kontras sekali dengan para pemimpin sekarang, sudahlah diberi tunjangan rumah, mobil mewah, kesehatan, dll, tetapi masih dirasa kurang dan masih melakukan kecurangan dengan korupsi.

padahal pemimpin itu adalah pelayan bagi rakyatnya. Sebagaimana yang disabdakan Baginda Rasulullah SAW :
“Imam/Pemimpin adalah pelayan/pengurus dan ia bertanggungjawab terhadap rakyat yang diurusnya”. (H.R Muslim dan Ahmad)

Hadits di atas menunjukkan bahwa semua hal yang berhubungan dengan pemeliharaan berbagai urusan rakyat adalah tanggung jawab pemimpin. Bencana alam berupa banjir dan gunung meletus semestinya segera ditangani oleh pemimpin, bukan malah asyik merayakan peluncuran buku di tengah suasana keprihatinan yang menimpa rakyatnya.

Apa hujjah yang akan disampaikannya di hadapan Allah pada hari penghisaban kelak? Apakah peluncuran bukunya tersebut bisa menyelesaikan masalah bangsa? Apa manfaat buku tersebut untuk rakyat? Sungguh, pemimpin negeri ini tidak memiliki kepedulian terhadap kondisi publik.

Inilah karakter pemimpin kapitalis yang tidak bertanggungjawab dan tidak empati terhadap kondisi rakyat. Yang sering dilakukannya adalah curhat, politik pencitraan. Politik pencitraan yang dilakukannya sama sekali tidak memberi manfaat apapun bagi rakyat.

Oleh : Lilis Holisah,
Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma’had Al-Abqary Serang-Banten, Member Belajar Nulis (BN 0020)
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Peluncuran Buku SBY di Tengah Bencana"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close