LGBT dalam Perjalanan Sejarah (2-Habis)
Bahasan Utama
LGBT di Sekitar Kita Jumat 22 Zulhijjah 1435 / 17 October 2014 16:30
Related
LGBT pada masa kini sering dipamerkan oleh warga-warga Barat. Bahkan, telah ada negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis, atas dasar hak asasi manusia. Meskipun sebenarnya agama kristen apalagi Islam melarang hal tersebut.
Sejarah Keberadaan LGBT di Barat
Dalam sejarahnya di masa lalu, keberadaan kaum LGBT di Barat (Eropa) bukan hanya dilarang oleh masyarakat dan institusi agama, tetapi juga dilarang secara hukum dan di kriminalkan oleh negara. Dengan dasar pembenaran atau interpretasi dari teks Injil atau ajaran kristiani (kisah Sodom dan Gomora), kaum lesbian dianggap sebagai kaum yang berdosa dan dikutuk oleh Tuhan sehingga harus dimusnahkan.
Pada tahun 1960-an kaum LGBT (hampir seluruh Eropa) secara tegas menuntut kesamaan hak dengan warga negara lainnya tanpa membedakan orientasi seksualnya. Di Amsterdam, pada tanggal 4 Mei 1970 Aksi Kelompok gay Muda Amsterdam (Amsterdamse Jongeren Aktiegroep Homoseksualiteit) melakukan aksi peringatan nasional untuk para korban meninggal akibat kekerasan yang dialami korban homoseksual. Peringatan ini dilakukan di Bundaran Dam namun polisi membubarkan aksi ini dan menangkap beberapa aktivis dengan tuduhan telah mengganggu ketertiban umum.
Pada bulan Mei 1979, dicetuskan dari ide anggota Center for Culture and Recreation sebuah organisasi lesbian yang didirikan pertama kali di Amsterdam tahun 1946 untuk mendirikan sebuah monument peringatan bagi kaum homoseksual yang bekerja sama dengan kelompok gay dari Partai Sosialist Pasifist (The Gay Group of The Pasifist Socialist Party). Ide ini mendapat dukungan dari kelompok gay dan lesbian, baik dari individu maupun kelompok yang terdiri dari 7152 group lesbian dan gay juga dukungan dan antusiasme dari dunia internasional.
Untuk merealisasikannya, dilakukan pencarian dana dengan membentuk Komite Pencarian Dana (Fund Raising Committee) yang beranggotakan para aktivis gay dan lesbian, politisi, seniman dan aktivis keagamaan.
Setelah delapan tahun menggalang dana, dana yang terkumpul sebesar 180.000 Euro. Dana tersebut diperoleh dari sumbangan individu, organisasi lesbian dan gay, serta kegiatan-kegiatan seperti festival-festival. Serta sumbangan dari Parlemen Belanda sebesar 45.500 Euro ketika kontruksi monument sudah mulai dipasang, bahkan Perdana Menteri pun memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pembangunan monument ini.
Fenomena LGBT ini membuat miris. Semoga kita mampu menjaga diri dan orang di sekitar kita agar terhindar dari azab Allah SWT. Naudzubillah. [ds/islampos/wikipwdia, elib, daulah islam]
Redaktur: Dini Sri Mulyati
0 Response to "LGBT dalam Perjalanan Sejarah (2-Habis)"
Post a Comment