-->

Soneta ‘A’ buat Penguasa

banner yusuf2 Soneta ‘A’ buat Penguasa


FRASE ‘amnesia sejarah’ sebenarnya sering dilekatkan pada bangsa kita. Berulang-ulang lakukan kekeliruan sehingga jatuh di lubang yang sama. Sayangnya, banyak yang tidak merasa, bahkan seolah sudah mengantisipasi hadirnya bencana kedua atau ketiga.


Dua periode lalu kepemimpinan negeri ini dipegang pada para peduli citra. Sayang, banyak yang tidak mampu membedakan mana realitas nyata, mana realitas semu nan fana. Yang nyata dianggap bahaya; yang semua justru dipandang kagum penuh pesona. Duli citra dianggap biasa bahkan niscaya. Konon, untuk kepentingan kita, selaku rakyat penguasa.

Related


Saat ini, simulasi simbol, tanda, makna, dan fakta begitu deras adanya. Simbol dan tanda dipakai semena-mena, tapi kadung disebut kehebatan penguasa oleh barisan pemuja. Tidak boleh ada aib dan nista pada dia yang berkuasa di kursi pertama bangsa. Yang ada silap dan kekeliruan kita, rakyat awam yang hanya pandai menerka (katanya).


Citra-citra semu sejatinya sudah betebaran di mana-mana dari Istana. Banyak yang terpesona sepenuh jiwa. Kagum bahkan haru meneteskan airmata bukan buaya. Yang menangis tahunya bakal ada revolusi mental sebagai penyambung asa. Asa baru hadirnya kemajuan bangsa tercinta. Terlebih lagi media-media berjibaku dalam bayaran menggila untuk menuliskannya bak cerita tanpa dusta.


Celakanya, kita para rakyat banyak yang terguling murkan. Menyangka ini dan itu pada taktik penguasa. Mulai memilh menteri hingga sosok Ibu yang ada di Jalan Teuku Umar sana. Menyimpatilah kubu lawan pada amarah dari Batak hingga Papua. Seolah amunisi mengkritik perilaku pendukung penguasa.


Padahal, menteri satu disimulasi demi menutupkan seratus juta pasang mata di Indonesia. Atas potensi bencana korup di tindakan menteri pilihan presiden kita. Sayang, semua ribut pada udud dan tato satwa. Ini penting, tapi segeralah fokus pada menteri jahat penguras APBN kita. Pelindung penjarah harta negara di masa Ibu berkuasa.


Jangan pula heboh dengan berbedanya media-media penabuh sembah pada penguasa. Soal kecewa mereka dalam berbagi kursi idaman, bukanlah urusan kita. Atau kontrak pencitraan sudah purna. Itu buang waktu kala kita bahas bercerita. Jangan kaget bila semuanya hanya bermain drama. Ada yang mengatur semuanya bernama sutradara demi revulusi mental bangsa.


Jadi, lebih baik berhati-hatilah bicara. Para penggila di sekeliling penguasa sudah tidak pandang nurani bila ingin mencari muka. Tukang sate hari ini dibawa, siapa sangka esok giliran kita? Maka, lebih baik sayangi penguasa dengan doa. Agar tidak lagi bertuhan dengan dana kurawa dari luar sana ataukah citra yang terus dijaga. Kasihan dia bila hanya jadi boneka. Dan yang malu semua rakyat Indonesia. Baik yang memujanya ataupun menyinisinya sejak lama. []


Redaktur: Saad Saefullah


Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Soneta ‘A’ buat Penguasa"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close