Saya Pengemis Cinta
Salah satu cara untuk meningkatkan derajat dan mempercepat kesuksesan adalah bergaul dengan orang hebat. Apakah itu mudah? Jawabnya, tergantung. Dulu, bagi saya yang berlatar belakang keluarga miskin, dari kampung, tidak punya keahlian khusus ternyata sangatlah sulit bergabung ke lingkungan itu.
Saya pernah menjadi “pengemis cinta” selalu mencari perhatian dan berusaha agar diajak ke lingkungan mereka. Hasilnya? Dicuekin, dikacangin, dipandang sebelah mata, kehadiran saya tidak dianggap oleh mereka. Saya terus berusaha lagi untuk bisa bergabung dengan mereka, hasilnya sama saja, tidak ada kemajuan. Sakitnya tuch disini… Sambil menunjuk ke dada.
Akhirnya, saya sadar diri. Saya tidak mau menjadi pengemis cinta kepada sesama manusia, karena itu benar-benar menyiksa. Maka saya salurkan mental pengemis cinta itu kepada Sang Maha dan kekasih-Nya. Di kala orang terlelap, saya berusaha bangun untuk mengemis cinta kepada-Nya. Saya menangis sepuas-puasnya, saya mengemis sehina-hinanya.
Tidak hanya itu, dikala saya sedang bahagia dan pada puncak semangat kerja yang luar biasa. Saya berhenti sejenak untuk mengemis cinta kepada-Nya. Tidak puas dengan itu, di kala saya jenuh, lelah, sepi dan mengalami demotivasi saya semakin menggila untuk mengemis cinta kepada-Nya.
Bukan hanya itu, saya juga berusaha mengemis cinta kepada kekasih-Nya yang paling utama, Muhammad SAW. Bahkan hampir setiap hari saya mengemis cinta kepada-Nya agar kelak saya bisa memeluk kekasih-Nya, mencium tangannya dan tentu bersamanya di surga.
Saat rindu saya membuncah kepada sang kekasih, saya hanya bisa bersenandung ,”Ya nabi salam, ‘alaika. Ya rosul salam, salam ‘alaika. Ya habib salam ‘alaika, sholawatullah ‘alaika.” Saya tidak tahu, apakah cinta saya bersambut atau tidak. Namun, saat mengemis cinta kepada-Nya ada kenikmatan, ada kepuasan. Dan tentu saya bisa berkata, “Bahagianya tuch, disini.” Sambil menunjuk ke dada…
Dampak lainnya, entah dorongan energi dan kekuatan dari mana, orang-orang hebat lain yang saya kenal akhirnya datang mendekat. Saya bisa bersahabat dengan mereka. Saya bisa datang ke rumahnya. Mereka datang ke rumah saya. Mereka siap menjadi mentor dan pendamping bagi keberhasilan anak-anak saya. Bahkan, diantara mereka ada yang seperti saudara kandung saya.
Saran saya, jauhilah menjadi pengemis cinta kepada sesama. Namun demikian jangan tanggalkan profesi Anda sebagai pengemis cinta. Jadilah pengemis cinta yang bermartabat, punya harga diri dan jauh dari kehinaan. Semua itu terjadi apabila Anda menjadi pengemis cinta kepada penguasa semesta.
Mari kita berlomba menjadi pengemis cinta di tahun 2015, sembari terus berharap agar cinta kita kepada-Nya tidak bertepuk sebelah tangan.
Ya Allah, saya benar-benar mencintai-Mu. Saya pun mencintai kekasih-Mu, Muhammad SAW. Terimalah cintaku… Terimalah cintaku… Terimalah cintaku…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
0 Response to "Saya Pengemis Cinta"
Post a Comment