-->

PENINDAS BUKAN PENCINTA ALAM

Keterangan Foto (dari kiri): Muhammad Indra Themmy (54), Adam Mohammad Khomsyah (22), Dedi Saptaiji (56), dan Purwa Alam Dirja (27) berfoto bersama di Puncak Gunung Ciremai, Ahad (22/1/2017).
Foto : Dokumentasi Misi Royatul Islam

Dakwah Media - Masih terasa pilu dalam kenangan, bagaimana tragedi yang terjadi pada tiga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) setelah mengikuti Diklatsar The Grand Camping yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UII.

Muhammad Fadhli, Syaits Asyam, dan Ilham Nurfadmi Listia Adi telah melakukan perjalanannya yang terakhir. Alam telah memanggil mereka dan lebih mencintai mereka ketimbang para senior "gagah berani" yang dengan hebatnya menganiaya adik-adiknya sendiri. Para senior "gagah berani" itu pun ternyata tidak "gagah" lagi ketika mesti tertunduk di depan kamera wartawan dan menggunakan baju tahanan.

Sementara mereka bertiga, akan selamanya dikenang dan dirindukan. Kezhaliman yang mereka alami, semoga menjadi penggugur dosa bagi ketiganya dan ujian kesabaran bagi kerabat dan sahabat yang mencintai mereka. Aaamiinnn.

Related


Pilih Persahabatan Sampai Mati Atau Perpeloncoan Sampai Mati ?

Kesetiakawanan dan persahabatan mengagumkan telah diperlihatkan oleh para pendahulu, yakni di masa Umat Islam mesti berperang hanya untuk menghancurkan musuh Allah yang menghalangi tersebarnya Islam di muka bumi.

Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr.

Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu.

Dalam versi lain perawi menceritakan,

“Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka ia pun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa’ad menyebutkan Iyas bin Abi Rabi’ah sebagai ganti Suhail bin Amr)

Dua hari sebelum kepergian Ilham Nurfadmi Listia Adi, yakni Ahad 22 Januari 2017, di tempat lain, sebanyak 36 pendaki muslim menginjakan kakinya di Puncak Tertinggi Jawa Barat, Ciremai 3.078 mdpl. Mereka bukanlah komunitas pencinta alam, terlebih lagi peserta diklatsar. Mereka hanya orang biasa dengan motivasi luar biasa. Dengan motivasi luar biasa tersebut, seluruh peserta pendakian, sebanyak 36 orang, berhasil meraih bonus, yakni Puncak Tertinggi Jawa Barat. Yang lebih utama, seluruhnya pulang dalam kondisi selamat.

Di antara ke-36 pendaki tersebut, terdapat 4 peserta luar biasa yang juga mampu mencapai puncak dan kembali dengan selamat. Mereka adalah Dedi Saptaiji (56), Muhammad Indra Themmy (54), Dadan Hendarsah (50), dan Ilham Zairi (15).

Salah satu di antara keempat orang tersebut, Themmy, memiliki riwayat penyakit hernia. Meski demikian, dengan waktu hanya 16 hari, ia membuktikan latihan dan motivasi yang ia miliki bisa menaklukan dirinya sendiri dan ia berhasil mencapai Puncak Ciremai.

Pertanyaannya, apa yang dilakukan Themmy selama 16 hari? Apakah fisik dan motivasinya berasal dari jenis diklatsar yang penuh dengan kezhaliman dan pembodohan?

Cerita luar biasa lainnya masih berasal dari ke-36 orang tersebut. Dengan rasa kesetiakawanan tinggi, Khusnan Riyadin (29) dan Tachta Rizqi Yuandri (31) menyelamatkan rekannya, Dadan Hamdan (33) yang sempat tersesat di Jalur Linggarjati. Keduanya menempuh perjalanan selama 3,5 jam. Mereka berdua menuruni jalur pendakian dari Pos Bapa Tere menuju Pos Seruni dan kembali lagi membawa rekan mereka dari Pos Seruni ke Pos Bapa Tere. Semua hal itu dilakukan dalam kondisi gelap dan hujan deras, dari 21.00 WIB hingga 00.30 WIB pada Sabtu 21 Januari 2017 hingga Ahad 22 Januari 2016 dini hari.

Selama proses evakuasi, Khusnan, rela membawakan carrier milik Dadan yang beratnya tidak kurang dari 10 kg. Adapun Tachta membantu membawa barang yang lebih kecil, karena kemampuan fisiknya di bawah Khusnan.

Dari mana Khusnan dan Tachta mendapatkan rasa kesetiakawanan yang begitu tinggi? Apakah dengan mengikuti diklatsar yang penuh penganiayaan? Apakah dengan mengikuti perpeloncoan yang dilakukan seniornya?

Menjadi seorang Muslim yang paham akan Islam, sudah lebih dari cukup untuk menjadikan seseorang menjadi pencinta alam. Latihan fisik, memotivasi diri, kesetiakawanan tinggi, kerja sama, ketaatan pada pemimpin, keterampilan bertahan hidup, bersahabat dengan alam, merupakan hal yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam.

Selama persiapan sejak awal Januari 2017, Themmy dilatih dan dimotivasi oleh salah satu anggota Muslim Adventurer Community (MAC), yakni Tachta. Metode yang dilakukan hanya dua hal, pertama menjaga niat bahwa pendakian yang dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah. Kedua, mengoptimalkan persiapan fisik secara logis dan sistematis. Sebab, dalam ajaran Islam, mempersiapkan secara maksimal segala hal yang berkaitan dengan tujuan merupakan hal yang wajib dilakukan.

Suasana akrab dan bersahabat menumbuhkan semangat dalam latihan. Secara alami, kesetiakawanan muncul dengan sendirinya, tanpa harus dipaksakan menggunakan metode kekerasan.

Berkali-kali pria yang akrab disapa Bang Themmy tersebut bertanya pada  Tachta, apakah dirinya sanggup dan layak mencapai Puncak Ciremai. Tachta hanya menjawab, jaga niat untuk ibadah dan konsisten berlatih. Jika kedua hal tersebut sudah dilakukan, maka tinggal berusaha maksimal dalam pendakian dan selalu berharap Pertolongan Allah.

Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedu­dukanmu. (TQS Muhammad : 7)

Khusnan terdorong untuk menyelamatkan Dadan juga karena dorongan kesetiakawanan. Banyak dalil dalam ajaran Islam yang mengajarkan dan memerintahkan sesama Muslim untuk saling peduli.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya. (HR Muslim)

Cukup Islam, Bukan Yang Lain

Oleh karena itu, sebagai Muslim, apapun cita-cita yang hendak diraih dalam kehidupan, Islam telah menyediakan jalannya. Termasuk dalam hal ini, menjadi seorang pencinta alam.

Pada buku karya Muhammad Husain Abdullah yang berjudul Studi Dasar Dasar Pemikiran Islam, Islam telah memberikan aturan berkenaan dengan penjagaan terhadap lingkungan, diantaranya adalah:

1. Tidak boleh melakukan kerusakan terhadap segala sesuatu sesudah ada perbaikan.

Allah swt berfirman :
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
(TQS Al A’raaf : 56)

2. Tidak boleh melakukan pencemaran lingkungan dengan kotoran manusia.

Rasulullah saw bersabda :
Berhati-hatilah kepada dua orang terlaknat (al laa’inayn)”. Sahabat bertanya, “Siapakah dua orang terlaknat itu”. Rasul menjawab, “Yakni orang-orang yang membuang kotoran di jalan yang dilalui orang dan menzhalimi mereka. Dalam hal ini, Rasul menyebut mereka sebagai laa’inayn karena perbuatan mereka menyebabkan orang yang melakukannya mendapat laknat (kecaman).

Rasulullah saw bersabda :
Janganlah siapapun kencing di dalam air yang tidak mengalir (al-maa-ud daa-im) kemudian ia berwudhu dengannya. (HR Bukhari)

3. Islam melarang penebangan pohon secara sia-sia.

Rasulullah saw bersabda :
Siapa saja yang memotong pohon bidara (lotus jujube-inggris, penerj.) yang ada di atas tanah lapang—yang sering digunakan sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabiil) ataupun binatang-binatang— secara sia-sia dan penuh kezhaliman tanpa alasan yang benar maka Allah akan menaruh api neraka di atas kepalanya. (HR Bukhari)

4. Islam mendorong untuk menyuburkan tanah dengan cara ditanami, atau menyitanya (tanah pertanian tersebut) dari siapa saja yang tidak menanaminya.

Rasulullah saw bersabda:
Barang siapa yang memiliki tanah, maka hendaklah ia menanaminya atau diberikan kepada saudaranya. 

Sabda Beliau saw lagi:
Tidaklah seorang muslim menanam sesuatu lantas tanaman itu dimakan orang lain, burung, ataupun binatang-binatang lain kecuali hal itu menjadi sedekah baginya.

5. Islam mendorong untuk menyayangi binatang.

Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya seseorang telah melihat seekor anjing yang sedang kehausan, kemudian ia melepaskan sepatunya untuk menciduk air untuk diminumkan ke anjing itu. Maka Allah memuji orang itu dan memasukkannya ke dalam syurga.

Berkenaan dengan orang yang mengambil anak burung, beliau bersabda:
Siapa yang membuat cemas (induk) yang melahirkan anak burung ini? Kembalikanlah ia kepada induknya!

Seorang wanita dapat masuk neraka hanya karena soal kucing yang dipeliharanya tapi tidak diberinya makan dan juga tidak mencegahnya tatkala kucing itu memakan tanah yang kotor.

6. Islam mewanti-wanti dalam persoalan api dan hal-hal yang dibakar dengan api.

Rasul saw bersabda:
Jangan kalian membiarkan api menyala di rumah kalian sedang kalian akan tidur. (HR Muttafaq ‘alayh)

7. Islam menganjurkan untuk berobat. Hal ini dilakukan demi menjaga kesehatan. Islam pun menganjurkan untuk memperbanyak keturunan.

Rasulullah saw bersabda:
Berobatlah kalian, wahai para hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan juga obatnya.

Beliau juga bersabda:
Wahai para syabaab (pemuda) barang siapa di antara kalian yang sudah mampu maka menikahlah…

8. Islam memerintahkan untuk menyingkirkan hal-hal yang mengganggu dari tempat-tempat umum seperti jalan dan tanah lapang.

Beliau bersabda:
Ketika seseorang berjalan di sebuah jalan, lantas ia menjumpai ranting pohon berduri kemudian ia mengambilnya maka niscaya Allah akan memujinya dan mengampuninya.

Sabda Beliau pula:
Singkirkanlah gangguan dari jalanan.

Berpijak pada seluruh penjelasan di atas, maka siapapun orangnya, dalam hal ini yang ingin menjadi pencinta alam, jadilah pencinta alam yang sesuai dengan ajaran Islam. Jadilah seorang muslim tangguh yang dapat bertahan karena bersahabat dengan alam, jadilah seorang muslim setiakawan yang dapat memberikan pertolongan pada sesama.

Lahirnya pecinta alam Muslim, lahirnya pasukan Islam yang menang dalam berbagai pertempuran, tidak dihasilkan dari metode penindasan konyol dan sok jagoan ala rekrutmen gaya geng motor.

Kegemilangan Khalid Bin Walid mengobrak abrik fisik dan mental 200.000 pasukan Romawi dengan hanya 3.000 pasukan Islam pada Perang Mu'tah bukan hasil dari pendidikan perpeloncoan. Hancur leburnya kekuatan 1.000 pasukan Musyrikin dengan 313 personil pasukan Islam pada Perang Badar, bukan hasil dari pendidikan konyol dan pembodohan.

Mereka menjadikan Islam sebagai mabda, menjadikan Rasulullah saw sebagai uswah, dan menjadikan Allah swt sebagai penolong dan sumber kekuatan. Ketika pertolongan Allah tiba, maka pasukan manapun akan ditundukan-Nya dan gunung mana pun akan ditaklukan-Nya untuk hamba-Nya.

Oleh : Abu Nusaibah Royatul Islam *

* Penulis adalah salah satu pendiri Muslim Adventurer Community (MAC).

Aktivitas MAC baru-baru ini adalah melakukan misi pendakian untuk 36 orang yang berasal dari Bandung, Cirebon, Kuningan, Bekasi, dan Jakarta. Misi pendakian yang dinamakan Misi Royatul Islam adalah pendakian Gunung Ciremai melalui 3 jalur sekaligus yakni Jalur Linggarjati, Jalur Apuy, dan Jalur Palutungan. Setelah melalui 3 jalur, seluruhnya bertemu di puncak untuk mengibarkan Al Liwa (bendera Islam) Raksasa dan Ar Rayah (panji Rasulullah) Raksasa. Misi berhasil dilakukan pada Ahad 22 Januari 2017. Posisi penulis pada misi tersebut yakni sebagai wakil ketua misi.


Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "PENINDAS BUKAN PENCINTA ALAM"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close