Gas Beracun Idlib, Begini Kisah Pilu Pria yang Kehilangan 25 Keluarganya
Dakwah Media - Abdel Hameed Al-Youssef tak henti-hentinya membuai dua anaknya yang tak lagi bernyawa. Keduanya ia peluk penuh kasih, meski telah berbalut kain putih. Isak tangis mengiringi langkahnya saat menghantarkan ke peristiratan terakhir.
Di pemakaman pada Rabu (05/04), sesekali Youssef membelai rambut Aya dan Ahmed dua permata hatinya. Dengan berurai air mata ia bergumam kepada dua tubuh mungil itu,”ucapkan selamat tinggal nak, katakan selamat tinggal.”
Tak pernah terpikir oleh Youssef, gas beracun yang dijatuhkan oleh rezim pada Selasa (04/04) akan mengubah hidupnya. Ia tak lagi bisa melihat senyum merekah dari dari istri dan kedua bayi kembarnya yang baru berusia 9 bulan.
Ketika serangan terjadi Youssef bersama keluarganya berada di rumah. Ia mengaku belum merasakan efek apapun saat itu, “Pada awalnya mereka semua sadar. Tapi 10 menit kemudian kami menciuam aroma (gas).”
Saat itulah, istri dan kedua anak kembarnya tumbang. Matanya terpejam dan tak sadarkan diri. Bermodal tumpangan mobil, Youssef bergegas melarikan keluarganya ke rumah sakit.
Mereka pasti selamat, demikian pikir Youssef. Ia menyakini keluarganya akan baik-baik saja. Setibanya di rumah sakit, Youssef ternyata tidak menunggu anak dan istrinya. Ia teringat akan kerabat-kerabatnya. Lantas ia pun bertolak meninggalkan rumah sakit.
Setiba di rumah kerabatnya, Youssef terkejut. Ia menemukan anggota keluarganya dalam keadaan tidak bernyawa. Tak berselang lama, kabar bahwa nyawa anak kembarnya serta istrinya juga tak bisa terselamatkan. Hatinya pun semakin tercabik.
“Aku tidak bisa menyelamatkan siapapun. Mereka semua tewas sekarang,” ucapnya.
Youssef tak hanya kehilangan istri dan anaknya. Ia juga kehilangan 22 anggota keluarga lainnya, termasuk saudara laki-laki, keponakan, dan sepupu.
“Saudaraku Yasser sudah meninggal. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Begitu juga saudaraku Abdel Kareem. Keponakanku Yasser Mohammad, aku tidak bisa menyelamatkan. Ammar keponakanku, aku tidak bisa menyelamatkannya. Shaimaa keponakanku, saya tidak bisa menjaganya. Adik iparku, mereka semua meninggal. Ditambah dua pekerja kami, 11 keluarga lainnya meninggal di dalam rumah sendiri. Khaled dan istrinya, Abounajib, istri dan putrinya,” kata Youssef. [kn]
Di pemakaman pada Rabu (05/04), sesekali Youssef membelai rambut Aya dan Ahmed dua permata hatinya. Dengan berurai air mata ia bergumam kepada dua tubuh mungil itu,”ucapkan selamat tinggal nak, katakan selamat tinggal.”
Tak pernah terpikir oleh Youssef, gas beracun yang dijatuhkan oleh rezim pada Selasa (04/04) akan mengubah hidupnya. Ia tak lagi bisa melihat senyum merekah dari dari istri dan kedua bayi kembarnya yang baru berusia 9 bulan.
Ketika serangan terjadi Youssef bersama keluarganya berada di rumah. Ia mengaku belum merasakan efek apapun saat itu, “Pada awalnya mereka semua sadar. Tapi 10 menit kemudian kami menciuam aroma (gas).”
Saat itulah, istri dan kedua anak kembarnya tumbang. Matanya terpejam dan tak sadarkan diri. Bermodal tumpangan mobil, Youssef bergegas melarikan keluarganya ke rumah sakit.
Mereka pasti selamat, demikian pikir Youssef. Ia menyakini keluarganya akan baik-baik saja. Setibanya di rumah sakit, Youssef ternyata tidak menunggu anak dan istrinya. Ia teringat akan kerabat-kerabatnya. Lantas ia pun bertolak meninggalkan rumah sakit.
Setiba di rumah kerabatnya, Youssef terkejut. Ia menemukan anggota keluarganya dalam keadaan tidak bernyawa. Tak berselang lama, kabar bahwa nyawa anak kembarnya serta istrinya juga tak bisa terselamatkan. Hatinya pun semakin tercabik.
“Aku tidak bisa menyelamatkan siapapun. Mereka semua tewas sekarang,” ucapnya.
Youssef tak hanya kehilangan istri dan anaknya. Ia juga kehilangan 22 anggota keluarga lainnya, termasuk saudara laki-laki, keponakan, dan sepupu.
“Saudaraku Yasser sudah meninggal. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Begitu juga saudaraku Abdel Kareem. Keponakanku Yasser Mohammad, aku tidak bisa menyelamatkan. Ammar keponakanku, aku tidak bisa menyelamatkannya. Shaimaa keponakanku, saya tidak bisa menjaganya. Adik iparku, mereka semua meninggal. Ditambah dua pekerja kami, 11 keluarga lainnya meninggal di dalam rumah sendiri. Khaled dan istrinya, Abounajib, istri dan putrinya,” kata Youssef. [kn]
0 Response to "Gas Beracun Idlib, Begini Kisah Pilu Pria yang Kehilangan 25 Keluarganya"
Post a Comment