Felix Siauw: APAKAH NEGARA SELALU BENAR?
Dakwah Media - Negeri berbeda dengan negara, negeri tak pernah membeda-bedakan siapapun, tak pernah kasar pada siapapun, tapi negara seringkali berlaku curang, dzalim dan tak adil
Negeri tak pernah salah, tapi negara bisa jadi benar bisa jadi salah, tergantung penguasanya. Al-Qur'an bahkan lebih banyak berkisah tentang penguasa yang cenderung dzalim
Fir'aun yang pongah, Namrud yang sombong, Romawi yang menindas, Jalut yang takabbur. Yang terkisah baik misal Daud dan Sulaiman, itu pun atas bimbingan Allah
Begitulah kekuasaan, bila jauh dari bimbingan Allah, pastilah ia menyimpang, akhirnya menjadi sarang kemaksiatan, dan anti terhadap kebaikan, jadi musuh kebenaran
Bagaimana kesudahan penguasa-penguasa dzalim itu semua sudah kita baca, semua merasa bisa memadamkan kebenaran, akhirnya semua dibinasakan oleh Allah
Hari-hari ini kita disuguhkan sebuah doktrin baru, "Negara pasti benar", maka siapa jadi penguasa, dia boleh menentukan "Ini yang benar dan ini yang salah", sangat pongah
Penguasa hari ini memegang cap "anti-kebhinekaan", "anti-pancasila", dan akan diberikan pada siapapun yang menurut mereka perlu diberangus, tanpa secuil keadilan
Pokoknya tanpa data, tanpa bukti, tanpa argumen, siapapun yang tak disukai penguasa harus ridha dicap anti-NKRI, menimbulkan benturan, dan keonaran
Tanpa perlu banyak ilmu, kita pun ditunjukkan dengan jelas, bahwa yang dicap dengan label radikal itu, selama ini adalah kelompok Islam, dan tokoh-tokohnya, dikriminalisasi
Sejak kasus penistaan agama terjadi, penguasa seolah-olah menemukan musuh baru, yaitu siapapun yang tampil membela agamanya, dianggap ancaman bagi kebhinekaan
Gebuk! Begitu ujaran penuh kebencian dan sangat provokatif, alasannya mempertahankan keutuhan bangsa. Duhai! yang sudah nyata-nyata memecah belah malah dipuja
Martabat ulama dan ummat dipertaruhkan demi pembelaan terhadap segelintir yang punya duit, yang sekarang serakah juga ingin jadi penguasa, tirani minoritas atas mayoritas
Sementara pihak yang harusnya menegakkan hukum, malah nyata-nyata menunjukkan keberpihakan. Turut serta dalam mengkriminalisasi ulama dan ummat Islam
Ummat punya mata, juga punya telinga. Penguasa berencana, Allah juga berencana. Jangan ragukan cinta kami pada negeri, tapi pada kedzaliman, tidak semudah itu
Islam melarang kekerasan dalam dakwah kepada penguasa yang dzalim ini, tapi ummat Islam punya senjata lain, yaitu doa-doa yang dipanjatkan pada Allah
Penguasa sekarang bisa melakukan apa saja, fitnah, tuduh, propaganda negatif. Tapi ummat Islam tak boleh melakukan hal sama, sebab kita terikat dengan aturan Islam
Kita punya masa waktu hidup di dunia, karena kita tak abadi, tapi demikian pula penguasa dzalim, ia juga ada waktunya, tak akan pernah abadi, bedanya kesudahannya buruk
Mudah-mudahan penguasa saat ini menyadari kekeliruannya, segera merujuk pada Allah dan Rasul, Kitabullah dan Sunnah, hingga kita mencintai dan menyayangi mereka
Negeri tak pernah salah, tapi negara bisa jadi benar bisa jadi salah, tergantung penguasanya. Al-Qur'an bahkan lebih banyak berkisah tentang penguasa yang cenderung dzalim
Fir'aun yang pongah, Namrud yang sombong, Romawi yang menindas, Jalut yang takabbur. Yang terkisah baik misal Daud dan Sulaiman, itu pun atas bimbingan Allah
Begitulah kekuasaan, bila jauh dari bimbingan Allah, pastilah ia menyimpang, akhirnya menjadi sarang kemaksiatan, dan anti terhadap kebaikan, jadi musuh kebenaran
Bagaimana kesudahan penguasa-penguasa dzalim itu semua sudah kita baca, semua merasa bisa memadamkan kebenaran, akhirnya semua dibinasakan oleh Allah
Hari-hari ini kita disuguhkan sebuah doktrin baru, "Negara pasti benar", maka siapa jadi penguasa, dia boleh menentukan "Ini yang benar dan ini yang salah", sangat pongah
Penguasa hari ini memegang cap "anti-kebhinekaan", "anti-pancasila", dan akan diberikan pada siapapun yang menurut mereka perlu diberangus, tanpa secuil keadilan
Pokoknya tanpa data, tanpa bukti, tanpa argumen, siapapun yang tak disukai penguasa harus ridha dicap anti-NKRI, menimbulkan benturan, dan keonaran
Tanpa perlu banyak ilmu, kita pun ditunjukkan dengan jelas, bahwa yang dicap dengan label radikal itu, selama ini adalah kelompok Islam, dan tokoh-tokohnya, dikriminalisasi
Sejak kasus penistaan agama terjadi, penguasa seolah-olah menemukan musuh baru, yaitu siapapun yang tampil membela agamanya, dianggap ancaman bagi kebhinekaan
Gebuk! Begitu ujaran penuh kebencian dan sangat provokatif, alasannya mempertahankan keutuhan bangsa. Duhai! yang sudah nyata-nyata memecah belah malah dipuja
Martabat ulama dan ummat dipertaruhkan demi pembelaan terhadap segelintir yang punya duit, yang sekarang serakah juga ingin jadi penguasa, tirani minoritas atas mayoritas
Sementara pihak yang harusnya menegakkan hukum, malah nyata-nyata menunjukkan keberpihakan. Turut serta dalam mengkriminalisasi ulama dan ummat Islam
Ummat punya mata, juga punya telinga. Penguasa berencana, Allah juga berencana. Jangan ragukan cinta kami pada negeri, tapi pada kedzaliman, tidak semudah itu
Islam melarang kekerasan dalam dakwah kepada penguasa yang dzalim ini, tapi ummat Islam punya senjata lain, yaitu doa-doa yang dipanjatkan pada Allah
Penguasa sekarang bisa melakukan apa saja, fitnah, tuduh, propaganda negatif. Tapi ummat Islam tak boleh melakukan hal sama, sebab kita terikat dengan aturan Islam
Kita punya masa waktu hidup di dunia, karena kita tak abadi, tapi demikian pula penguasa dzalim, ia juga ada waktunya, tak akan pernah abadi, bedanya kesudahannya buruk
Mudah-mudahan penguasa saat ini menyadari kekeliruannya, segera merujuk pada Allah dan Rasul, Kitabullah dan Sunnah, hingga kita mencintai dan menyayangi mereka
0 Response to "Felix Siauw: APAKAH NEGARA SELALU BENAR?"
Post a Comment