Kondisi di AS Mulai Memanas, Rizal Ramli Minta BI Hati-hati Dalam Buat Kebijakan
Dakwah Media - Ekonom senior Rizal Ramli menyebut kondisi ekonomi politik di Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump saat tengah mulai memanas lagi.
Hal ini, disebut Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Gus Dur itu, akan sangat memengaruhi kinerja rupiah dan ekspor nasional.
“Saat ini politik dan ekonomi di AS sangat volatile, over-valued, yield T-bonds dan kurs dollar AS (USD) melemah sebesar 9%,” tegas Rizal dalam akun resminya, Rabu (23/8).
Dengan kondisi demikian disebutnya akan berdampak besar terhadap nilai tukar rupiah yang sangat dipengaruhi oleh sentimen dari global, terutama sentimen dari AS.
“Makanya BI (Bank Indonesia) harus hati-hati karena rupiah bisa overvalued, dan sehingga ekspor bisa semakin melemah,” sebut Rizal.
Untuk itu, harus ada perubahan kebijakan ekapor. Sebelumnya, RR begitu sapaannya, pernah menyarankan agar kebijakan ekspor meniru bisa meniru Thailand yang mengharuskan eksportir di negaranya untuk menyimpan dana (dolar AS) sebanyak 90 persen di rekening dalam negeri mereka.
Menurutnya, kebijakan BI akan lbihbbaik jika mengatur agar exportir wajib menyimpan dolar AS-nya di RI agar cadangan naik, rupiah stabil. “Thailand 90 persen di account dalam negeri,” kata dia.
Semalam, BI sendiri baru menerbitkan kebijakan terkait penurunan suku bunganya yaitu, BI-7 day repo rate dari sebelumnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Alasan dari kebijakan BI ini salah satunya karena kondisi global yang belum stabil, salah satunya perekonomian di AS. Karena pertumbuhan di AS diiperkirakan tumbuh lebih rendah sejalan dengan konsumsi yang melemah dan investasi yang tertahan oleh prospek penurunan harga minyak.
“Perkembangan ekonomi global tersebut berpotensi mendorong peningkatan volume perdagangan dunia dan masih tetap tingginya harga komoditas global,” kata Gubernur BI, Agus Martowardojo.[ac]
Hal ini, disebut Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Gus Dur itu, akan sangat memengaruhi kinerja rupiah dan ekspor nasional.
“Saat ini politik dan ekonomi di AS sangat volatile, over-valued, yield T-bonds dan kurs dollar AS (USD) melemah sebesar 9%,” tegas Rizal dalam akun resminya, Rabu (23/8).
Dengan kondisi demikian disebutnya akan berdampak besar terhadap nilai tukar rupiah yang sangat dipengaruhi oleh sentimen dari global, terutama sentimen dari AS.
“Makanya BI (Bank Indonesia) harus hati-hati karena rupiah bisa overvalued, dan sehingga ekspor bisa semakin melemah,” sebut Rizal.
Untuk itu, harus ada perubahan kebijakan ekapor. Sebelumnya, RR begitu sapaannya, pernah menyarankan agar kebijakan ekspor meniru bisa meniru Thailand yang mengharuskan eksportir di negaranya untuk menyimpan dana (dolar AS) sebanyak 90 persen di rekening dalam negeri mereka.
Menurutnya, kebijakan BI akan lbihbbaik jika mengatur agar exportir wajib menyimpan dolar AS-nya di RI agar cadangan naik, rupiah stabil. “Thailand 90 persen di account dalam negeri,” kata dia.
Semalam, BI sendiri baru menerbitkan kebijakan terkait penurunan suku bunganya yaitu, BI-7 day repo rate dari sebelumnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Alasan dari kebijakan BI ini salah satunya karena kondisi global yang belum stabil, salah satunya perekonomian di AS. Karena pertumbuhan di AS diiperkirakan tumbuh lebih rendah sejalan dengan konsumsi yang melemah dan investasi yang tertahan oleh prospek penurunan harga minyak.
“Perkembangan ekonomi global tersebut berpotensi mendorong peningkatan volume perdagangan dunia dan masih tetap tingginya harga komoditas global,” kata Gubernur BI, Agus Martowardojo.[ac]
0 Response to "Kondisi di AS Mulai Memanas, Rizal Ramli Minta BI Hati-hati Dalam Buat Kebijakan"
Post a Comment