Khutbah Jum’at – Berkorban Demi Ketaatan Hakiki
Keluarga Nabi Ibrahim a.s. memberi teladan kepada kita bahwa ketika perintah dan hukum Allâh datang, kapanpun, dimanapun, dan apapun harus sanggup dikorbankan untuk menjalankannya sekalipun itu nyawa taruhannya. Mentaati perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segala-galanya, karena hanya dengan ketaatan yang hakiki itulah kita akan mendapatkan ridla-Nya.
***
Tidak lama lagi kita akan merayakan hari raya Idul Adha 1435 H. Hari yang mengingatkan akan sebuah pengorbanan yang luar biasa, pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim a.s. Bagaimana tidak, Isma’il, putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, justru diperintahkan oleh Allah Swt untuk disembelih. Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu’(QS. Ash Shafat:102)
Imam Ibnu Katsir menulis riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa saat itu Syaithan sempat membuat makar agar Ibrahim a.s tidak melaksanakan perintah Allâh SWT. Ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, syaithan berkata; ”Sungguh jika aku tidak menfitnah keluarga Ibrahim kali ini maka aku tidak akan bisa menfitnah mereka selamanya”, kemudian syaithan menyerupai seorang lelaki mendatangi Hajar, ibunya Isma’il, dan berkata: ‘Apakah anda tahu kemana Ibrahim pergi bersama putramu?’ Jawab Hajar: ‘Tidak!’, Syaithan berkata: ‘Dia pergi hendak menyembelih putramu’. Hajar menjawab: ‘tidak mungkin, dia tahu akan hal itu (terlarang)’. Syaithan berkata: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan hal tersebut’. Hajar menjawab: ‘Jika Tuhan-nya memerintahkan demikian maka yang paling baik bagi Ibrahim adalah mentaatinya’. Kemudian syaithan mendatangi Ismail: ’Apakah anda tahu kemana engkau akan pergi bersama bapakmu?’ Ismail: ‘Tidak!’. Syaithan: ‘Dia pergi bersamamu untuk menyembelih dirimu’. Ismail: ‘Kenapa?’ Syaithan: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan demikian’. Ismail: ‘Dia akan mengerjakan apa yang di perintahkan Allâh, akan mendengar dan taat kerena perintah Allâh swt’. Kemudian syaithan mendatangi Ibrahim: ‘Kemana hendak pergi? Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu. Namun Ibrahim tahu bahwa lelaki tersebut adalah syaithan kemudian beliau mengusirnya’.
Ma’âsyiral Muslimîn rahîmakumullâh
Keluarga Nabi Ibrahim a.s. memberi teladan kepada kita bahwa ketika perintah dan hukum Allâh datang, kapanpun, dimanapun, dan apapun harus sanggup dikorbankan untuk menjalankannya sekalipun itu nyawa taruhannya. Mentaati perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segala-galanya, karena hanya dengan ketaatan yang hakiki itulah kita akan mendapatkan ridla-Nya.
Kisah tersebut juga memberikan pelajaran, bahwa syaithan, baik dari kalangan jin dan manusia, akan senantiasa berupaya menghalang-halangi manusia dar ketaatan kepada Allah swt, bahkan tidak segan-segan bersumpah dan mengatasnamakan agama untuk menghalang-halangi tegaknya hukum-hukum Allah swt, sebagaimana perkataan syaithan kepada nabi Ibrahim a.s: “Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu”.
Padahal ketika syaithan dituruti, aturan Allah dilanggar, larangan Allah ditabrak, maka yang terjadi hanyalah bencana demi bencana. Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَيُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى تَكُوْنَ الْعَامَّةُ تَسْتَطِيْعُ أَنْ تُغَيِّرَ عَلَى الْخَاصَّةِ، فَإِذَا لَمْ تُغَيِّرِ الْعَامَّةُ عَلىَ الْخَاصَّةِ، عَذَّبَ اللهُ الْعَامَّةَ وَالْخَاصَّةَ
“Sesungguhnya Allah tidak mengadzab manusia secara umum hanya karena perbuatan dosa segelintir orang, sehingga mereka melihat kemungkaran dan mereka pun mampu untuk mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka telah melakukan hal itu, maka Allah akan menyiksa segelintir orang itu dan juga manusia secara menyeluruh.” [HR. Ahmad dan at Thabrani dalam al Kabîr]
Perbuatan dosa bukan hanya perbuatan mencuri, membunuh maupun merampok. Setiap pelanggaran dari aturan Allah swt adalah perbuatan dosa. Perzinaan yang merajalela bahkan legal atas nama lokalisasi, miras, narkoba, bahkan meninggalkan sholat dan puasa itu merupakan dosa dan kemaksiatan nyata yang ada ditengah-tengah kita. Tidak heran jika negeri ini senantiasa ditimpa bencana, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan, diperkirakan hampir 2000 remaja melakukan aborsi per hari[1], korupsi yang merajalela, makin tergadainya kekayaan negeri ini kepada asing dan semakin membengkaknya utang negara, seharusnya sudah cukup menyadarkan umat untuk kembali berupaya semaksimal mungkin mentaati aturan-aturan-Nya.
Semoga Allah menguatkan kita untuk bisa melakukan pengorbanan demi ketaatan hakiki, pengorbanan dalam perjuangan untuk menerapkan syari’ah Allah dalam kehidupan pribadi kita, keluarga, masyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara.[M. Taufik NT]
[1] Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 Juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja
Download lengkapnya di sini
***
Tidak lama lagi kita akan merayakan hari raya Idul Adha 1435 H. Hari yang mengingatkan akan sebuah pengorbanan yang luar biasa, pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim a.s. Bagaimana tidak, Isma’il, putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, justru diperintahkan oleh Allah Swt untuk disembelih. Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu’(QS. Ash Shafat:102)
Imam Ibnu Katsir menulis riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa saat itu Syaithan sempat membuat makar agar Ibrahim a.s tidak melaksanakan perintah Allâh SWT. Ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, syaithan berkata; ”Sungguh jika aku tidak menfitnah keluarga Ibrahim kali ini maka aku tidak akan bisa menfitnah mereka selamanya”, kemudian syaithan menyerupai seorang lelaki mendatangi Hajar, ibunya Isma’il, dan berkata: ‘Apakah anda tahu kemana Ibrahim pergi bersama putramu?’ Jawab Hajar: ‘Tidak!’, Syaithan berkata: ‘Dia pergi hendak menyembelih putramu’. Hajar menjawab: ‘tidak mungkin, dia tahu akan hal itu (terlarang)’. Syaithan berkata: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan hal tersebut’. Hajar menjawab: ‘Jika Tuhan-nya memerintahkan demikian maka yang paling baik bagi Ibrahim adalah mentaatinya’. Kemudian syaithan mendatangi Ismail: ’Apakah anda tahu kemana engkau akan pergi bersama bapakmu?’ Ismail: ‘Tidak!’. Syaithan: ‘Dia pergi bersamamu untuk menyembelih dirimu’. Ismail: ‘Kenapa?’ Syaithan: ‘Dia menyangka Tuhan-nya memerintahkan demikian’. Ismail: ‘Dia akan mengerjakan apa yang di perintahkan Allâh, akan mendengar dan taat kerena perintah Allâh swt’. Kemudian syaithan mendatangi Ibrahim: ‘Kemana hendak pergi? Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu. Namun Ibrahim tahu bahwa lelaki tersebut adalah syaithan kemudian beliau mengusirnya’.
Ma’âsyiral Muslimîn rahîmakumullâh
Keluarga Nabi Ibrahim a.s. memberi teladan kepada kita bahwa ketika perintah dan hukum Allâh datang, kapanpun, dimanapun, dan apapun harus sanggup dikorbankan untuk menjalankannya sekalipun itu nyawa taruhannya. Mentaati perintah Allâh dan menjauhi larangan-Nya adalah segala-galanya, karena hanya dengan ketaatan yang hakiki itulah kita akan mendapatkan ridla-Nya.
Kisah tersebut juga memberikan pelajaran, bahwa syaithan, baik dari kalangan jin dan manusia, akan senantiasa berupaya menghalang-halangi manusia dar ketaatan kepada Allah swt, bahkan tidak segan-segan bersumpah dan mengatasnamakan agama untuk menghalang-halangi tegaknya hukum-hukum Allah swt, sebagaimana perkataan syaithan kepada nabi Ibrahim a.s: “Demi Allâh aku menyangka bahwa syaithan datang dalam mimpimu kemudian memerintahmu untuk menyembelih putramu”.
Padahal ketika syaithan dituruti, aturan Allah dilanggar, larangan Allah ditabrak, maka yang terjadi hanyalah bencana demi bencana. Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَيُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى تَكُوْنَ الْعَامَّةُ تَسْتَطِيْعُ أَنْ تُغَيِّرَ عَلَى الْخَاصَّةِ، فَإِذَا لَمْ تُغَيِّرِ الْعَامَّةُ عَلىَ الْخَاصَّةِ، عَذَّبَ اللهُ الْعَامَّةَ وَالْخَاصَّةَ
“Sesungguhnya Allah tidak mengadzab manusia secara umum hanya karena perbuatan dosa segelintir orang, sehingga mereka melihat kemungkaran dan mereka pun mampu untuk mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka telah melakukan hal itu, maka Allah akan menyiksa segelintir orang itu dan juga manusia secara menyeluruh.” [HR. Ahmad dan at Thabrani dalam al Kabîr]
Perbuatan dosa bukan hanya perbuatan mencuri, membunuh maupun merampok. Setiap pelanggaran dari aturan Allah swt adalah perbuatan dosa. Perzinaan yang merajalela bahkan legal atas nama lokalisasi, miras, narkoba, bahkan meninggalkan sholat dan puasa itu merupakan dosa dan kemaksiatan nyata yang ada ditengah-tengah kita. Tidak heran jika negeri ini senantiasa ditimpa bencana, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan, diperkirakan hampir 2000 remaja melakukan aborsi per hari[1], korupsi yang merajalela, makin tergadainya kekayaan negeri ini kepada asing dan semakin membengkaknya utang negara, seharusnya sudah cukup menyadarkan umat untuk kembali berupaya semaksimal mungkin mentaati aturan-aturan-Nya.
Semoga Allah menguatkan kita untuk bisa melakukan pengorbanan demi ketaatan hakiki, pengorbanan dalam perjuangan untuk menerapkan syari’ah Allah dalam kehidupan pribadi kita, keluarga, masyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara.[M. Taufik NT]
[1] Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 Juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja
Download lengkapnya di sini
0 Response to "Khutbah Jum’at – Berkorban Demi Ketaatan Hakiki"
Post a Comment