-->

Engkau Mulia Bila Menaati-Nya (2-Habis)




Laporkan iklan ?


pengantin suami istri




Laporkan iklan ?


ISTRI Shalihah


Suami pada hakikatnya pun adalah ujian bagi seorang istri. Ujian cinta yang akan terus menerus Allah hadirkan. Apakah rasa cinta pada suami, akan membuat seorang istri menjadi wanita tangguh yang semakin menaatiNya. Atau justru menjadi wanita lemah, sehingga untuk sekedar mengingatkan suami atas kesalahan yang mungkin telah dilakukan pun tak berani. Atau justru kesalahan suami dibiarkan, untuk kemudian dipendam dan dijadikan hujah saat istri pun ikut-ikutan memilih melakukan kesalahan yang sama.


Ingatlah, istri adalah pakaian bagi suami. Tak perlu engkau ceritakan badai rumahtangga pada siapapun, termasuk pada kedua orang tua. Ayah ibu kita sudah begitu banyak pengorbanan untuk anak-anaknya. Tak perlu di masa tuanya ditambah beban, masih memikirkan kita. Tunjukkan bahwa kita tegar seorang diri menghadapi apa pun badai dan gelombang yang menerpa. Cukup Allah sebagai penolong, dan Dialah sebaik-baik penolong.


Bila suamimu yang justru tak bisa menjalankan fungsi sebagai pakaian bagimu, tak perlu wanita shalihah mengikuti jejaknya. Apalagi jika sang suami begitu mudah menceritakan kesalahan dan aibmu pada wanita lain yang ada di hatinya. Pada wanita idaman lain yang di masa depan pun belum tentu Allah takdirkan menjadi istri suamimu. Sabarlah. Allah maha melihat dan tahu segala perbuatan hamba. Manusia yang memilih menaatiNya, jelas berbeda dengan yang memilih tidak menaatiNya.


So, bagi istri shalihah, mari kita jadi wanita yang kuat menjalani hidup. Hidup yang pada hakikatnya adalah menari bersama alunan takdir, yang telah Allah tetapkan dalam Lauhul Mahfudz lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan kita. Takdir Allah di luar kekuasaan manusia. Takdir perpisahan dengan suami pun bukan di tangan kita. Selama masih ada suami di sisi kita, jadilah seindah-indahnya perhiasan. Jadilah istri shalihah yang penuh khidmat dan ketaatan pada suami. Pastikan setiap langkah, ucap dan laku kita adalah dalam koridorNya, apa pun yang terjadi. Karena hal inilah yang sesungguhnya kelak akan Allah mintai pertanggungjawaban.


Renungkan sebuah perkataan Rasulullah yang amat indah ini, “Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya,” (Muttafaqun alaih).


Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94): “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu.”


Bila engkau merasa telah didhalimi oleh sang kekasih, bersabarlah. Suami bukanlah malaikat yang tanpa cela. Seperti halnya dirimu pun bukan bidadari tanpa noda. Maafkanlah, dan nasihati untuk berubah. Namun bila segala nasihat pun tak berguna, tak perlu menganggap diri sebagai wanita paling malang di dunia. Kembalikan semua urusan pada Allah. Dia yang tak pernah tidur adalah Maha Adil dan Maha Melihat.


Ketika bahteramu hampir karam. Segala upayamu untuk menyelamatkannya tak juga berhasil. Mungkin memang telah tiba saatnya bagimu untuk berbagi mencari hakim yang adil, dan menyelesaikan semua. Menyerah untuk menang, untuk tetap menjagamu menjadi wanita shalihah yang mencintaiNya. Untuk tetap melindungimu dari tergelincir pada perbuatan dosa. Agar kesucianmu tetap terjaga. Agar hatimu tetap putih, tak terkotori oleh kebencian dan dendam.


Bagi wanita shalihah nan cantik hatinya yang belum punya suami atau telah kehilangan suami, tetaplah bahagia. Move on dengan memohon kekuatanNya. Dulu saat gadis kita pun pernah sendiri, tanpa seorang suami di sisi, maka jangan jadikan masalah jika takdir Allah menghendaki kita hidup sendiri lagi. Kemuliaan seorang wanita tidak dilihat dari dengan siapa ia menikah. Tidak dilihat dari apakah memiliki suami atau tidak. Tidak dilihat dari statusnya yang gadis, janda ataupun seorang istri. Maryam pun begitu mulia meski tak memiliki suami. Asiyah pun begitu mulia walau bersuamikan Fir’aun yang durhaka. Khadijah pun amat mulia saat menjalani takdir sebagai seorang janda. Karena sesungguhnya kemuliaan seorang wanita hanyalah dilihat dari ketakwaannya pada Allah azza wa jalla saja, bukan yang lain. Sungguh, engkau mulia hanya bila menaatiNya saja. Wallahu’alam. []


HABIS



Laporkan iklan?



Redaktur: Rika Rahmawati




0 Response to "Engkau Mulia Bila Menaati-Nya (2-Habis)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close