Selamat, Tak Ucapkan Selamat Natal
Related
AKU kembali mengingat sebuah status Facebook sesorang di berandaku. Dia kakak tingkatku, dan dia adalah seorang Nasrani. Hari itu tepat tanggal 25 Desember 2014.
Ada kata-kata yang menggelitik hatiku. Dalam statusnya, ia mengeluh dengan ucapan natal yang diterimanya dari teman-temannya.
“Masih ada tembok menjulang antara Muslim dan Nasrani, yang menghalangi Muslim mengucapkan selamat padaku. Mereka lebih mementingkan egonya daripada rasa kemanusiaan. Aku sangat salut dan kagum kepada teman-teman Muslim yang telah mengucapkan selamat Natal padaku. Bagiku mereka adalah orang yang masih memiliki rasa kemanusiaan,” begitu kira-kira status Facebooknya.
Aku merenung sejenak. Ingin sekali aku berkata…
Bukan karena kami tidak memiliki rasa kemanusiaan sehingga kami tidak mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani. Itu adalah perintah Allah SWT. Dan tidaklah patut kami menggadaikan Aqidah kami, demi kemanusiaan yang dimaksudkan.
Dan jika yang dimaksud olehmu kemanusiaan hanyalah sebatas mengucapkan selamat Natal, mari kita bicara soal logika. Bagi umat Muslim, manusia yang tidak menyembah Allah SWT adalah Kafir. Dan Allah SWT berkali-kali berkata bahwa orang kafir akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Dan apakah kami harus merayakan kekafiranmu?
Analoginya, ketika kamu tengah tersesat di hutan belantara. Lalu kamu ingin kami mengucapakan “selamat tersesat….” Apakah itu yang dinamakan kemanusiaan?
Justru kami umat Muslim dibimbing Allah SWT untuk memberikan doa terbaik bagimu. Apa itu? Seorang Muslim hanya bisa berdoa, “Semoga Allah memberimu petunjuk”.
Dan bukankah sangat cocok ketika kamu tersesat dan kami memohonkanmu untuk memberimu petunjuk? Jadi siapa yang lebih memiliki kemanusiaan?
Semoga Allah SWT memberimu petunjuk. []
Redaktur: Dini Sri Mulyati
0 Response to "Selamat, Tak Ucapkan Selamat Natal"
Post a Comment