Hati-Hati Mempelajari Ilmu Kalam dan Filsafat, bisa berpotensi Menuju Kekufuran
Jakarta – Dahulu aqidah umat Islam pada masa sahabat tidak serumit setelah umat Islam ini mengenal filsafat. Demikian disampaikan penulis buku “Filsafat, Ilmu Kalam dan Kemunduran Dunia Islam”, KH. Hafidz Abdurrahman, MA dalam momen Islamic Book Fair 2016, Selasa (01/03) di Istora Senayan Jakarta.
“Pada awalnya para ahli filsafat dan ahli kalam belum menemukan makna dari al-‘aql (akal) yang sebenarnya. Sehingga ketika mereka belum menemukan makna tersebut, akibatnya mereka menggunakan akal tanpa batas,” lanjutnya.
Akhirnya, kata dia, sebuah perkara yang bisa dicerna oleh akal dan maupun tidak, dipadukan dengan Ilmu Mantiq (logika) dan digunakan secara sembarangan.
“Sehingga, batasan antara keduanya menjadi tidak jelas,” ujarnya.
Contohnya tentang pertanyaan antara lampu dan cahaya, mana dari keduanya yang lebih dahulu. Jawabannya ialah secara bersamaan, ini dinamakan sebagai teori emanasi. Kemudian ia menjelaskan bahwa teori emanasi ini dipakai dengan pemikiran para ahli filsafat untuk menyatakan bahwa adanya alam ini muncul secara bersamaan dengan adanya Tuhan.
“Hal tersebut ditulis di dalam kitabnya Al-Farabi seorah ahli filsuf dari Farab, Kazakhstan. Kemungkinan lain, Al-Farabi adalah seorang penganut Syiah Imamiyah,” ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa pembahasan tentang kalam dan filsafat ini telah masuk ke berbagai aspek, dalam aqidah, ushul fiqih, dan sebagainya.
“Aqidah seharusnya yang merupakan sesuatu yang qoth’i (paten) dan tidak ada perdebatan di dalamnya. Akan tetapi kemudian dimasuki oleh ilmu filsafat dan kalam, sehingga tidak lagi qoth’i atau meyakinkan, dan terjadilah perdebatan,” lanjutnya.
Ia berkesimpulan bahwa yang didapat dari ilmu kalam dan filsafat ini tidak lain hanya manhaj “qiila wa qaala” (perkataan dari orang ke orang). Sembari mengutip pengakuan Imam Ar-Razi yang berkata, “Setelah aku menerjuni ilmu kalam, tidak ada yang aku dapatkan dari Ilmu Kalam kecuali “qiila wa qaala” katanya dan katanya.”
Selain itu ia juga mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang memberikan nasehat agar berhati-hati ketika mendalami Ilmu Kalam.
“Di akhir hayatnya beliau menulis buku Iljam al-‘Awam ‘an ‘Ilmi al-Kalam (Jauhkan orang awam dari ilmu kalam). Menggambarkan peringatan beliau terhadap ilmu kalam, dan dampaknya terhadap masyarakat umum,” jelasnya.[kiblat]
0 Response to "Hati-Hati Mempelajari Ilmu Kalam dan Filsafat, bisa berpotensi Menuju Kekufuran"
Post a Comment