Hati-hati Syirik tidak Hanya Menyembah Patung, Tapi Mengkultuskan Segala Sesuatu Selain Allah termasuk Syirik
Kesyirikan yang sebenarnya tidak akan ditemukan pada
substansi atau pun bentuk sebuah patung
Dakwah Media - Sikap Akidah Islam terhadap kesyirikan tidak pernah didasarkan pada substansi atau bentuk fisik dari simbol-simbolnya. Ya, karena "substansi dan bentuk patung tidak pernah membawa kesyirikan", menurut saya. Apakah pernyataan ini terasa mengagetkan? Seharusnya tidak.
Dilihat dari SUBSTANSI-nya, patung-patung batu simbol paganisme yang dahulu ditentang oleh Nabi saw, latta misalnya, hanyalah sebongkah batu. Jika persoalan BENTUK kita libatkan, maka paling jauh "dia" hanya menjadi sebuah patung. Bagaimana pun, patung batu tidak pernah dengan sendirinya mengandung unsur kesyirikan. Seandainya patung latta itu masih ada, lalu ditaruh di sebuah taman yang ada di New York, misalnya, dan tak seorang pun tahu latar belakang patung itu, niscaya dia hanya akan dipandang sebagai patung pemanis taman, tidak lebih dari itu.
Memang benar bahwa patung -secara fiqih- dianggap sebagai barang haram, karena hukum Islam memang melarang kita untuk membuat, memajang, menyimpan, menjual-belikan patung makhluq bernyawa. Tapi ini masalah fiqih, tidak ada kaitan langsungnya dengan kesyirikan. Kalau pun larangan soal patung ini dilanggar, pelakunya tidak bisa dianggap musyrik, meski pun berdosa karena melanggar larangan memajang patung makhluk bernyawa, misalnya.
Memang benar bahwa patung² itu kemudian dihancurkan. Tapi itu bukan karena "dia" merupakan sumber dan letak bercokolnya fakta kesyirikan, melainkan karena "dia" sudah menjadi produk kebudayaan khusus (madaniyah khashshah) yg melambangkan kesyirikan.
Namun apa yang telah membuat patung latta ini menjadi wakil paganisme yang ditentang oleh Islam..? Jawab utamanya tidak dapat kita temukan pada substansi dan bentuknya (meski pada akhirnya benda-benda produk budaya (madaniyah) yang merepresentasikan paganisme juga dilarang, tapi itu akibat, bukan sebab). Masalahnya justru kita temukan pada kepercayaan-kepercayaan manusia yang dilekatkan, dan prilaku mereka yang ditujukan, pada patung tersebut. Kepercayaan bahwa "dia" harus disembah demi kesuburan, kesehatan, keterhindaran dari bencana, dsb, itulah kesyirikan.
Jadi, kesyirikan yang sebenarnya itu ada di dalam kepala manusia dan kemudian terekspresikan dalam prilaku mereka, bukan pada sebentuk batu yang dipahat. Oleh karena itu, mendeteksi ada/tidaknya kesyirikan di suatu masyarakat tidak bisa dilakukan dengan mengamati substansi patung yang ada di sana. Yang harus diamati justru adalah keyakinan dan prilaku manusia terhadap patung tersebut.
Apakah di sana ada patung yang mereka anggap lebih bijaksana dari Dzat yang Maha Bijaksana? Apakah di sana ada patung-patung yang dianggap dapat membawa ajaran yang lebih baik dari petunjuk Dzat yang Maha pemberi petunjuk? Adakah di sana patung yang dijaikan alasan oleh orang-orang untuk menentang perintah-perintah dan larangan Allah? Adakah di sana patung yang membuat orang-orang rela bermusuhan dengan siapa saja dan apa saja demi membela patung itu?
Jika hal demikian ternyata memang ada di suatu tempat di suatu waktu, maka jangan katakan di saat dan di tempat itu bahwa umat itu tidak punya masalah dengan akidah mereka. Ya, tentu patung itu tidak bersalah, dia tidak pernah ingin disucikan seperti itu. Pikiran dan prilaku manusia-lah yang bersalah.
Dan kalau sudah begitu, Islam tidak akan berkata untuk melegakan mereka : "itu oke, substansi patung adalah batu, dan Islam tidak pernah mempersoalkan batu", atau jika mereka menyembah pohon, Islam pun tidak akan mengatakan : kepada mereka "ya, oke, Islam memandang pohon sebagai karunia Allah", seolah tidak ada masalah, padahal masalahnya memang bukan pada batu maupun pohon itu, melainkan pada pikiran dan prilaku manusia yang musti diluruskan.
Wallahu a'lam.
Oleh : Ust Titok Priastomo
Related
Memang benar bahwa patung² itu kemudian dihancurkan. Tapi itu bukan karena "dia" merupakan sumber dan letak bercokolnya fakta kesyirikan, melainkan karena "dia" sudah menjadi produk kebudayaan khusus (madaniyah khashshah) yg melambangkan kesyirikan.
Namun apa yang telah membuat patung latta ini menjadi wakil paganisme yang ditentang oleh Islam..? Jawab utamanya tidak dapat kita temukan pada substansi dan bentuknya (meski pada akhirnya benda-benda produk budaya (madaniyah) yang merepresentasikan paganisme juga dilarang, tapi itu akibat, bukan sebab). Masalahnya justru kita temukan pada kepercayaan-kepercayaan manusia yang dilekatkan, dan prilaku mereka yang ditujukan, pada patung tersebut. Kepercayaan bahwa "dia" harus disembah demi kesuburan, kesehatan, keterhindaran dari bencana, dsb, itulah kesyirikan.
Apakah di sana ada patung yang mereka anggap lebih bijaksana dari Dzat yang Maha Bijaksana? Apakah di sana ada patung-patung yang dianggap dapat membawa ajaran yang lebih baik dari petunjuk Dzat yang Maha pemberi petunjuk? Adakah di sana patung yang dijaikan alasan oleh orang-orang untuk menentang perintah-perintah dan larangan Allah? Adakah di sana patung yang membuat orang-orang rela bermusuhan dengan siapa saja dan apa saja demi membela patung itu?
Jika hal demikian ternyata memang ada di suatu tempat di suatu waktu, maka jangan katakan di saat dan di tempat itu bahwa umat itu tidak punya masalah dengan akidah mereka. Ya, tentu patung itu tidak bersalah, dia tidak pernah ingin disucikan seperti itu. Pikiran dan prilaku manusia-lah yang bersalah.
Dan kalau sudah begitu, Islam tidak akan berkata untuk melegakan mereka : "itu oke, substansi patung adalah batu, dan Islam tidak pernah mempersoalkan batu", atau jika mereka menyembah pohon, Islam pun tidak akan mengatakan : kepada mereka "ya, oke, Islam memandang pohon sebagai karunia Allah", seolah tidak ada masalah, padahal masalahnya memang bukan pada batu maupun pohon itu, melainkan pada pikiran dan prilaku manusia yang musti diluruskan.
Wallahu a'lam.
Oleh : Ust Titok Priastomo
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Hati-hati Syirik tidak Hanya Menyembah Patung, Tapi Mengkultuskan Segala Sesuatu Selain Allah termasuk Syirik"
Post a Comment