Ibu Saenih Dianggap Terzalimi, Sastrawan Banten: Media Jangan Jadi Tukang Gosip
www.dakwahmedia.net - Media-media yang cenderung menyalahkan perda dalam kasus razia warung ibu Saenih mendapat kritikan keras dari Presiden Lentera Sastra Indonesia/Lentera Internasional Muhammad Rois Rinaldi. Ia mengatakan bahwa media tersebut mudah saja melakukan hal itu, untuk menunjukkan siapa yang menzalimi dan terzalimi. Tergantung pilihan media dan siapa yang akan diangkat.
“Saya tidak suka media tukang gosip, gosip itu ada motifnya dalam dunia jurnalistik. Ente kalau mau berhenti digosipin maka ente harus bayar dulu, ini soal deal-dealan kok. Begitupun dengan kasus polemik Saenih, ini pasti ada motifnya, motif idiologikah atau lainnya,” kata Rois di kediamannya, Serang, Banten, Rabu (15/06) lalu.
Dalam kasus tersebut, jelas dia, media membuat framing seolah-olah ibu Saenih sangat terzalimi, padahal ia melanggar. “Mengapa hal ini sampai dibesar-besarkan seolah-olah melebihi besarnya dari kasus melonjaknya harga sapi, guru-guru yang dipenjarakan, kemakmuran dan sebagainnya. Ini merupakan suatu hal yang aneh,” lanjutnya.
Rois menyebut media-media dan netizen yang mengatakan bahwa aparat hanya berani menindak kalangan bawah namun tumpul ke atas itu tidak tahu kejadian sebenarnya di serang.
“Mereka yah seperti itu gak tahu apa-apa tapi sok tahu bicara macam-macam. Mendebat orang bodoh seperti itu sama saja buang-buang waktu. Akan tetapi orang zaman sekarang justru lebih percaya kepada orang-orang bodoh ketimbang melihat kenyataan. Ini yang membuat kita naik darah,” tegas Rois.
Dia menghimbau agar kalau bicara tentang kemanusiaan, hendaknya memperhatikan dan menghargai kaum muslimin secara keseluruhan di Serang. Masyarakat justru resah atas keputusan Jokowi dengan dihapusnya ribuan perda itu. Ini persoalan yang panjang dan besar apalagi berkaitan dengan presiden.
“Mereka yang melanggar dan banyak bicara, akan tampak seperti bebek-bebek yang cerdas. Padahal media tukang gosip ini justru menggunakan mental seperti itu sebagai lahan. Ini merupakan soal dagang meskipun dalam hal itu juga terkait idiologi,” katanya.
Kejadian polemik Saenih ini membuat Sastrawan Banten ini canggung dan bertanya-tanya. “Ini ada apa sih? Padahal Banten selama ini baik-baik saja, tetapi malah media nasional berbicara seolah-olah Banten ini bermasalah. Jangan samakan Banten dengan daerah-daerah lain. Sembrono memang. Yah, namanya bebek tidak banyak berpikir tetapi lebih banyak bicara,” ujarnya.
Rois mengingatkan tentang adanya kecenderungan misi agama dalam media-media nasional, yang mana mereka membenci agama Islam. Dia mencontohkan ada sebuah pernyataan seorang mantan biarawati di tahun 2007, bahwa Jakarta itu harus diberikan Gubernur Nasrani dan rencana selanjutnya adalah mengkristenkan Presiden.
“Sekarang Gubernur DKI sudah tercapai, sisanya Presiden Nasrani sedang diusung dan yang mengusung ialah Persatuan Gereja-Gereja. Sehingga ini benar-benar ada misi mengkristenkan Indonesia dan mereka betul-betul ingin menghancurkan Islam secara perlahan,” tandasnya.
0 Response to "Ibu Saenih Dianggap Terzalimi, Sastrawan Banten: Media Jangan Jadi Tukang Gosip"
Post a Comment