Gerakan Mahasiswa Islam, Perlawanan dan Penerapan Syari'ah
Dakwah Media - Eksistensi Gerakan Mahasiswa Islam semenjak orde lama hingga orde baru menjadi sorotan dalam upaya mereka melakukan perubahan. Apalagi, ketika melihat fakta kondisi interaksi penguasa kepada rakyat yang tidak lagi adil, atau bahasa lainnya adalah dzalim, semakin menjadi booster Gerakan Mahasiswa Islam untuk melakukan aktivitas melawan dan merubah kondisi yang ada.
Perubahan yang diusung adalah melawan kedzaliman dan meruntuhkan tirani kelaliman itu !. Segala upaya dilakukan. Upaya propaganda, penggalangan dukungan, komunikasi-relasi antar gerakan, dan sebagianya. Namun, sangat disayangkan, tatkala spirit perlawanan tersebut tidak dilahirkan dari spirit idrak bi shillati billah (kesadaran akan hubungan dengan Allah SWT) yang terimplementasi dalam ide (fikrah) dan (thariqah) Islam dalam rangka menuju perubahan ! Unfortunately...
Menakar Lahirnya Kedzaliman Penguasa !
Adanya sebuah kedzaliman penguasa yang kini hadir ditengah masyarakat tidak semata-mata muncul begitu saja. Akan tetapi, munculnya kelaliman dilahirkan dari suatu ide dan perbuatan akan pengurusan terhadap masyarakat yang bathil. Akar masalah yang lahir itulah dikarenakan oleh akar fashlud diin ‘anil hayah (sekularisme) yang menggeliat di dalam akar sistem negeri ini hingga melahirkan ide (fikrah) dan metode (thariqah) dalam mengurusi (ri’ayah) masyarakat secara SEMPALAN !. Apa maksud SEMPALAN tersebut ? Maksudnya adalah mengurusi dengan ide dan metode yang dibuat oleh manusia (basyarun) demi kepentingan nafsu manusia !
Fakta kado pahit di awal tahun 2017 tidak semata-mata muncul begitu saja di tengah masyarakat. Ketika mengamati berbagai geliat penguasa dalam mengurusi kebijakan-kebijakan soal pasokan non-pajak, sebagai contoh pengurusan STNK, BBM, Listrik, juga komoditas cabai dan pertanian lainnya, semua ini tidaklah lahir melainkan dari ide dan metode ‘ala negara adidaya (AS) yang mengemban mabda’ (ideologi) kapitalisme. Lahirnya kebijakan tentu saja mengikuti master plan yang sudah disepakati oleh rezim-rezim sebelumnya. Dimulailah kebijakan pengkhianatan kepada rakyat ini ketika masa orde baru dengan modus “Pembangunan”. Modus Operansi yang diterapkan sudah masyhur di tengah para ekonom dan pakar mengenai arah ekonomi Indonesia semenjak orde baru menuju reformasi. Bahkan, penggodokan arah ekonomi sudah sangat kental di masa orde baru.
Pada sebuah kesempatan di Jakarta tahun 2006, Koalisi Anti Utang (KAU) menyampaikan analisis dengan judul makalah “Mafia Barkeley : Kegagalan Indonesia Menjadi Negara Besar Di Asia” yang menjelaskan bahwsanya Indonesia telah menjadi negara subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari kepentingan global.
“...Salah satu alasan penting mengapa Mafia Berkeley gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menjadikan Indoneia menjadi salah satu negara besar di Asia adalah karena strategi dan kebijakna ekonomi Indonesia yang dirancang oleh Mafia Berkeley akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi (sekedar kepanjangan tangan) dari kepentingan global. Strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia bukan merupakan turunan dari visi kepentingan nasional, yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemandirian ekonomi, tetapi terutama sekedar merupakan alat kepanjangan tangan dari kepentingan global...”
Dalam makalah Koalisi Anti Utang (KAU) tersebut ditambahkan bahwasanya ketika Indonesia menerapkan kebijakan berdasarkan Konsensus Washington yang berisikan butir kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi, liberalisasi keuangan, liberalisasi industri dan perdagangan, dan privatisasi, maka Indonesia akan selalu berhutang dan krisis ekonomi.
“...Hasil tipikal dari model pembangunan Washington Konsensus/IMF-Bank Dunia adalah siklus terus-menerus dari “krisis ekonomi dan akumulasi hutang” (continuous cycles of economic crises and accumulation of debt)...”
Karena itu, kemunculan kedzaliman Pak Jokowi dan Kabinet Kerja awal tahun ini tidak lepas dari arah ekonomi subordinasi yang mengekor dengan Konsensus Washington. Bila dicek, mengapa harga BBM bisa naik ? karena harga minyak dunia naik (liberalisasi migas). Bila dicek, mengapa terjadi kenaikan harga pengurusan STNK dan BPKB sebagai salah satu sektor non-pajak karena paradigma kapitalisme yang tidak mau dirugikan ! Harus rakyat yang dikorbankan untuk mendulan APBN ! Berikutnya, mengapa harga cabai naik ? Katanya akses logistik, jalan dan sebagainya. Ini juga hasil dari paradigma kapitalisme. Bagaimana dengan listrik ? lihat lagi butir-butir Konsensus Washington di atas. Jadi, apakah perjuangan gerakan mahasiswa dan perlawanannya menjadi benar dan tepat bilamana sistem negeri ini tidak diubah ?
Gerakan Mahasiswa Islam dan Penerapan Syari’ah
Gerakan Mahasiswa (Student Movement) yang hadir mewarnai negeri ini sudah seharusnya jeli dengan masalah yang dihadapi. Apalagi kisah reformasi 1998 yang telah menjadi sejarah gerakan mahasiswa dalam mengawal perubahan tidak menghasilkan keinginan dan cita-cita reformasi yang diusung saat itu. Term kesejahteraan, keadilan, hilangnya korupsi, dan kedzaliman penguasa saat ini justru semakin MENJADI-JADI ! Apa yang menjadi kesalahan reformasi ? Kesalahan mendasar karena sistem tidak diubah menuju sistem Islam, karena ide (fikrah) dan metode (thariqah) Islam yang seharusnya ada dalam diri Gerakan Mahasiswa Islam tidak diindahkan dan diimplementasikan sebagai arah gerak politik mahasiswa !
Apa dampak ketika sistem Islam, ide (fikrah), dan metode (thariqah) Islam tidak diusung, maka potensi perubahan itu ditumpangi oleh kepentingan kapitalisme sangatlah besar ! Itulah yang terjadi ketika masa reformasi. Banyak penumpang-penumpang gelap yang berusaha mengarahkan perubahan itu menuju kepentingan para konglomerat. Tidak lain kepentingan konglomerat itu diarahkan untuk kepentingan tuan-tuannya. Tidak lain kepentingan itu diarahkan kepada IMF, World Bank, USAID dan negara digdaya yang menjadi pusatnya Amerika Serikat (AS). Sehingga menjadi sebuah muhasabah yang jernih dan mendasar ketika perubahan tidak diarahkan kepada Islam akan menjadi ‘santapan’ empuk kapitalisme yang dapat melahirkan sejuta cara untuk merenggut perubahan saat ini !!!
Oleh karena itu, perjuangan untuk mengganti sistem dengan sistem pelaksana syari’ah, yakni Sistem Islam menjadi kewajiban Gerakan Mahasiswa Islam saat ini. Penerapan syari’ah di dalam Islam sudah menjadi ma’lumun mina al-dini bi al-dharurati, perkara di dalam agama yang pasti ! Sehingga tidak ada polemik atau perbedaan pendapat tentang kewajiban melaksanakan syari’ah. Dari segi solusi, Syari’ah Islam adalah solusi. Bagaimana tidak ? Pengkhianatan penguasa kepada rakyat ini didasari bukan pada Syari’ah Islam, maka dari itu lahirlah kedzaliman. Syari’ah Islam telah jelas mengatur masalah ekonomi, politik, pendidikan, sebagainya yang menjadi sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat sesuai Islam. Hasan-Qabih (baik-buruk) menurut Allah SWT.
Selanjutnya, dalam hal yang detail, Syari’ah Islam mengatur masalah ekonomi adalah mengatur seluruh perkara dari ekonomi tersebut. Mulai dari standar mata uang, pengelolaan SDA, dan sebagainya. Karena itu, pengelolaan kekayaan alam dan sebagainya inilah menjadi yang yang penting dipahami oleh Gerakan Mahasiswa Islam.
Khatimah
Dengan melihat solusi tuntas kedzaliman saat ini dengan Penerapan Syari’ah Islam, tentu saja perjuangannya pun harus sesuai Syari’ah Islam. Term perlawanan harus dilakukan tanpa kekerasan (non-voilence). Term perjuangan harus dilakukan demi penerapan Syari’ah Islam. Dan contoh perjuangan ini adalah Rasulullah SAW dan para shahabat. Oleh karena itu, spirit perlawanan kepada kedzaliman yang menjadi semangat (ghirah) gerakan mahasiswa musti segera di-reposisi kepada ide dan metode Islam ! ini adalah sebuah kewajiban dari ketauhidan kepada Allah SWT dan ini adalah perkara wajib dari keberadaan insan yang menghamba kepada Rabb-Nya.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab.
Selasa, 10 Januari 2017
Oleh : Muhammad Alauddin Azzam (Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa HTI DIY)
0 Response to "Gerakan Mahasiswa Islam, Perlawanan dan Penerapan Syari'ah"
Post a Comment