-->

Ahok dan Hoax



Dakwah Media - Sebagaimana lansiran harianterbit.com, 1/2/2017 memaparkan bahwa Ahok menjelaskan KH Ma'ruf Amin telah berbohong dengan mengatakan tidak pernah menerima telepon dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Padahal, Ahok menegaskan pihaknya mempunyai bukti jika Ketum MUI menerima telepon dari SBY pada tanggal 6 Oktober 2017, atau sehari sebelum KH Ma'ruf Amin menerima kunjungan pasangan cagub-cawagub Agus-Sylvi di Kantor PBNU pada tanggal 7 Oktober 2016.

"Jadi jelas tanggal 7 Oktober saudara saksi saya berterima kasih ngotot bahwa saudara saksi tidak berbohong, tapi kalau berbohong kami akan proses secara hukum saudara saksi, untuk membuktikan bahwa kami memiliki bukti," ujar Ahok.

Ahok menilai, kesaksian KH Ma'ruf Amin tidak objektif. Apalagi KH Ma`ruf berupaya menutupi jati dirinya pernah menjadi  Wantimpres Presiden SBY. Ahok menyebut ada kecenderungan KH Ma'ruf menyudutkan, karena terikat dengan salah satu pasangan calon gubernur di Pilkada DKI.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faisal Zaini mengatakan pihaknya menyayangkan pernyataan dan sikap Ahok terhadap Kiai Ma'ruf saat persidangan kemarin. Pernyataan itu, kata dia, telah menyinggung perasaan banyak kalangan kiai dan anak muda ansor. "Saya menyayangkan sekali, kami protes keras terhadap yang disampaikan Pak Ahok," kata Helmy saat berbincang dengan detikcom, Rabu (1/2/2017).

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq menyatakan dengan tegas bahwa dia dan pengurus GNPF lainnya tidak terima atas penghinaan yang dilakukan terdakwa kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sidang lanjutan di Kementan, Jakarta Selatan, Selasa (31/1) kemarin. "Para Habib dan GNPF kita tidak terima ketua umum MUI yang sekaligus Rois Am PBNU pada saat beliau hadir di persidangan Ahok sebagai saksi dari MUI dihinakan oleh Ahok dan dihinakan oleh pengacaranya, siap bela ulama? Siapa bela MUI?," ujar Rizieq usai diperiksa terkait kasus makar di Mapolda Metro Jaya, Rabu (1/2). (republika.co.id, 1/2/2017).

Sidang atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok terkesan diulur-ulur. Entah apa skenario yang selanjutnya akan dibuat, namun dari track record yang ada, seolah akan ada skenario yang berupaya agar ahok tidak bisa dihukum. Inilah wajah demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi tidak akan dengan mudahnya menjerat hukum orang-orang yang memiliki pengaruh atau orang-orang yang didukung oleh kekuatan besar yang ada di belakangnya. Kekuatan besar itu tentu memiliki sejumlah agenda untuk menguasai suatu negeri atau bangsa agar tunduk di bawah hegemoninya. Keberpihakan demokrasi kepada kepentingan kapitalis sungguh tidak bisa dipisahkan karena sejatinya demokrasi memanglah bagian dari ideologi kapitalisme.

Berharap keadilan dan penyelesaian berbagai problematika pada demokrasi merupakan kesia-siaan. Tidak ada harapan apapun yang mampu diberikan demokrasi selain harapan palsu. Maka semestinya umat islam tidak pernah memiliki secuilpun harapan pada demokrasi. Masih adanya rasa harapan pada demokrasi merupakan pemikiran yang dangkal. Padahal justru demokrasilah penyebab datang silih bergantinya problematika yang menimpa umat. Masihkah kita tak menyadarinya?

Oleh : A. R. Zakarya (Syabab HTI Kab. Jombang)

0 Response to " Ahok dan Hoax"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close