-->

Level Pertarungan Menuntut Keadilan



Dakwah Media - Aksi demi aksi telah dilalui umat islam. Demi menuntut sang penista agama dan ulama. Jutaan pasang mata telah menyaksikan sidang demi sidang. Kepongahan demi kepongahan ditunjukkan. Sampai pada akhirnya rakyat marah, karena sang penista agama kembali menjabat sisa Gubernurnya.

Tak kurang-kurang umat Islam menuntut hukum betul-betul ditegakkan. Hal ini dikarenakan hukum di Indonesia tidak lagi tegak di atas garis lurus. Justru yang terjadi seperti menegakkan benang basah. Siapa pun tahu, hukum begitu dipermainkan dengan beragam jurus mabuk. Penguasa dilindungi beragam kasusnya, namun rakyatnya dihinakan dan dijebloskan dalam penjarah. Apakah ini bukti keseriusan hukum kita? Bukan mustahil ada manusia kebal hukum di negeri ini. Sungguh naif dan ironis.

Related

Manusia Kebal Hukum

Kasus yang menimpa Ahok sangat menyita perhatian kehidupan berbangsa dan bernegara. Kasus demi kasus menimpanya, mulai dari  Bus Trasjakarta, Rumah Sakit Sumber Waras sampai penistaan agama.  Tak satupun bisa menghentikan langkahnya. Korbanpun  telah banyak menjadi tumbal ambisinya. Baik perorangan semisal Rizal Ramli ataupun menteri Susi. Lembaga Negara sekelas KPK harus tertunduk lesu dalam kasus Sumber Waras. Partai sebesar PDIP terpaksa bertekuk lutut dan harus  menjagokannya untuk merebut kursi Gubernur DKI. Dan yang lebih mencengangkan, Negara dengan segala kekuasaanya digunakan untuk membela habis habisan.Itulah Ahok, manusia “hebat” abad ini yang sekarang menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

Dalam sistem kapitalisme manusia “hebat” seperti Ahok bisa terjadi. Sebab modal-capital adalah kata kuncinya. Siapa yang kuat modalnya dialah yang berhak berkuasa,Berkuasa segalanya. Siapapun mafhum , Kepentingan pemilik modallah yang menjadikan Ahok teguh pendirian dalam merebut mahkota gubernur DKI.Kasus penistaan agama, yang harus berhadapan dengan ratusan juta ummat islam. Dan sudah ada lima kali aksi besar besaran juga tak sanggup membunkamnya. Semua kekuatan berpihak kepadanya, mulai media, modal maupun kekuasaan.

Ibarat pertandingan sepakbola, Ahok adalah pemain tunggal sebagai striker-penyerang menghadapi umat Islam yang sedang menuntut keadailan. Striker selalu menyerang dan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Ironisnya setiap kali striker menyerang dan tim muslim mencoba menghadangya, selalu ada pihak muslim yang menghalanginya. Itu bisa terjadi karena pertandingan sudah didesain sang pemilik modal dan asing. Semua perangkat dan aturan pertandingan harus menguntungkan kesebelasanya.  Meski harus dengan cara kotor dan menjijikkan,Tidak peduli.

Menjadi Pemenang 

Islam memandang orang semacam Ahok adalah lemah dan sangat rapuh. Kelemahan pertama adalah sebagaimana nabi Saw gambarkan. ”Orang cerdas adalah yang bisa mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk bekal setelah kematian, sedang orang lemah adalah yang menuruti hawa nafsunya dan berharap masuk surga (tanpa beramal)”. Hadits dikeluarkan dari At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Syadad bin Aus.

Ahok sangat berambisi untuk menjadi gubernur, padahal hampir mayoritas penduduk Jakarta tidak menghendakinya.  Banyaknya kasus yang menimpanya, juga status tersangka yang dia sandang juga menutup mata siapa dirinya yang sebenarnya. Kuatnya tekanan pemodal agar dirinya  merebut kursi gubernur adalah indikator nyata bahwa dia adalah lemah dalam tekanan orang lain.Kelemahan kedua adalah dia sombong, ini ditunjukkan dengan  gaya bahasa dan tubuhnya ketika marah dengan bawahannya, bahkan saking sombongnya sampai pernah berucap kalau tuhan ngaco akan dilawannya. Nabi saw bersabda, ”Orang kuat bukanlah yang kuat dalam bergulat, namun orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah” (HR.Bukhori-Muslim)

Sedangkan muslim pada hakekatnya adalah orang yang kuat. Muslim menyandarkan dirinya pada kekuatan pencipta semata meski hukum sebab akibat-sunnatullah juga sangat diperhatikan.Tanda kuatnya muslim terwujud tatkala sanggup mengendalikan diri dari nafsu dan mengusai diri ketika marah. Disamping itu pengakuan dari pencipta juga sudah sangat gamblang dan tidak bisa dibantah lagi. Satu muslim itu setara dengan dua  puluh non muslim ( QS,8 al Anfal,65) atau selemah-lemahnya muslim itu sanggup mengatasi dua orang non muslim. ( QS,8 al Anfal,66).

Jika demikian faktanya, seharusnya ummat islam adalah menguasai permainan, tapi kenapa Ahok yang menang dan muslim jadi pecundang? Jawabnya adalah karena muslim masih dikuasai nafsu dan kurang sabar serta lapangan berikut perangkat pertandingan  yang digunakan adalah buatan dan jebakan musuh. Muslim masih mengikuti nafsu karena mau menggunakan hukum kufur demokrasi buatan manusia. Sedang lapangan dan perangkat pertandingan yang layak dan benar adalah sistem islam, bukan  sistem demokrasi, liberalism kapitalisme. Jika ingin menang dan mengalahkan Ahok berikut pendukung dan sponsor modalnya  baik asing, aseng maupun  asong bahkan dunia sekalipun, maka dengan menerapkan khilafah ala minhaji an nubuwwah. Wallahu a’lam bish showab.

Oleh: Suhari Rofaul Haq (Praktisi Pendidikan dan Politik)
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Level Pertarungan Menuntut Keadilan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close