Parah, Menteri Jonan: Lebih Baik Tinggalkan Desa Tanpa Listrik, Daripada Dibangun Tapi Tak Mampu Bayar
Dakwah Media - Menteri ESDM Ignasius Jonan menyebutkan, calon investor harus melihat langsung daerah atau kawasan lokasi tempat mereka akan menaruh investasinya.
"Kami tidak mendorong Anda untuk membangun sesuatu yang tidak terjangkau untuk bisnis. Jadi Anda bisa pergi ke wilayah yang tarifnya bisa dijual," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Hal tersebut disampaikan Jonan dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Denmark meminta para investor Denmark menanamkan modalnya untuk membangun pembangkit yang terjangkau bagi bisnis.
Tujuannya supaya hasil listrik yang bisa dijual sesuai dengan kemampuan masyarakat tempat terbangunnya pembangkit.
"Bisa kita bayangkan bahwa suatu hari seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang tidak pernah melihat listrik di desanya, melihat ada kabel listrik yang diletakkan di daerahnya. Anak muda ini bertanya apakah mereka mampu membelinya,"
"Jika orangtua mereka mengatakan, ‘Tidak karena kita tidak mampu membelinya,’ maka tidak ada gunanya pembangunan pembangkit di daerah tersebut," sambungnya.
Menurut Jonan, lebih baik meninggalkan desa tanpa listrik selamanya daripada memfasilitasi listrik namun tidak mampu membeli. Pasalnya, ini bisa menyakitkan orang di desa tersebut.
Sebagaimana diketahui, dalam lembar data (Fact Sheet) kerjasama bilateral Kementerian ESDM dan Menteri Kerjasama Pembangunan Denmark Ulla Tornaes, ada sejumlah perusahaan asal Denmark yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Perusahaan tersebut di antarannya Siemens Wind Power, Burmeister & Wain Scandinavian Contractor (BWSC), Vestas Wind System, Dong Energy, Welltec, dan Babcock & Wilcox Volund.[tic]
"Kami tidak mendorong Anda untuk membangun sesuatu yang tidak terjangkau untuk bisnis. Jadi Anda bisa pergi ke wilayah yang tarifnya bisa dijual," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Hal tersebut disampaikan Jonan dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Denmark meminta para investor Denmark menanamkan modalnya untuk membangun pembangkit yang terjangkau bagi bisnis.
Tujuannya supaya hasil listrik yang bisa dijual sesuai dengan kemampuan masyarakat tempat terbangunnya pembangkit.
"Bisa kita bayangkan bahwa suatu hari seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang tidak pernah melihat listrik di desanya, melihat ada kabel listrik yang diletakkan di daerahnya. Anak muda ini bertanya apakah mereka mampu membelinya,"
"Jika orangtua mereka mengatakan, ‘Tidak karena kita tidak mampu membelinya,’ maka tidak ada gunanya pembangunan pembangkit di daerah tersebut," sambungnya.
Menurut Jonan, lebih baik meninggalkan desa tanpa listrik selamanya daripada memfasilitasi listrik namun tidak mampu membeli. Pasalnya, ini bisa menyakitkan orang di desa tersebut.
Sebagaimana diketahui, dalam lembar data (Fact Sheet) kerjasama bilateral Kementerian ESDM dan Menteri Kerjasama Pembangunan Denmark Ulla Tornaes, ada sejumlah perusahaan asal Denmark yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Perusahaan tersebut di antarannya Siemens Wind Power, Burmeister & Wain Scandinavian Contractor (BWSC), Vestas Wind System, Dong Energy, Welltec, dan Babcock & Wilcox Volund.[tic]
0 Response to "Parah, Menteri Jonan: Lebih Baik Tinggalkan Desa Tanpa Listrik, Daripada Dibangun Tapi Tak Mampu Bayar"
Post a Comment