Korban Meninggal, Ini Surat dari emak emak untuk BOBOTOH !!!
Dakwah Media - Sejak dulu saya tidak pernah bersimpati pada pecinta bola, mau "bobotoh" mau "thejack" mau "bonek".
Bagi saya, mereka seperti hidup di dunia mereka sendiri. Bahagianya mereka terukur dari kemenangan klub tercinta. Klub menjadi berhala, kemenangan menjadi agama. Tak peduli apakah orang suka atau tidak, yang penting klubnya menang, mereka pesta pora.
Tentu pendapat saya akan ada yang menentang, sebab dari ribuan suporter pasti ada saja yang tidak sejelek yang saya gambarkan. Mereka yang menonton karena murni menyenangi pertandingan olahraga.
Namun, kelakuan sejumlah besar mereka yang minus selalu membuat kesal. Celakanya, hanya sedikit suporter yang jinak dan simpatik. Sisanya, dalam jumlah yang jauh lebih besar, selalu memajang perilaku yang membuat mual.
Silakan lihat bila ada pertandingan Persib; maka jalan-jalan akan dipenuhi dengan bobotoh yang tak peduli dengan pengendara kendaraan manapun. Ugal-ugalan di jalan, tanpa memakai helm, sebab bagi mereka kaos dan atribut Viking lebih penting dari sekedar keselamatan jiwa.
"Persib Nu Aing"
"Untuk Persib hidup dan matiku"
Dan slogan-slogan lainnya tersemat dengan gagahnya di kaos mereka. Baik laki-laki maupun perempuan. Ngenesnya, mayoritas usianya sangat belia. Laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan berboncengan, terkadang tiga orang dalam satu motor. Duh.
Entah kapan itu, entah tahun kapan. Ridwan Kamil sudah menjabat Walikota. Persib memenangi piala Presiden kalau tidak salah. Saya ikut senang, sebab bagaimanapun saya warga Jawa Barat. Namun saat pulang mengajar, tak urung hati ini was was sebab jalan Pasteur berubah membiru, dipenuhi para bobotoh yang seolah kesurupan. Menyemuti jalan, berteriak-teriak dan bernyanyi, membakar ban dan minum-minum di pinggir jalan (minuman yang saya yakin bukan Fruit Tea atau Teh Botol).
Bagaimana mau simpati, coba?
Beberapa hari terakhir ini, dinding media sosial saya dipenuhi berita tentang seorang anak muda yang mesti meregang nyawa. Ia meninggal setelah sebelumnya dikeroyok oleh para bobotoh yang ketinggalan otak, sebab ia disangka anggota TheJack.
Usianya masih 22 tahun, dikenal sebagai anak yatim piatu yang baik. Kematian menjemputnya sebab ia "terlalu baik". Ia bermaksud menolong anggota TheJack yang dikeroyok massa.
Teman saya yang bekerja di RS Santo Yusuf tempat almarhum dirawat, bercerita bahwa para dokter dan perawat berjuang keras selama lima hari, bergantian berusaha menyelamatkan si anak muda ini. Dokter bilang, jantungnya masih sehat, masih berusaha berdetak namun tak kuat sebab organ lain sudah terlampau parah kerusakannya. Teman saya bilang, ibarat jiwanya masih ingin bertahan namun tubuhnya sudah tak kuat.
Dan kalian yang telah membunuhnya ... kalian yang tak pernah peduli apakah orang suka dengan raungan motor kalian, yang tak pernah peduli apakah jalanan akan menjadi semakin macet atau tidak gara-gara kalian. Kalian yang tak pernah peduli hidup kecuali jika klub yang kalian puja itu menang.
Sedangkan teman sesama bobotoh saja kalian matikan kesempatannya untuk menikmati hari esok.
Jadi, bagaimana kami bisa simpati, coba???
Saatnya evaluasi. Klub kalian itu sangat banyak. Dimana-mana kelompok yang anggota banyak selalu rawan pertahanan di bagian paling bawah.
Lihat kelakuan teman-teman kalian sendiri!
Jangan cuma berkoar-koar viking ini,viking itu, tapi di lapangan masih ada teman kalian yang kelakuannya macam tak pernah diajari di sekolahan.
Kalo sudah nyawa melayang, mau diganti pakai apa??
Semua atribut kebanggaan tidak bisa dibawa mati.
Cari itu pelakunya sampai dapat. Kalian kan berkotak-kotak. Koordinator wilayah pasti ada. Hukum sesuai dengan apa yang pantas mereka terima. Siapa berbuat berani bertanggungjawab.
Kalau tidak, sudah jangan jadi bobotoh dengan nama keren Viking. Kalian kalah telak dari grup ibu-ibu yang gotong royong mengadakan program jumsih.
Introspeksi hey!
Orangtua, introspeksi heeey ... mengapa kalian biarkan gadis belasan tahun kalian di jalan, berboncengan bertiga di atas motor, dihimpit dua laki-laki. 😰😰😰😰😰
Introspeksi ...
Buat kalian esok, matahari masih terbit. Untuk keluarga almarhum Ricko, esok takkan lagi sama.
Buatlah kami simpati pada kalian ... setidaknya sekali saja.
Sebab hidup bagi sebagian besar orang, bukan soal kalah atau menangnya bola.
Irma Susanti Irsyadi
Tentu pendapat saya akan ada yang menentang, sebab dari ribuan suporter pasti ada saja yang tidak sejelek yang saya gambarkan. Mereka yang menonton karena murni menyenangi pertandingan olahraga.
Related
Namun, kelakuan sejumlah besar mereka yang minus selalu membuat kesal. Celakanya, hanya sedikit suporter yang jinak dan simpatik. Sisanya, dalam jumlah yang jauh lebih besar, selalu memajang perilaku yang membuat mual.
Silakan lihat bila ada pertandingan Persib; maka jalan-jalan akan dipenuhi dengan bobotoh yang tak peduli dengan pengendara kendaraan manapun. Ugal-ugalan di jalan, tanpa memakai helm, sebab bagi mereka kaos dan atribut Viking lebih penting dari sekedar keselamatan jiwa.
"Persib Nu Aing"
"Untuk Persib hidup dan matiku"
Dan slogan-slogan lainnya tersemat dengan gagahnya di kaos mereka. Baik laki-laki maupun perempuan. Ngenesnya, mayoritas usianya sangat belia. Laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan berboncengan, terkadang tiga orang dalam satu motor. Duh.
Entah kapan itu, entah tahun kapan. Ridwan Kamil sudah menjabat Walikota. Persib memenangi piala Presiden kalau tidak salah. Saya ikut senang, sebab bagaimanapun saya warga Jawa Barat. Namun saat pulang mengajar, tak urung hati ini was was sebab jalan Pasteur berubah membiru, dipenuhi para bobotoh yang seolah kesurupan. Menyemuti jalan, berteriak-teriak dan bernyanyi, membakar ban dan minum-minum di pinggir jalan (minuman yang saya yakin bukan Fruit Tea atau Teh Botol).
Bagaimana mau simpati, coba?
Beberapa hari terakhir ini, dinding media sosial saya dipenuhi berita tentang seorang anak muda yang mesti meregang nyawa. Ia meninggal setelah sebelumnya dikeroyok oleh para bobotoh yang ketinggalan otak, sebab ia disangka anggota TheJack.
Usianya masih 22 tahun, dikenal sebagai anak yatim piatu yang baik. Kematian menjemputnya sebab ia "terlalu baik". Ia bermaksud menolong anggota TheJack yang dikeroyok massa.
Teman saya yang bekerja di RS Santo Yusuf tempat almarhum dirawat, bercerita bahwa para dokter dan perawat berjuang keras selama lima hari, bergantian berusaha menyelamatkan si anak muda ini. Dokter bilang, jantungnya masih sehat, masih berusaha berdetak namun tak kuat sebab organ lain sudah terlampau parah kerusakannya. Teman saya bilang, ibarat jiwanya masih ingin bertahan namun tubuhnya sudah tak kuat.
Dan kalian yang telah membunuhnya ... kalian yang tak pernah peduli apakah orang suka dengan raungan motor kalian, yang tak pernah peduli apakah jalanan akan menjadi semakin macet atau tidak gara-gara kalian. Kalian yang tak pernah peduli hidup kecuali jika klub yang kalian puja itu menang.
Sedangkan teman sesama bobotoh saja kalian matikan kesempatannya untuk menikmati hari esok.
Jadi, bagaimana kami bisa simpati, coba???
Saatnya evaluasi. Klub kalian itu sangat banyak. Dimana-mana kelompok yang anggota banyak selalu rawan pertahanan di bagian paling bawah.
Lihat kelakuan teman-teman kalian sendiri!
Jangan cuma berkoar-koar viking ini,viking itu, tapi di lapangan masih ada teman kalian yang kelakuannya macam tak pernah diajari di sekolahan.
Kalo sudah nyawa melayang, mau diganti pakai apa??
Semua atribut kebanggaan tidak bisa dibawa mati.
Cari itu pelakunya sampai dapat. Kalian kan berkotak-kotak. Koordinator wilayah pasti ada. Hukum sesuai dengan apa yang pantas mereka terima. Siapa berbuat berani bertanggungjawab.
Kalau tidak, sudah jangan jadi bobotoh dengan nama keren Viking. Kalian kalah telak dari grup ibu-ibu yang gotong royong mengadakan program jumsih.
Introspeksi hey!
Orangtua, introspeksi heeey ... mengapa kalian biarkan gadis belasan tahun kalian di jalan, berboncengan bertiga di atas motor, dihimpit dua laki-laki. 😰😰😰😰😰
Introspeksi ...
Buat kalian esok, matahari masih terbit. Untuk keluarga almarhum Ricko, esok takkan lagi sama.
Buatlah kami simpati pada kalian ... setidaknya sekali saja.
Sebab hidup bagi sebagian besar orang, bukan soal kalah atau menangnya bola.
Irma Susanti Irsyadi
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Korban Meninggal, Ini Surat dari emak emak untuk BOBOTOH !!!"
Post a Comment