Pro Kontra Valentine Day, Sikapmu Apa?
Ada apa sih rame-rame di bulan Februari? Saya rasa teman-teman sudah paham. Apalagi kalau bukan agenda tahunan Valentine Day yang semakin semarak saja dirayakan. Sejauh ini saya yakin teman-teman pastinya melihat pro dan kontra terkait perayaan ini. Inilah sebab kenapa bulan Februari selalu ramai dibicarakan. Ada kalangan ulama dan aktivis-aktivis dakwah yang kontra dan menolak , ini adalah orang-orang yang paham syariat, menginginkan generasi tumbuh dengan kuat dan tidak dirusak. Kemudian ada pula kalangan pengusaha yang pro dengan meriahnya perayaan Valentine Day, pengusaha yang memproduksi produk tertentu, biasanya produk kondom, coklat dan berbagai aksesoris yang banyak dicari dan dibutuhkan di momen ini. Tidak lupa pula pengusaha yang memiliki tempat-tempat hiburan termasuk tempat-tempat penginapan. Nah lho, yang mendukung yang begini ini?
Pro dan kontra ini sebenarnya sudah jelas kemana arahnya. Bagi yang pro atau mendukung, sesungguhnya hanya satu muaranya yaitu mengharapkan laba yang sebesar-besarnya. Yup, keuntungan yang akan didapat oleh pengusaha-pengusaha ini dalam momen Valentine Day sangatlah besar. Tidak tanggung-tanggung, penjualan kondom meningkat 500 persen, di Pontianak, Kalimantan Barat (news.okezone.com, 13/2/2013 ). Ini baru satu daerah saja, jika di daerah lain penjualan juga meningkat, bayangkan saja, berapa dolar yang masuk ke kantong mereka? Belum lagi keuntungan dari coklat yang mendadak laris terjual di hari Valentine Day. Dengan kondisi yang menjanjikan ini sudah jelas kalangan pengusaha akan terus mendukung dimeriahkannya perayaan Valentine Day, mereka tidak akan peduli sejauh apa dampaknya bagi generasi bangsa.
Sedangkan untuk kalangan ulama dan aktivis-aktivisa dakwah, tidak ada keuntungan yang ia dapat dari bersikap kontra atau menolak Valentine Day kecuali pahala yang Allah sematkan pada perjuangan mereka. Mereka hanya berpikir lurus dan jernih mengenai kehidupan yang seharusnya ada. Mereka hanya taat pada aturan Sang Penciptanya, membentengi meski dengan sisa-sisa tenaga. Mereka menjaga generasi agar tidak kebablasan yaitu mengambil hal yang oleh agama dilarang. Hanya itu tujuan mereka, mendedikasikan dirinya untuk agama.
Dalam hal ini MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah menyatakan sikapnya untuk menolaknya dan meminta umat islam agar tidak merayakannnya karena bertentangan dengan agama. "Kami berharap umat muslim tidak merayakan pada `Valentine`s Day` atau `hari kasih sayang`, karena mengundang kemaksiatan dan itu budaya luar," kata Sekertaris MUI Kabupaten Lebak KH Baidjuri di Rangkasbitung (www.antaranews.com, 10/2/2013. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia pun menolak perayaan yang sarat maksiyat semacam ini, kampanye penolakan Valentine Day dilakukan di berbagai kota. Dalam acara Dialog Muslimah“Selamatkan Generasi Dari Bahaya Liberalisme“ Pemerhati Remaja dan Aktivis MHTI Kota Kendari Nida Afifah, SE mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena Valentine Day yang marak di kalangan remaja muslim. Remaja muslim merayakan Valentine Day dengan memberikan coklat pada kekasih, tukar kado sebagai tanda sayang, bahkan tukar–tukaran pasangan untuk semalam, kemudian melakukan free sex. Akibatnya, merebak penyakit – penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, PMS dan sebagainya di kalangan remaja (hizbut-tahrir.or.id, 12/02/2009).
Related
Sebagai generasi pilihan tentu teman-teman harus memiliki sikap pasti terkait perayaan Valentine Day ini. Sikap mendukung dan membiarkan perayaannya atau sikap menolak perayaannya. Sebelum teman-teman memutuskan akan berpihak kepada siapa, haruslah infornasi terkait Valentine day ini didapatkan secara utuh. Mulai dari sejarah kemunculannya hingga dampak-dampak yang dihasilkannya.
Apa itu Valentine Day? Sebenarnya banyak versi tentang hal ini, namun saya rasa, satu versi saja cukup membuat kita mengerti makna dari Valentine Day yang sesungguhnya.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Lebih lengkap tentang asal usul Valentine Day, teman-teman chek langsung di link ini http://www.duniaterkini.com/2014/02/asal-mula-valentines-day.html.
Dari salah satu versi saja sangat jelas bahwa Valentine Day bukan berasal dari islam dan tidak disyariatkan, justru Valentine Day ini haram ketika dirayakan. Rosulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut” (HR. Abu Daud). Seorang muslim harus meninggalkannya.
Kemudian apakah setelah merayakan hari kasih sayang ini mereka mendapatkan dampak yang baik? Ternyata..tidak! yang mereka dapatkan adalah penyesalan di dunia dan akhirat. Saya rasa semua sudah tau apa yang dilakukan mereka saat merayakan Valentine Day, seks bebas menjadi pilihan utama, kemudian kembali melonjak angka aborsi yang merubah mereka menjadi monster yang menyeramkan, membunuh janin yang tak berdosa. Inikah yang kita inginkan? Tentu tidak bukan. Namun inilah fakta dari sebuah perayaan.
Sebenarnya sudah bisa ditarik benang merahnya, bagaimana sikap kita seharusnya. Mendukung atau menolak? Memang semua kembali pada pilihan masing-masing, bagi seorang muslim pastinya semua pilihannya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak pada hari pembalasan. Memilih dan besikaplah dengan benar dan bijak, jadikan hanya hukum syara sebagai pijakan. Buktikan bahwa kitalah generasi-generasi pilihan.
Wallahu’alam bi ash-shawab.
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Pro Kontra Valentine Day, Sikapmu Apa?"
Post a Comment