-->

Bangsa Tak Butuh Pilar !!!


Akhir-akhir ini kita sering mendengar pilar kebangsaan. Dikatakan ada 4 pilar kebangsaan, yaitu pancasila, UUD 1945, bhineka tunggal ika, dan NKRI. Bahkan dimana-dimana diadakan training, pelatihan dan seminar, untuk mengokohkan pilar-pilar ini. Pembahasan tentang pilar kebangsaan ini, dibahas di TV, radio, majalah, koran, pesantren, sekolahan, kampus, bahkan di masjid-masjid. Tentu saja, banyak yang kebanjiran order untuk pelaksanaan proyek ini, terutama ormas-ormas dengan massa besar, LSM-LSM, dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki banyak pengikut. Dalam hal ini, jika kita sedikit kritis, pasti kita akan bertanya: Benarkah ada pilar kebangsaan? Benarkah bangsa membutuhkan pilar? Apakah hal ini hanya ada di Indonesia?
Untuk membahas hal ini, kita akan merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangsa memiliki beberapa makna, diantaranya (1) bangsa adalah kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri: Contoh Bangsa India; Bangsa Indonesia; Bangsa Mesir; (2) bangsa adalah golongan manusia, binatang, atau tumbuhan yg mempunyai asal-usul dan sifat khas yg sama; (3) bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan menempati wilayah tertentu di muka bumi, dan lain-lain.
Jadi, dari beberapa definisi tentang bangsa, maka dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah kumpulan orang yang biasanya memiliki kesamaan asal-usul keturunan, sejarah, adat, bahasa, daerah, dan kebudayaan dalam arti umum. Dengan definisi ini, maka sebenarnya bangsa tak butuh pilar. Pilar itu adalah penyokong utama, jika satu saja pilar hilang, maka bangunan itu akan runtuh. Jika memang Bangsa Indonesia beridiri dengan 4 pilar seperti diatas, maka jika satu dari 4 pilar itu hilang, maka Bangsa Indonesia akan runtuh. Benarkah?
Hal ini jelas tidak benar. Bangsa adalah masyarakat dengan kesamaan asal-usul. Bangsa tak butuh pilar. Bangsa Indonesia tak akan ambruk atau musnah, seandainya 4 pilar itu tidak ada. Bangsa Indonesia akan musnah, bukan karena kehilangan pilar-pilarnya, tapi karena faktor lain, antara lain: Pertama, misalnya karena suatu bangsa sangat durhaka kepada Allah kemudian Allah mengadzabnya hingga musnah, sebagaimana bangsa-bangsa pada masa lalu. Kedua, jika masyarakat keasikan berbuat zina sehingga tak ada lagi yang mau nikah dan punya anak (slogannya: ngapain capek-capek pelihara kambing, mendingan beli di pinggir jalan saja, tinggal menikmati, bahkan dengan menu yang variatif), maka sangat mungkin bangsa ini akan musnah. Ketiga, masyarakat kelakukannya seperti “jeruk makan jeruk”, laki-laki kawin dengan laki-laki, dan wanita dengan wanita. Otomatis tidak akan memiliki anak, sehingga tidak punya keturunan, dan kemungkinan bangsa tersebut akan musnah. Keempat, terjadinya pernikahan antar bangsa secara massal dan besar-besaran, sehingga akhirnya pada suatu generasi sangat sulit untuk mengidentifikasi nenek-moyangnya. Dalam kasus ini identifikasi suatu bangsa akan hilang secara berangsur-angsur. Kejadian-kejadian inilah yang membuat suatu bangsa akan musnah atau tak bisa teridentifikasi lagi, bukan karena pilar-pilar kebangsaan seperti yang disebutkan di atas.
Jadi, musnahnya bangsa bukan karena kehilangan pilar-pilarnya. Terlebih lagi, jika Bangsa Indonesia pilarnya empat seperti disebut diatas, bangaimana dengan kakek-nenek kita yang wafat sebelum tahun 1945. Pasti mereka tak akan mengenal UUD 1945, apalagi mengamalkan secara murni dan konsekuen, seperti para tokoh yang hebat-hebat itu. Apakah kita akan mengatakan mereka bukan bagian Bangsa Indonesia? Jika nenek-moyang kita bukan bukan Bangsa Indonesia, lalu kita semua ini anak cucu siapa? Bukankah bangsa itu masyarakat yang berasal dari nenek-moyang yang sama?
Terus terang, saat mendengar ada orang menyanyikan lagu, “ tujuh belas agustus tahun empat lima... itulah hari lahirnya bangsa indonesia....”, saya hanya bisa senyum-senyum, dalam hati saya berkata, “kok aneh sekali ya?” dan saya langsung teringat dengan Pangeran Diponegoro yang wafat sebelum tahun 1945. Lalu lagunya diteruskan “Merdeka... sekali merdeka, tetap merdeka”, hati saya berkata, “kalau merdeka, mengapa BBM naik terus, demo dimana-mana, sumber daya alam dikuasai asing, kebijakan pemerintah didekte oleh para kaum kolonialis”.
Kembali ke permasalahan pilar kebangsaan, saya juga ingin tahu apakah bangsa-bangsa lain memiliki pilar, ternyata sepanjang yang saya tahu, tidak ada satupun bangsa di dunia yang memiliki pilar. Karena itu jika ada diantara teman-teman yang tahu pilar-pilar bangsa lain, mohon saya diberitahu. Maklum saya ini orang awam, yang harus banyak diberi informasi dan masukan.
Lalu, jika 4 hal diatas bukan pilar bangsa, lalu sebetulnya apa ya? Menurut saya, 4 hal diatas, kemungkinan besar adalah pilar negara sekuler republik indonesia, bukan pilar bangsa indonesia. Mengapa saya katakan negara sekuler, karena oleh Pak Soekarno, syariah Islam dicoret dari sila pertama pancasila. Meskipun, para pejabat sendiri tidak ada yang mau, kalau disebut negara sekuler, mereka lebih senang disebut negara agamis. Menurut mereka, meskipun memang agama tidak boleh menjadi aturan, tapi paling tidak kalau ada kelahiran, pernikahan dan kematian, dilakukan prosesi dengan agama tertentu. Menurut mereka, ini sudah kaffah, karena kelahiran-pernikahan-kematian, itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Namun, terus terang, 4 hal itu, dalam prakteknya tidak lebih dari macan ompong. Dalam praktiknya, Negara Indonesia sendiri, diatur dengan ideologi lain, bukan oleh 4 pilar tersebut. Dalam setiap pengambilan kebijakan pemerintah, 4 pilar itu tak pernah ada “bunyinya”. Untuk membuktikan hal ini, saat penyerahan Blok Cepu ke Exxon Mobile, apakah ada yang menolak dengan alasan bertentangan dengan pancasila, UUD 1945, bhineka tunggal ika atau NKRI? Bahkan para pejabat itu sepakat menjualnya, karena UU Migas liberal memang mengijinkannya. Lihat pula penyerahan kekayaan alam yang lain, modusnya selalu sama. Bukankah demikian? Lalu dimana empat pilar itu?
Secara real yang, semenjak 1945-sekarang, mengendalikan bangsa ini adalah ideologi sosialisme dan kapitalsme. Ideologi sosialisme diterapkan pada zaman Pak Soekarno, dan ideologi kapitalisme pada zaman Pak Soeharto, dan ideologi kapitalisme-liberal pada zaman pasca Pak Harto hingga sekarang. Ideologi-ideologi inilah yang telah merusak dan menghancurkan Bangsa Indonesia. Ideologi-ideologi inilah yang telah secara legal menjual kekayaan alam bangsa ini kepada asing penjajah. Bahkan, bukan hanya kekayaan alam bangsa ini, tetapi bangsa ini sendiri dijual ke asing sebagai budak dan PRT, tapi biar keren mereka disebut sebagai “pahlawan devisa”.
Hanya ideologi Islam yang belum pernah diterapkan semenjak 1945-sekarang. Padahal ideologi Islam itulah yang akan menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan dan kehancuran. Ideologi Islam berasal dari pencipta alam semesta dan pencipta bangsa ini, Allah. Allah tidak ada kepentingan. Allah menurunkan Islam adalah untuk rahmat bagi sekalian alam, termasuk Bangsa Indonesia. Tapi dengan satu syarat, Bangsa ini harus mau menerapkan syariahNya yang agung. Islam itulah yang akan menyelamatkan bangsa ini dan bangsa-bangsa lain di dunia, terlebih lagi mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim, jadi sangat compatible dengan syariah Islam.
Terakhir, apakah bangsa butuh pilar? Jawabnya adalah seperti kata-kata anak saya “Joko sembung naik ojek, nggak nyambung jek!!!”.
Wallahu a’lam.
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Bangsa Tak Butuh Pilar !!!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close