-->

Belajar Jadi Rakyat



Laporkan iklan ?


bbm naik

Related



Laporkan iklan?


AKU seorang mahasiswa. Baru saja menyandang status itu sekira tiga bulan yang lalu. Untuk menjadi mahasiswa sudah tiga bulan aku merantau di kota Bandung, dan saat ini harus mampu mengatur apa-apa dengan sendiri.


Hari ini aku tengah merenungi. Peribahasa yang menyebutkan bahwa setelah sekolah kita akan terjun ke Masyarakat. Menurutku “terjun ke masyarakat”adalah sebutan halus dari istilah bekerja, atau mungkin melanjutkan kuliah sekalipun. Entah maksud aslinya seperti apa.


Omong-omong soal masyarakat, omong-omong soal rakyat, hari ini entah kenapa aku baru merasa menjadi masyarakat pada umumnya, sebagai rakyat biasa. Maksudku bukan berarti dahulu aku merasa menjadi pejabat. Tapi mungkin karena dahulu statusku hanya sebagai seorang pelajar, yang berada dalam tanggung jawab orang tua. Tidak punya otonomi sendiri sebagai warga negara karena belum punya KTP. Dan yang pasti tidak bingung saat BBM naik.


Beda dengan saat ini, saat ini aku merasa menjadi orang yang memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri. Bertanggungjawab mengatur hidup sendiri dari A sampai Z, karena jauh dari orrang tua. Termasuk masalah perut. Dan aku mulai paham bagaimana pusingnya, saat tiba-tiba BBM naik.


Aku menyebutnya tiba-tiba, karena sebelumnya aku tidak tahu kapan tepatnya BBM akan dinaikkan. Maklumlah di kamar kost-ku tak ada televisi, jadi kurang update alias kudet. Meskipun sebelumnya telah ramai digembar-gemborkan BBM akan naik. Tapi waktu itu aku merasa bahwa partai ‘itu’, aku pikir tak mesti disebut namanya, akan mencoba untuk mencegah keputusan dinaikkannya harga BBM.


Ingat betul aku, ketika ada rencana kenaikkan BBM sebelumnya, partai ‘itu’ mencegah mati-matian dinaikkannya harga BBM. “Kami prorakyat,” begitu kira-kira bahasanya. Aku tahu betul karena waktu itu aku rela menonton sidang DPR yang membahas kenaikkan harga BBM semalam suntuk. Di mana jalannya sidang berlangsung alot dan panas, yang harusnya diputuskan jam 12 malam, ditambah sampai jam satu pagi, tapi tetap saja tidak ada keputusan pasti. Dan ingat betul aku ada beberapa fraksi partai yang walk out termasuk partai ‘itu’. Dan alangkah terkejutnya aku, faktanya malah terbalik saat ini. Ah! Entahlah tak mau bahas. Yang pasti intinya BBM naik.


Omong-omong BBM naik saat ini lebih terasa olehku, sudah kubilang sekarang aku rakyat. Meskipun dulu juga sebenarnya rakyat. Ingat sekali dulu, ketika BBM naik yang dipikirkan sebagai seorang pelajar adalah naik uang jajan. Ongkos angkot menjadi alasan. Ketika jadi pelajar dampak yang dirasakan hanya sebatas ongkos angkot yang asalnya 2.000 perak jauh dekat, menjadi 3.000 perak. Hanya sebatas itu.


Tidak berpikir bahwa, orang tua tidak naik gaji ketika BBM naik. Yang penting ongkos bertambah. Tapi sekarang aku mulai menyesalinya, saat terasa betul susahnya.


Ingat sekali waktu beberapa hari yang lalu. Sebagai anak kost-an beli lauk nasi pergi ke warteg. Aku terkejut saat tiba-tiba harga makanan naik, (sudah kubilang aku tidak tahu pasti kapan BBM naik). Niat mau jajan ini itu terpaksa di-stop karena uang pas-pasan. Untung saja tidak malu karena uangnya kurang.


Dan saat itu aku mulai merasa harus mengirit-irit. Lihat makanan cuma bias gigit jari. Bahkan aku mulai takut untuk pergi ke warteg lagi. Ya sudah, efektifkan sisa mie instan siang dan malam. Anak kost-an di tanggal tua, ah… tahu sendirilah kayak gimana. Sangat disesali kenapa BBM harus direncanakan naik menjelang tanggal tua. Mungkin pembuat keputusan belum pernah merasa jadi anak kost-an.


Bukan mengeluh, aku hanya bingung saja. Ternyata begini rasanya. Saat ini aku mulai belajar menjadi rakyat biasa yang kebingungan. Walau mungkin kebingunganku hanya secuil apabila dibandingkan dengan apa yang dibingungkan para orang tua yang harus menghidupi anaknya. Para pedagang asongan yang menjual barangnya dengan harga sama tapi makan sudah beda harga, supir angkot yang harus kejar setoran, ibu-ibu pedagang sayuran yang sedang dilema naikkan harga atau kurangi porsi, bahkan tukang warteg itu mungkin. Yang berdampak pada diriku saat ini.


Hari ini aku tengah merenung, hari ini aku adalah bagian dari rakyat. Wajar merasa kebingungan seperti rakyat. Kan selesai sekolah terjun ke rakyat. Belajar menjadi rakyat, bersuara atas nama rakyat.


Omong-omong terjun ke rakyat, apakah Si Pembuat Keputusan sudah terjun lagi ke tengah-tengah rakyat setelah naiknya BBM? Ah! Aku yakin pasti sudah, bukankah beliau selalu terjun ke rakyat (sampai terjun ke got saja dia mau), harusnya dia tahu dengan kebingungan rakyat.


Sayup-sayup terdengar dulu, “Dia kan dari rakyat, pasti tahu keinginan rakyat.” Entahlah! []



Laporkan iklan ?




Redaktur: Dini Sri Mulyati




Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Belajar Jadi Rakyat"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close