Giyas Pulangnya Nanti, Ummi!
“GIYAS, lihat, ummi sudah datang menjemput,” bunda Dewi berkata kepada Giyas, siswa todler.
“Ummi,” Giyas memanggil ibunya seraya berjalan menghampiri. “Assalamu’alaikum, Aa Giyas, ayo sekarang saatnya pulang,” tukas Ummi Giyas.
“Gak mau ah, Giyas pulangnya nanti, Ummi,” serunya pada Ummi.
Saya menghampiri mereka, “Oh, Aa Giyas masih ingin bermain? Perlu berapa lama? Apakah 5 menit cukup?” tanya saya.
Giyas menganggukan kepalanya.
Ummi Giyas mendekati saya kemudian bercerita. “Bu, awalnya saya khawatir memasukan Giyas ke sekolah ini. Usianya masih belum genap 3 tahun. Menurut saya terlalu kecil untuk sekolah,” Ummi Giyas menghela nafas sejenak kemudian melanjutkan ceritanya. “Ternyata saya salah. Giyas terlihat nyaman di sini. Setiap saya datang menjemput selalu bilang nanti pulangnya. Padahal kalau di sekolah saya, jam 9 atau jam 10 anak-anak sudah minta pulang. Tapi di sini Giyas betah ya, meskipun pulang jam 13.00. Kok bisa ya, Bu?” tukasnya.
Mengapa anak-anak usia dini sudah menanyakan kapan pulang atau malah meminta segera pulang, padahal jam sekolah belum berakhir? Guru harus mengetahui bahwa apabila hal ini terjadi pada murid-murid kita di sekolah artinya mereka merasa tidak nyaman. Banyak faktor yang memengaruhinya.
Jika sebaliknya, anak betah dan tak terasa waktu sekolah telah berakhir artinya mereka nyaman dengan sekolahnya. Bagaimana membuat anak merasa nyaman di sekolah? Salah satu caranya dengan membuat kegiatan yang menyenangkan bagi mereka. Waktu masuk sekolah pukul 7.00 hingga waktu berakhir pukul 13.00 akan terasa sebentar jika semua kegiatan yang dilakukan dalam rentang waktu tersebut menyenangkan mereka.
Untuk itu guru harus memahami kegiatan apa yang cocok bagi murid-muridnya berdasarkan tahap perkembangannya. Jika kegiatan yang disiapkan tidak sesuai dengan tahap perkembangannya pasti anak akan merasa bosan atau tertekan.
Selain nyaman dengan kegiatan, tentu faktor terpenting adalah anak nyaman dengan gurunya di sekolah. Agar murid nyaman maka guru harus menjadi orang yang menyenangkan bagi mereka. Guru yang selalu tersenyum, ramah, rendah hati sungguh menyenangkan. Bukan hanya kata-katanya yang lembut, namun seluruh bahasa tubuhnya harus menyampaikan kebahagiaan. Emosi positif guru akan mempengaruhi murid-muridnya. Karena emosi itu menular seperti penyakit cacar. Guru yang suka memarahi apalagi menghukum akan membuat anak merasa tidak nyaman.
Jadi, mari kita buat anak-anak kita nyaman dengan menjadi pribadi yang menyenangkan. Lalu,kita buat kegiatan yang sesuai dengan tahap perkembangan murid kita. Selamat mencoba! []
Redaktur: Saad Saefullah
0 Response to "Giyas Pulangnya Nanti, Ummi!"
Post a Comment