-->

Tak Sanggupkah Kita Memahami “POLITIK ADALAH KUNCI”?



Oleh : Husain Matla (Penulis, Pendiri MaTla Institute)

Bung Hatta, Bung Karno,Bung Syahrir, HOS Tjokroaminoto, Mahatma Gandhi, Che Guevara, Napoleon, semuapernah dipenjara karena masalah politik. Hatta bahkan berikrar baru menikahsetelah Indonesia merdeka. Dan ia mewujudkan sumpah itu.

Para shahabat Nabi pernahberhadapan dengan Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia walau jumlah pasukanmereka tak sampai sepersepuluh pasukan musuh. Itu juga urusan politik.

Kalau urusan politik itutidak begitu penting, buat apa mereka pertaruhkan hidup mereka dalam urusanpolitik?

Apa tidak bisa via jalurekonomi..??!

Bayangkan kalau semuapengusaha bisa menolong masyarakat banyak? Bayangkan jika semua pengusaha itusholeh semua? Bayangkan jika semua pengusaha itu inspiratif semua? Bayangkanjika semua pengusaha itu seperti sinterklas semua?

Selama ini sudah sangatbanyak pengusaha yang bertekad memperbaiki masyarakat. Merekapun banyak yangpunya jiwa sosial yang tinggi. Namun apa semua itu sudah memberikan hasil?

Sobat, kita bukan takpercaya kebaikan hati para pengusaha. Bahkan saya melihat anak-anak pengusahaterbiasa positive thinking sejak kecil. Orang tuanya terbiasa terbuka dan tidakmerasa paling benar. Mereka pun tidak sombong karena mereka juga merasa tanpamasyarakat mereka tidak ada. Mereka juga bersemangat.

Tapi, seorang individutidak ditakdirkan untuk menolong orang banyak. Bahkan seandainya para individuaghniya itu bergabung. Pahami keterbatasan mereka:

Pertama, merekatertakdirkan memberikan keuntungan pada beberapa pihak: pemodal, marketing, pemerintah.Apalagi dalam sistem kapitalis mereka harus membayar perbankan.

Kedua, merekatertakdirkan untuk bersaing dalam sumber daya alam, sumber daya manusia, dankonsumen.

Itulah mengapa jikasektor privat merajai apapun, petani, nelayan, dan buruh makin tertindas.Sesholeh apapun para pengusahanya. Para saudagar bisa saja mengkayakan banyakorang, tapi tak sanggup menahan pemiskinan mayoritas manusia.

Para saudagar juga bukanlahpihak yang tertakdirkan bicara kebenaran, tapi optimalisasi. Karenanya membuatsemua pengusaha sholeh di bawah bimbingan para pengusaha itu mustahil.

Para saudagar jugabukanlah pihak yang tertakdirkan bicara keadilan, tapi kemakmuran. Mereka akanmemilih iklan di jalan raya daripada memperbaiki jalan raya.

Jangan anggap semua itupasti karena ego. Justru itu karena keterbatasan.

Kalau kalangan privatsanggup dalam urusan kebenaran dan keadilan, buat apa Imam Al- Mawardi bicara “Tanpakhilafah, orang kuat kita akan memakan orang lemah kita.” Itu sama-sama “kita”,bagaimana jika terkait “mereka” (umat/bangsa lain). Itu sama-sama muslim, bagaimanajika kafir dan kapitalis?

Kalau kalangan privatsanggup, buat apa Islam “memaksa” adanya zakat, buat apa Islam “memaksa” sistemwaris, buat apa Islam “memaksa” penggunaan sumber daya alam oleh negara? Itu terkaitsesama muslim. Bagaimana jika kafir dan kapitalis?

Apalagi jika kapitalismedan sekulerisme memimpin dunia: saat untung di atas adil, saat banyak di atasbenar.

Secara umum, kebenaranhanya bisa diwujudkan oleh isme, dan keadilan hanya bisa bisa diwujudkanmelalui negara. Tidakkah ini urusan politik?
Dan buat umat Islam lebihpenting lagi: kebahagiaan dunia, kebahagiaan akherat, dan pembebasan dari apineraka hanya bisa dengan NEGARA TAQWA. Pembentukan negara taqwa, tidakkah iniurusan politik?

Lebih dari itu, 1,5miliar manusia ini nanti akan ditanyai di yaumil hisab atas kekafiran 4,5 miliarlainnya. Hanya NEGARA DAKWAH dan NEGARA JIHAD yang sanggup melaksanakannya.Pembentukan negara dakwah dan negara jihad, tidakkah ini juga urusan politik?

ENAM MILIAR MANUSIA BUMIISLAM DAN BEBAS DARI KEMISKINAN. Berapa juta trilyun harga itu semua? (Itukalau bisa dicapai dengan uang). Sanggupkan itu dipasrahkan pada sektor swasta?

0 Response to "Tak Sanggupkah Kita Memahami “POLITIK ADALAH KUNCI”?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close