-->

Wisata Keluarga (2-Habis)



Laporkan iklan ?


puncak bogor



Laporkan iklan?


SIANG itu, Bu Indun dan keluarga sudah berada di vila. Lokasinya begitu nyaman, dikelilingi bukit kaki Gunung Gede Pangrango. Halamannya pun lumayan luas, dihiasi dengan taman bunga dan rerumputan. Begitu hijau. Begitu asri.


Rasanya, Bu Indun sedang memasuki dunia baru yang lain dari biasanya. Segala penatnya di Jakarta spontan lenyap. Tingkah anak-anak yang selama di Jakarta kadang menyebalkan. Kini, tampak lucu. Keriangan mereka di saat berlarian melengkapi keindahan vila yang dikelilingi perkebunan teh.


“Aneh ya, Bang. Kenapa jarang dipake?” tanya Bu Indun ke suami. Sambil menyeruput teh hangat, suami Bu Indun mengangguk pelan. “Maklum orang kaya, Dik,” ucap sang suami datar. Senyumnya pun sontak melebar ketika si bungsu terlihat berguling di atas rumput.


Orang kaya memang aneh. Bu Indun mulai menerawang. Buat apa beli vila kalau nggak pernah dipake. Bukankah ongkos perawatan terus bergulir. Biaya buat penjaga, listrik, pajak bumi bangunan, dan lain-lain. Belum lagi barang-barang antik yang butuh pengamanan dan pemeliharaan. Berapa duit yang keluar cuma untuk ditelantarkan.


Ketika Magrib menjelang, Bu Indun tampak sibuk menyiapkan masakan di dapur. Ia begitu nyaman di dapur yang sangat beda dengan yang di rumah. Perabot serba steenles. Kompornya pun dengan gas. Tidak seperti di rumah Bu Indun dengan kompor minyak tanah. Kalau masak lamaaa banget! “Subhanallah! Andai tiap hari bisa begini,” gumam Bu Indun sambil memeriksa kelengkapan perabot dapur.


“Dik, makan yuk!” suara suami Bu Indun yang tiba-tiba ada di belakangnya. Bu Indun pun menutup lamunannya. Ia segera menyiapkan makan sore buat sekeluarga. “Nggak salat dulu, Bang?” ucap Bu Indun sambil mondar-mandir di area dapur. Tapi, yang ditanya seperti tak di tempat. “Ah, mungkin dijamak ke Isya,” gumam Bu Indun kemudian.


Setelah siap, Bu Indun membawakan air minum ke meja makan. Ia sempat kagum dengan tingkah tiga anaknya yang sedang khusyuk makan bersama sang ayah. Tidak ada tingkah canda, berebut piring, atau merengek karena kurang lauk. Semua tertib menikmati makanan. “Ah, mungkin ini pengaruh cuaca pegunungan yang sejuk,” ucap batin Bu Indun lega. Dan ia pun ikut makan bersama.


Ketika sedang mencuci piring, Bu Indun mendengar pintu depan diketuk orang. “Assalamu’alaikum!” Bu Indun segera membukakan pintu. Ternyata, suami dan tiga anaknya nongol dari balik pintu. “Salam likum, Mi!” ucap mereka hampir bersamaan. Tapi, yang mesti menjawab tetap diam. Bu Indun bingung. Ia baru tersadar, bukankah suami dan tiga anak baru makan bersama. Kenapa tiba-tiba ada di luar?


“Umi ini gimana? Kan sebelum magrib tadi, Abi sama anak-anak pergi ke masjid dekat sini. Sekalian ngobrol sama Kang Uus, penjaga vila!” jelas suami Bu Indun agak heran. “Iya, Mi. Air wudhunya dingin, deh,” ucap si sulung menimpali. “Emangnya ada, Mi?” tanya suami Bu Indun kemudian.


Bu Indun tidak menjawab apa-apa. Wajahnya tiba-tiba pucat. Ia pun meminta suami dan anak-anaknya untuk berkemas-kemas pulang ke Jakarta. [Muhammad Nuh/islampos]


HABIS



Laporkan iklan ?




Redaktur: Saad Saefullah




0 Response to "Wisata Keluarga (2-Habis)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close