-->

Wisata Keluarga (1)



Laporkan iklan ?


puncak bogor



Laporkan iklan?




KELUARGA bukan seperti mesin yang bisa dipaksa terus bergerak tanpa ada istirahat. Dan salah satu bentuk istirahat keluarga adalah dengan rihlah atau wisata. Sayangnya, tidak semua rihlah bisa menyegarkan. Karena kurang teliti, rihlah bisa sangat mengkhawatirkan.

Dari sudut pandang mana pun, psikologi maupun syar’i, rihlah memang jalan keluar yang paling pas buat mengatasi kejenuhan keluarga. Dengan kunjungan ke tempat-tempat indah seperti pegunungan atau pantai, semangat keluarga bisa kembali disegarkan.


Sayangnya, rihlah selalu akrab dengan yang namanya uang. Hampir semua bagian rihlah berujung pada uang yang tidak sedikit: ongkos kendaraan, biaya makan, dan sewa penginapan.


Mungkin buat mereka yang berkocek tebal, biaya tiga bagian tadi tidak jadi masalah. Dengan uang, semua jadi sangat gampang. Tapi buat yang pas-pasan, hitung-hitungan biayanya jadi sangat memberatkan. Untuk itu, perlu akal-akalan agar rihlah bisa berjalan.


Dari tiga biaya tadi: transport, konsumsi, dan penginapan, satu yang sulit disiasati. Yaitu, rumah istirahat yang nyaman dan aman. Tidak heran jika bagian inilah yang menyedot pengeluaran jadi sangat mahal. Kalau kurang ulet mencari jalan keluar, rihlah cuma sekadar khayalan. Setidaknya, kesimpulan itulah yang kini sedang dirasai Bu Indun.


Lima tahun sudah, ibu tiga anak ini merindukan rihlah keluarga. Sejak hari pernikahannya, Bu Indun dan suami selalu gagal bisa rihlah. Ketika sebelum punya anak, ia khawatir kalau rihlah bisa menjadi fitnah. Karena tidak tertutup kemungkinan, orang menganggap Bu Indun sedang pacaran. Jadi, jangankan bisa nginap di vila berdua dengan suami, sekadar kunjungan ke tempat wisata pun jadi sangat mengkhawatirkan. Ia tidak ingin ada orang yang menyimpulkan kalau wanita berjilbab ikut pacaran.


Untuk mengubur fitnah itu, Bu Indun lebih sreg rihlah kalau dengan anak-anak. “Tunggu anak-anak bisa ikut, Bang,” ujar Bu Indun ke suami. Padahal waktu itu, anak pertama pun masih dalam kandungan. Dan ternyata, mengajak anak-anak sangat tidak mudah. Anak pertama baru enam bulan, yang kedua sudah nongkrong di kandungan. Begitulah, hingga anak ketiga sudah bisa jalan.


Sekarang, Bu Indun dan suami bertekad agar rihlah bisa berjalan. Ongkos kendaraan umum sudah dianggap cukup, begitu pun dengan makan. Diusahakan agar makanan bisa disiapkan dari rumah. Kalaupun di penginapan ada dapur, paling cuma buat menghangatkan makanan. Dan yang sangat menguatkan tekad Bu Indun dan suami, ada vila yang bisa dipakai secara gratis. Bos suami Bu Indun mempersilakan vila kerabatnya untuk dipakai. “Vila itu sudah sangat lama tak dipakai, sayang nggak dimanfaatkan,” ucap suami Bu Indun mengulang penuturan bosnya. Yap. Biar cuma semalam, ada kenangan indah buat sejarah keluarga. Bismillah.


BERSAMBUNG



Laporkan iklan ?




Redaktur: Saad Saefullah




0 Response to "Wisata Keluarga (1)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close