Ketika Nasihat Tertolak, Maka Cerdaslah Wahai Saudariku
Oleh: Rahmat Idris
INI bukan soal benar salah. Ini juga bukan soal lurus atau bengkok. Ini juga bukan soal paham atau awam. Sejatinya ini soal seni menasihati tanpa harus menurunkan harga diri sang suami.
Sering kita dapati seorang istri yang mengeluhkan betapa sulit menasihati suami. Setiap perkataannya dilemparkan ke dinding, dibuang kedalam tong sampah atau disanggah sebelum habis dituturkan.
Bila masih berkeras untuk menasihati, tidak jarang kemarahan, hujatan, cacian, bahkan pukulan pun dapat di rasakan oleh pemberi nasihat.
Tentunya sulit menasihati jiwa keras seperti ini dan pada akhirnya banyak yang memilih diam serta membiarkan keburukan atau maksiat terus dilaksanakan oleh pasangannya. Berusaha untuk bertahan atau meminta perceraian karena sifat buruk pasangannya.
Namun ada kalanya kekerasan hati yang menolak nasihat boleh jadi karena hati yang mengeras itu merasakan nasihat itu selayak batu yang hendak di hantam oleh palu. Sakit dan menghancurkan.
Bagi mereka yang cerdas, alih-alih berusaha menasihati bak palu yang menghancurkan batu mereka memilih menjadikan nasihat selayak air yang mampu membawa batu kemana pun dia berada tanpa menyakitinya.
Nasihat yang mengalir selayak air memiliki sifat menyejukkan. Tidak menjatuhkan harga diri. Melihat sisi buruk sebagai sesuatu yang mampu diperbaiki, serta berikhtiar siang dan malam untuk melembutkan kembali hati-hati yang mengeras.
Pada nasihat yang mengalir selayak air, tidak pernah kentara terasa keinginan mengajari apalagi memaksa takluk.
Pada nasihat yang terasa sesejuk air, bahkan padang pasir yang panas membara akan menyerapnya cepat, konon lagi hati yang masih mengenal kebaikan walau tidak melakukannya akibat kemalasan dan kebodohan.
Pada nasihat yang merasuk seumpama air, tidak ada yang tertampak bodoh atau awam. Sebaliknya yang tersiar adalah cinta dan kasih sayang serta keinginan untuk saling memerhatikan dan saling belajar.
Maka wahai saudariku, yang suamimu memiliki hati keras selayak batu cadas, tiada cara lain bagimu mengubahnya kecuali menjadikan nasihatmu sebagai penawaran berupa air manis sejuk yang menyehatkan jiwa-jiwa yang sakit. Merasuk berlahan, mengubah tanpa terasa perih dan pedih.
Cerdaslah dalam menasihati, karena pada dasarnya kebaikan sulit merasuk dalam hati kecuali dipaksa masuk dengan cara-cara yang baik serta mengesankan jiwa. []
Redaktur: Saad Saefullah
0 Response to "Ketika Nasihat Tertolak, Maka Cerdaslah Wahai Saudariku"
Post a Comment