Menangkap Hasrat Suami (2-Habis)
Related
APA ya? Jawaban itu harus ketemu sebelum suaminya pulang. Ia yakin ada sesuatu yang tidak berkenan dari dirinya. Dan ia pun tidak mau kalau masalah ini berlarut-larut. Bisa fatal. Suara adzan Isya berkumandang membelah kesunyian. Alunannya begitu syahdu. Bu Atun bersegera ke kamar mandi.
Ia berwudu dan shalat. Allah, ingatkan hambaMu yang pelupa ini. Tunjukkan kealpaan yang mungkin terlewatkan dalam rumah tangga ini. Jangan biarkan bahtera rumah tangga ini melaju tanpa arah, hanya karena kami salah menangkap arah angin. Bait-bait doa itu tertutur lancar melalui suara hati Bu Atun.
“Buuu, mau bobo. Adi mau bobo!” teriak si bungsu menyentak kekhusyukan Bu Atun. Ah, anak itu. Selalu saja minta ditemani tidur. Tiap kali Bu Atun selesai shalat Isya, Adi selalu merengek-rengek. Kalau tidak dituruti, nangisnya bisa pecah. “Iya…iya, Nak. Sebentar, sayang,” ucap Bu Atun lembut sambil melipat sejadah dan mukena.
Tugas menemani Adi tidur sebetulnya bukan tugas rutin lama Bu Atun. Kedua anaknya sudah terbiasa dilatih mandiri. Itu karena mereka memang hidup tanpa pembantu. Mandi sendiri, makan sendiri, dan tidur pun biasanya sendiri. Kedua anaknya tidur sekamar. Mereka biasa saling menjaga dan saling menghibur. Tapi, sejak seminggu belakangan ini Adi berubah. Entah kenapa. Itu terjadi setelah Adi sembuh dari gejala tipes. Memang, selama sakit, Adi selalu ditemani tidur. Tugas baru itu akhirnya keterusan sampai sekarang.
Bu Atun berbaring di sisi Adi. Tangannya membelai-belai rambut si bungsu yang mulai gondrong. Adi pun mulai terlelap. Biasanya, bukan cuma Adi yang terlelap tidur. Si ibu pun sering ikut pulas. Bu Atun baru siuman ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ah, ketiduran lagi.
Astaghfirullah. Bu Atun seperti mengingat sesuatu. Matanya agak terbelalak. Ia segera bangun dari berbaringnya. Ah, mungkin ini penyebabnya. Ya…ya.., mungkin sekali. Ini yang bikin suamiku jadi bertingkah aneh. Tapi…, apa iya sih. Masak ditinggal tidur sepekan aja sudah rungsing kayak gitu. Dan itu pun nggak sampai pagi. Cuma setengah malam.
Bu Atun mengingat-ingat pelajaran beberapa hadits Rasulullah saw. Ada hadits yang menyatakan kalau seorang isteri dilarang keras tidur dengan membelakangi suaminya. Membelakangi. Bu Atun terdiam seperti menghitung-hitung. Sepekan ini, saya bukan saja membelakangi. Tapi, sudah meninggalkan suami. Ah, mungkin hadits itu tidak tertuju pada membelakanginya. Tapi karena kelakuan si isteri yang suka ngambek. Dan lagi, saya keluar kamar kan bukan sengaja. Itu karena tugas. Dan itu pun juga karena ketiduran.
Astaghfirullah. Boleh jadi, sesuatu yang kuanggap sepele, di mata Allah itu besar. Boleh jadi, ada hasrat suamiku yang terhambat. Dan itu adalah sesuatu yang teramat besar buatnya. Ya…ya, ada juga hadits yang cukup tegas buat soal ini. Rasulullah saw. pernah menasihati para wanita agar bersedia melayani suaminya walaupun di atas unta.
Pintu depan tiba-tiba terketuk. Dan salam pun terucap. “Ah, suamiku,” ucap Bu Atun spontan. Dijawabnya salam suami itu dengan lembut tapi terdengar keluar. Dibukanya pintu. Ditatapnya wajah sang suami dengan wajah cerah dan ceria. Digapainya jari-jari tangan kanan suaminya. Ditariknya perlahan dan dilekatkan di hidungnya.
Bu Atun menatap wajah sang suami yang tampak berubah cerah. Senyumnya mulai merekah. Terasa, suhu di ruangan kamar Bu Atun menjadi dingin. Sejuk. Nyaman. Tiba-tiba, Bu Atun lagi-lagi menciumi aroma tubuhnya. “Bau apa, ya?” bisiknya pelan. Eh, iya. Aku lupa, kalau suamiku belum mandi.
HABIS
Redaktur: Saad Saefullah
0 Response to "Menangkap Hasrat Suami (2-Habis)"
Post a Comment