-->

Kisah Tobat Preman Dolly



“Separuh umur ini saya habiskan untuk maksiat...” Suara pria itu bergetar. Sejenak terdiam. Tatapan mendadak kosong. Menerawang jauh. Mengenang masa lalu yang kelam.

Raga lelaki itu memang masih berada sebuah showroom di kawasan Pucang Anom, Surabaya. Berada di antara mobil bekas yang berjajar. Tapi pikirannya telah hinggap ke Gang Dolly. Tempat menghabiskan masa muda.

Pria paruh baya itu adalah Gatot. Saat Dolly berkibar sebagai pusat pelacuran, dialah salah satu penguasanya. Pria bertubuh tinggi besar itu menjadi preman. Pelindung rumah-rumah bordir.

Namun, kini dia sudah tobat. Dunia kelam itu hanyalah kenangan. Menjadi bagian hidup. Contoh yang tak ingin dia ajarkan kepada anak dan keturunannya.

Gatot kini hidup dengan pekerjaan baru, sebagai penjaga showroom di kawasan Pucang Anom itu. Menjajakan mobil-mobil bekas. Mencari rezeki yang halal.

Tak mudah bagi Gatot untuk meninggalkan kubangan dosa. Dia harus menempuh jalan berliku. Meninggalkan gemerlap dunia malam. Kehidupan penuh foya-foya dan kenikmatan semu.

Kisah pertobatan Gatot dimulai setelah bertemu ulama lokal. Kiai Khoiron Syu’aib. Kala Dolly belum ditutup pemerintah Surabaya, pak kiai ini kerap berceramah di sana. Mengajak para penghuni lokalisasi untuk bertobat.

Dan malam itu, Gatot tengah mabuk berat. Badan sudah tak lagi tegak. Mata kabur. Semua suara yang masuk ke telinga tak lagi dia dengarkan.

Saat itulah Kiai Khoiron datang. Bukan untuk ceramah. Sebab pak kiai juga tahu Gatot sedang hilang ingatan. Pak kiai hanya menyerahkan nasi kotak. Berkat hasil kondangan.

“Saya ingat ketika itu Kiai Khoiron datang saat saya sedang mabuk, beliau datang tidak untuk menceramahi saya, tapi justru membawa sebungkus berkat,” kata Gatot.

Setelah malam itu, Kiai Khoiron terus mendekati Gatot. Ajakan tobat disampaikan dengan halus. Sopan. Lambat laun, hati Gatot luluh. Dan pada tahun 2001, preman itu insyaf dan meninggalkan dunia hitam.

“Satu nasihat Kiai Khoiron yang membuat hati saya berubah total, beliau bilang bahwa kekayaan tidak ada habisnya kalau dicari, kemiskinan juga tidak ada ujungnya jika ditelusuri. Tapi yang namanya umur, pasti akan berhenti, dan bisa mendadak dicabut,” tutur Gatot.

Pertobatan Massal

Gatot hanyalah salah satu kisah pertobatan di Dolly. Sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) yang menjadi bintang di sana juga merasakan kegelisahan yang sama. Mereka tak ingin terjerembab lebih lama. Apalagi seumur hidup.

Bak gayung bersambut. Pemerintah Kota Surabaya menutup sarang prostitusi itu. dan tak hanya sekadar menutup. Pemerintah berusaha menawarkan solusi. Mucikari, wanita penghibur, hingga preman di Dolly diberikan pelatihan. Untuk bekal hidup.

Sebelum penutupan, Dinas Sosial Kota Surabaya membuat program tobat massal. Sebanyak 70 pendakwah didatangkan. Mendampingi penghuni lokalisasi. Tujuh kali dalam sebulan mereka berceramah di sana. Bergiliran.

Program Pemkot Surabaya disambut hangat. Tak hanya penghuni Dolly. Tapi juga organisasi kemasyarakatan Islam. Dari ormas-ormas inilah didapatkan bantuan alat usaha untuk “lulusan” Dolly. Mulai mesin cuci, gerobak usaha, hingga tabungan untuk modal.

Banyak PSK dan mucikari yang tertarik. Mereka ikut pelatihan. Dan kini membuka usaha. Sama seperti Gatot, mereka juga berusaha mencari nafkah yang halal.

Jalan Terjal Pertobatan

Tapi, jalan tobat tak selamanya mulus. Banyak rintangan yang harus diterabas. Salah satunya dari mereka yang enggan beranjak dari sumur uang di Dolly itu. Mereka yang ingin hidup ayem di dalam buaian dosa.

Itulah yang disampaikan oleh Zayin Chudlori. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya yang turut mendampingi para pekerja Dolly. “Mereka yang terintimidasi ketakutan, tapi sebenarnya mereka ingin tobat,” kata Zayin.

Intimidasi itu bukan hanya sebatas cacian. Para PSK juga kerap mendapat ancaman kekerasan dari mereka yang tak ingin kehilangan kenikmatan dari Dolly.

“Sempat terjadi tindak kekerasan (pemukulan) terhadap eks WTS (Wanita Tuna Susila) binaan kami,” kata Zayin.

Bahkan beberapa hari menjelang penutupan Dolly pada 18 Juni 2014, perlawanan dari kelompok penentang cukup keras. Mereka memblokirGang Dolly. Aparat tak bisa masuk. Meski demikian, eksekusi itu berhasil dilakukan. Amuk warga dapat diredam. [dream]

0 Response to "Kisah Tobat Preman Dolly"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close