-->

Detik Plintir Berita, Dwi Estiningsih : Tak pernah saya meminta maaf, Katakan kebenaran walau pahit




Beberapa hari ini saya memantau aktivitas di dunia maya. Ramai sekali netizen membicarakan tweet saya dan tuntutan yang dilakukan pihak tertentu pada saya atas tweet tersebut.
Saya menyampaikan penghargaan kepada segenap pihak atas perhatiannya, teristimewa pada netizen yang mendukung saya, terimakasih saudaraku.

Terlepas dari hiruk pikuk sosial media, satu prinsip yang saya pegang adalah menyampaikan kebenaran sekalipun pahit. Kritik terhadap pemerintah juga atas dasar kecintaan saya pada negeri ini. Saya hanya mengharapkan empati dari pemerintah atas rasa keadilan rakyatnya yg terusik, dan saya merasa tidak ada yang salah dengan hal tersebut.

Mengenai berita media detik.com 22 desember 2016, 17:47, yang menulis bahwa saya ingin menemui pelapor dan seterusnya, sama sekali saya tidak pernah membuat pernyataan demikian.
Sekali lagi saya tidak menghapus tweet saya karena tidak ada yang salah dengan tweet-tweet itu.
Saya sertakan tweet beserta penjelasannya.

Pernyataan resmi terdapat dalam facebook dan twitter saya. Mohon teman2 media tidak menambah dan mengurangi informasi tersebut. Terimakasih.






Bismillahirrahmanirrahiim.

Berawal dari heboh di media sosial tentang uang baru, sudah banyak ulasan dari A - Z dari para pakar dan pegiat sosmed. Apa yang saya sampaikan dalam tweet saya hanyalah hal yang sederhana dan mudah dicerna. InsyaAllah.

Berikut ini riwayat tweet, supaya netizen memahami dari sumber pertama, tidak dipotong-potong.
Bermula dari tweet #1: "Tiada Tuanku Imam Bonjol di Dompet Kami Lagi"
Tweet #2, menanggapi tweet 1, memperjelas bahwa gambar yang dipilih dalam uang baru hampir 50% kafir (sebutan non muslim dalam kitab suci kami, Al Qur an), bukan pembagian yang adil dibandingkan mayoritas penduduk Islam di Indonesia (85% muslim). Keprihatinan yang menurut saya sudah pada tempatnya.

Tweet #3, komentar netizen menanggapi tweet 2.

Tweet #4, menanggapi komentar netizen di tweet 3. Mengingatkan kembali pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) SMP. Tertanam dalam benak bu guru menyampaikan penjajah Belanda membawa misi Gold Glory Gospel, artinya pada waktu itu yang mengikuti misi dan ajaran Belanda memang berseberangan dengan perjuangan rakyat.

Namun ada kalangan kafir yang menentang Belanda, jumlahnya minoritas dari kalangan mereka.
Tak ada tendensi melecehkan siapapun. Mereka saya hormati sebagai pahlawan. Tidak ada ujaran menghina pahlawan, kalimat itu tidak ada yg salah karena yg dikatakan penghianat adalah orang kafir yang berkhianat, BUKAN pahlawan kafir.

Tweet #5, saya kembali menegaskan bahwa saya mengikuti ujaran kitab suci pedoman panduan hidup saya.

Istilah kafir diambil dari Al Quran yaitu tidak beriman kepada Alloh SWT dan Rasulullah SAW, dimaksudkan pada orang-orang non muslim.

Mohon dibaca, dicerna dan dipahami. Tidak ada hinaan dan celaan dalam tweet saya seperti tweet ujaran dari para pembully saya.

Dwi Estiningsih

0 Response to "Detik Plintir Berita, Dwi Estiningsih : Tak pernah saya meminta maaf, Katakan kebenaran walau pahit"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close