Indonesia Menjadi Raksasa Ekonomi, Syaratnya…
Dakwah Media - Pengamat politik internasional LIPI, Dewi Fortuna Anwar mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara besar (major power), dilihat dari jumlah penduduknya yang menempati urutan nomor empat di dunia dan luas wilayah. Ttapi, kemampuan ekonomi dan militer Indonesia yang terbatas menjadi kendala dalam mencapainya. (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/882535-lipi-indonesia-bisa-jadi-major-power-tapi)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj dalam perayaan hari jadi ke-91 NU menyinggung sistem politik demokrasi yang hingga saat ini belum menunjang pertumbuhan ekonomi yang merata. "Paling penting, bagaimana menciptakan ekonomi yang merata," katanya. Said berharap, sumber-sumber kekayaan negara tidak lagi dimonopoli oleh segelintir orang, melainkan bagaimana hal itu bisa diberikan secara merata demi menciptakan keadilan dan kesejahteraan seluruh elemen masyarakat "Harta kekayaan jangan dimonopoli oleh orang-orang itu saja," katanya. (http://nasional.news.viva.co.id/news/read/877516-ketua-pbnu-singgung-angka-kemiskinan-ri)
Catatan :
Monopoli oleh segelintir orang-orang atas sumber-sumber kekayaan Negara menjadi problem serius ekonomi kita. Ini adalah konsekuensi kapitalisme yang diterapkan neger ini. Indonesia adalah negara kaya tapi ‘miskin’, pemiskinan Indonesia sebagai malapetaka sosial yang menjadi unsur vital terjadinya penderitaan bangsa. Kemiskinan menyebabkan munculnya banyak permasalahan, mengantarkan pada terjadinya sejumlah kriminalitas, mendorong terjadinya kerusakan, penyimpangan, pengangguran, dan sebagainya. Kemiskinan menimbulkan munculnya masalah-masalah lain seperti urbanisasi, pencurian, penyakit, kebodohan, bunuh diri, pembunuhan, gelandangan dan pengemis, penyerangan terhadap harta pribadi dan harta umum. Juga makin maraknya suap, bertambahnya angka kriminalitas dan pengangguran, munculnya kelompok-kelompok bersenjata dan separatis, serta bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Semua itu merupakan bencana sosial yang berbahaya.
Pemerintah Indonesia masih mencari jalan keluar atas masalah-masalah itu. Berbagai program dijalankan, terdapat program-program sosial dan lembaga-lembaga sosial, organisasi-organisasi internasional, pribadi-pribadi yang suka rela membayar zakat, memberi sedekah dan sumbangan. juga adanya solidaritas social sebagai wujud empati, khususnya di negeri-negeri kaum Muslim. Namun semua upaya itu meski berpengaruh secara relatif kepada masalah kemiskinan yang parah itu, namun tetap tidak mampu menyelamatkan Indonesia dari problem ekonomi berupa kemiskinan yang menghimpit. Juga tidak bisa menghentikan pertambahan jumlah orang miskin di Indonesia.
Indonesia akan menjadi superpower, jika dikelola dengan benar. Di bidang ekonomi, kelemahan dan pelemahan akibat kapitalisme terjadi. Pertama, Buruknya distribusi kekayaan, bahkan tidak ada sistem pendistribusian kekayaan. Kedua, Buruknya administrasi. Ketiga, kuatnya pengaruh dan dominasi perusahaan-perusahaan besar terhadap perekonomian nasional. Keempat, Dominasi para penguasa dan para pengusaha terhadap sumber daya negeri. Kelima, Keenam, rusaknya sistem dan undang-undang yang diterapkan, dan tidak adanya penguasaan terhadap fakta secara sempurna sehingga arus liberalisasi makin kuat. Sistem tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah, karena dalam memberikan solusi-solusi bertumpu pada asas-asas yang salah.
Kita telah memiliki semua pemikiran dan solusi yang diperlukan, tetapi hanya kurang mekanisme untuk mengimplementasikan semua solusi itu, yakni sebuah negara. Jadi, solusinya adalah menegakkan kembali negara kita (Khilafah) dan menerapkan Islam. Pemikiran-pemikiran itu semua harus diterapkan dan tidak berlaku sebagai teori-teori. Islam tidak pernah datang sebagai argumen-argumen teoretis atau filosofis, melainkan sebagai sebuah agama yang bisa dipraktikkan bagi seluruh manusia. Problem terbesar kita adalah kehidupan Islam tidak kita praktikkan pada saat ini sehingga kepemimpinan intelektual dan ekonomi Islam tidak ada pada masyarakat. Semua ini menambah alasan bagi kaum Muslim untuk bekerja lebih giat guna mengembalikan kehidupan Islam ini sesegera mungkin. Ketika Anda bicara solusi selain Islam pasti menemukan jalan buntu. Islam sebagai solusi yang pas dan efektif bagi seluruh masalah ekonomi tersebut.
Sangat jelas, solusi yang ditawarkan Islam dengan tegaknya Khilafah mewujudkan sistem ekonomi yang stabil tanpa inflasi, tidak ada pemberian dana talangan bagi bank-bank, pelarangan pajak dan future trading (perjudian), pungutan atas kekayaan bukan pada pendapatan, dan mengakhiri siklus naik-turunnya ekonomi secara tajam. Mengayomi seluruh lapisan rakyatnya baik muslim mapupun non-muslim. Pendirian kembali Khilafah memberi pengaruh besar bagi masyarakat untuk mewujudkan apa yang ditawarkan konsep ekonomi Islam, sehingga semakin meluasnya penderitaan yang dialami orang pada saat ini sebagai akibat dari malapetaka Kapitalisme bisa segera diakhiri.
Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj dalam perayaan hari jadi ke-91 NU menyinggung sistem politik demokrasi yang hingga saat ini belum menunjang pertumbuhan ekonomi yang merata. "Paling penting, bagaimana menciptakan ekonomi yang merata," katanya. Said berharap, sumber-sumber kekayaan negara tidak lagi dimonopoli oleh segelintir orang, melainkan bagaimana hal itu bisa diberikan secara merata demi menciptakan keadilan dan kesejahteraan seluruh elemen masyarakat "Harta kekayaan jangan dimonopoli oleh orang-orang itu saja," katanya. (http://nasional.news.viva.co.id/news/read/877516-ketua-pbnu-singgung-angka-kemiskinan-ri)
Catatan :
Monopoli oleh segelintir orang-orang atas sumber-sumber kekayaan Negara menjadi problem serius ekonomi kita. Ini adalah konsekuensi kapitalisme yang diterapkan neger ini. Indonesia adalah negara kaya tapi ‘miskin’, pemiskinan Indonesia sebagai malapetaka sosial yang menjadi unsur vital terjadinya penderitaan bangsa. Kemiskinan menyebabkan munculnya banyak permasalahan, mengantarkan pada terjadinya sejumlah kriminalitas, mendorong terjadinya kerusakan, penyimpangan, pengangguran, dan sebagainya. Kemiskinan menimbulkan munculnya masalah-masalah lain seperti urbanisasi, pencurian, penyakit, kebodohan, bunuh diri, pembunuhan, gelandangan dan pengemis, penyerangan terhadap harta pribadi dan harta umum. Juga makin maraknya suap, bertambahnya angka kriminalitas dan pengangguran, munculnya kelompok-kelompok bersenjata dan separatis, serta bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Semua itu merupakan bencana sosial yang berbahaya.
Pemerintah Indonesia masih mencari jalan keluar atas masalah-masalah itu. Berbagai program dijalankan, terdapat program-program sosial dan lembaga-lembaga sosial, organisasi-organisasi internasional, pribadi-pribadi yang suka rela membayar zakat, memberi sedekah dan sumbangan. juga adanya solidaritas social sebagai wujud empati, khususnya di negeri-negeri kaum Muslim. Namun semua upaya itu meski berpengaruh secara relatif kepada masalah kemiskinan yang parah itu, namun tetap tidak mampu menyelamatkan Indonesia dari problem ekonomi berupa kemiskinan yang menghimpit. Juga tidak bisa menghentikan pertambahan jumlah orang miskin di Indonesia.
Indonesia akan menjadi superpower, jika dikelola dengan benar. Di bidang ekonomi, kelemahan dan pelemahan akibat kapitalisme terjadi. Pertama, Buruknya distribusi kekayaan, bahkan tidak ada sistem pendistribusian kekayaan. Kedua, Buruknya administrasi. Ketiga, kuatnya pengaruh dan dominasi perusahaan-perusahaan besar terhadap perekonomian nasional. Keempat, Dominasi para penguasa dan para pengusaha terhadap sumber daya negeri. Kelima, Keenam, rusaknya sistem dan undang-undang yang diterapkan, dan tidak adanya penguasaan terhadap fakta secara sempurna sehingga arus liberalisasi makin kuat. Sistem tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah, karena dalam memberikan solusi-solusi bertumpu pada asas-asas yang salah.
Kita telah memiliki semua pemikiran dan solusi yang diperlukan, tetapi hanya kurang mekanisme untuk mengimplementasikan semua solusi itu, yakni sebuah negara. Jadi, solusinya adalah menegakkan kembali negara kita (Khilafah) dan menerapkan Islam. Pemikiran-pemikiran itu semua harus diterapkan dan tidak berlaku sebagai teori-teori. Islam tidak pernah datang sebagai argumen-argumen teoretis atau filosofis, melainkan sebagai sebuah agama yang bisa dipraktikkan bagi seluruh manusia. Problem terbesar kita adalah kehidupan Islam tidak kita praktikkan pada saat ini sehingga kepemimpinan intelektual dan ekonomi Islam tidak ada pada masyarakat. Semua ini menambah alasan bagi kaum Muslim untuk bekerja lebih giat guna mengembalikan kehidupan Islam ini sesegera mungkin. Ketika Anda bicara solusi selain Islam pasti menemukan jalan buntu. Islam sebagai solusi yang pas dan efektif bagi seluruh masalah ekonomi tersebut.
Sangat jelas, solusi yang ditawarkan Islam dengan tegaknya Khilafah mewujudkan sistem ekonomi yang stabil tanpa inflasi, tidak ada pemberian dana talangan bagi bank-bank, pelarangan pajak dan future trading (perjudian), pungutan atas kekayaan bukan pada pendapatan, dan mengakhiri siklus naik-turunnya ekonomi secara tajam. Mengayomi seluruh lapisan rakyatnya baik muslim mapupun non-muslim. Pendirian kembali Khilafah memberi pengaruh besar bagi masyarakat untuk mewujudkan apa yang ditawarkan konsep ekonomi Islam, sehingga semakin meluasnya penderitaan yang dialami orang pada saat ini sebagai akibat dari malapetaka Kapitalisme bisa segera diakhiri.
Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
0 Response to "Indonesia Menjadi Raksasa Ekonomi, Syaratnya…"
Post a Comment