-->

Mengambil Pelajaran dari Banjir Kota Bima



Dakwah Media - Akhir tahun 2016 menjadi momentum yang tidak akan dilupakan oleh kami, masyarakat Kota Bima. Tepat tanggal 23 Desember 2016, Kota Bima diterjang banjir bandang dahsyat menerjang hampir sebagian besar wilayah Kota Bima. Hampir dua pekan, berbagai aktivitas masyarakat Kota Bima lumpuh. Pertanyaan kita, apakah bencana ini sekedar fenomena alam biasa?

Tentu banyak hal yang harus kita renungkan dan perhatikan. Pertama, bahwa banjir adalah dampak dari kerusakan lingkungan yang sudah sangat parah. Kita perhatikan bagaimana hutan-hutan dan gunung yang ada di daerah-daerah pinggiran kota yang merupakan daerah hulu sungai telah dirambah secara luas. Tentu hal ini menjadi fakta bahwa fungsi hutan yang seharusnya menjadi wilayah serapan air telah berubah menjadi lahan tandus dan terjal.

Related

Allah SWT. menyatakan, “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?”

Inilah yang diinginkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Dengan musibah yang Dia turunkan, Dia hendak mengingatkan dan menyadarkan kita, agar kita kembali kepada-Nya. Tunduk dan patuh pada keputusan dan hukum-Nya. Begitulah yang Allah tuturkan dalam Q.s. Thaha: 128, as-Sajdah: 29, Ibrahim: 44-45, Maryam: 98, al-An’am: 6, al-Ahqaf: 25-27, Saba’: 45, al-Mulk: 18, al-Hajj: 45-46 dan al-An’am: 10. Berdasarkan nash-nash di atas, ketika bencana melanda, yang pertama-tama dilakukan oleh para penguasa, adalah melakukan evaluasi menyeluruh. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?

Sisi yang lain juga yang harus kita perhatikan adalah buruknya sistem tata ruang kota. Kota Bima sebagai wilayah dataran rendah dan dekat dengan wilayah muara tidak memiliki sistem drainase yang baik. Saluran-saluran air yang seharusnya berfungsi secara normal, ditutup oleh beton-beton bangunan-bangunan baru. Di samping itu, kebijakan pemerintah daerah yang membuka seluas-luasnya wilayah bibir pantai untuk dilaksanakan program reklamasi. Hal ini justru mempersempit wilayah laut. Akibatnya, ketika air laut pasang, maka sasarannya adalaha wilayah-wilayah dekat bibir pantai tergenang banjir rob.

Selain factor perusakan alam oleh masyarakat, tentu perlu juga kita renungkan dan perhatikan bagaimana perilaku masyarakat lebih di kalangan remaja maupun orang tua. Bima yang dulu sangat kental dengan nuansa islami, namun beberapa tahun belakangan justru mencerminkan masyarakat yang relative liberal dan hedonis. Menjamurnya café dan kelab-kelab malam di sepanjang bibir pantai kota menjadi bukti hal tersebut. Ditambah lagi fenomena pengguna narkoba dan pergaulan bebas sangat marak di kalangan pelajar Kota Bima.

Dari peristiwa banjir ini kita belajar dan merenung bahwa datangnya banjir adalah akibta dari ulah kita manusia. Bahwa banjir ini adalah teguran dari Allah untuk kita kembali mengingat Allah. Kita memohon ampun Allah dan kita harus menjalankan aturan Allah untuk mengelola alam dan negara ini.

Oleh: M. Arifuddin (Syabab HTI Bima)

Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Mengambil Pelajaran dari Banjir Kota Bima"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close