-->

PILKADA UNTUK SIAPA ?



Dakwah Media - Hingar bingar pesta demokrasi pemilihan umum kepala daerah 2017 baik tingkat provinsi hingga kotamadya/kabupaten telah berlalu. Meskipun tidak semua daerah menyelenggarakan pilkada tetapi suasana panas persaingan tetap terasa disemua daerah nusantara. Maka tak heran apabila pada hari saat pencoblosan dijadikan sebagai hari libur nasional “dadakan”. Berbagai institusi diluar daerah yang melangsungkan pilkada serentak diinstruksikan untuk menonaktifkan semua kegiatannya hanya untuk “menghormati” daerah yang sedang berpesta demokrasi pemilihan kepala daerahnya.

Seluruh elemen masyarakat diharapkan aktif turut serta memberikan suara mereka kepada calon pemimpin yang telah ditetapkan oleh komisi pemilihan umum untuk dipilih. Meskipun akhir akhirnya masih saja terdapat segolongan masyarakat yang tidak memilih dikarenakan berbagai alasan. Padahal telah diserukan oleh para calon pemimpin “Suara Anda Akan Menentukan Perubahan”. Benarkah suara yang diberikan saat pemilihan dapat menentukan suatu perubahan?.

Related

Bagi mereka yang tidak paham politik seruan dari para calon pemimpin merupakan suatu hal yang baik sehingga haru disambut dengan respon yang baik pula. Berharap harap akan ada perubahan yang signifikan terhadap kondisi mereka saat ini. Tentunya perubahan menuju yang lebih baik daripada kondisi sekarang. Maka secara otomatis masyarakat yang tidak tahu politik akan menjadi sumber untuk mendulang suara yang paling menjanjikan bagi para kandidat ibarat sapi perah yang diambil susunya.

Maka para kandidat peserta pilkada akan habis habisan mencari cara melakukan berbagai jurus pemikat agar masyarakat memilihnya. Berbagai program kerja serta janji janji manis disiapkan untuk memanjakan masyarakat yang mengharap perubahan. Berbagai acara sosial digelar hingga membagikan sembako gratis disaat harga sembako sedang mahal. Maka rakyat mana yang bisa menolak berbagai tawaran menarik dan memanjakan ini, padahal rakyat tidak sadar apa yang akan terjadi sebenarnya saat para kandidat pemimpin ini benar benar terpilih memimpin masyarakat.

Waktu kampanye dan pencoblosan merupakan waktu yang berbahagia bagi masyarakat yang buta akan perpolitikan nasional saat ini. Mereka tidak tahu siapa dibalik yang akan mereka pilih dan apa yang sebenarnya akan dilakukan para calon pemimpin begitu benar benar terpilih nanti. Mereka lupa akan waktu waktu yang telah lalu berbagai fenomena keanehan pada saat para kandidat terpilih untuk memimpin.

Hal yang sama dialami para kandidat yang terpilih, tiba tiba menjadi “amnesia” terhadap proker mereka saat kampanye yang begitu memanjakan masyarakat. Justru mereka memutar haluan kepada para pengusaha yang telah memberikan sumbangsih dana yang besar pada saat kampanye pemilihan lalu. Akhirnya simbiosis mutualisme antara penguasa dan pengusaha terjadi sehingga muncul penguasaha.

Dengan iklim politik liberal demokrasi saat ini bukan sesuatu yang aneh siapapun dapat menjadi pemimpin dan apapun cara dilakukan agar menang tanpa peduli halal dan haram. Karena dalam budaya iklim politik saat ini adalah untung rugi dan bagaimana untuk memperkaya diri. Sehingga tak aneh pula, apabila ada proker yang tidak menguntungkan penguasaha maka akan diganti dengan proker yang dapat memperkaya penguasa dan pengusaha.

Fakta dilapangan dapat jelas diamati oleh semua orang, berbagai janji manis saat kampanye pun hanya tinggal janji. Peraturan yang dibuat oleh penguasa lebih berpihak kepada pengusaha sebagai balas budi jasa pada saat pemilihan. Akhirnya penguasa yang terpilih menjadi wakil dari pengusaha – pengusaha asing. Dengan senang hati melakukan berbagai cara agar pengusaha asing tetap konsisten menguasai bagian – bagian penting negara dan sekaligus dapat memperkaya penguasa.

Dengan tujuan untuk memperkaya diri merupakan suatu keniscayaan, banyak dari penguasa – penguasa yang telah terpilih mendapat amanah memimpin malah terjerat berbagai kasus kriminal hingga kasus korupsi. Bahkan untuk memperbesar jaringan kekayaannya beberapa kerabat keluarganya pun diberikan jalan untuk berkuasa didaerah lainnya sehingga munculah gurita penguasa yang saling bahu membahu memperkaya kerabat keluarganya saja. Seakan akan kekuasaan beserta kekayaan milik mereka sendiri tanpa memperdulikan rakyat yang dipimpinnya sedang mengalami berbagai kesulitan ekonomi.

Hubungan mesra penguasa dan pengusaha ini akan terus berlanjut dan tidak akan berhenti selama iklim politik masih menggunakan politik liberal demokratis yang memberikan peluang kepada siapapun untuk berkuasa meskipun sejatinya penguasa tersebut menjadi penguasa boneka yang tidak dapat menentukan kebijakan selain dari “restu” pengusaha dibelakangnya. Sehingga dapat dikatakan sebenarnya bahwa yang berkuasa adalah pihak minoritas 1% yaitu hanya beberapa pengusaha yang mengendalikan penguasa, bukan 99% mayoritas rakyat yang memiliki kuasa untuk mengatur negeri sendiri. Maka munculah negara korporasi bukan negara demokrasi oleh rakyat, dari rakyat ,dan untuk rakyat.

Sejatinya suara masyarakat saat pemilihan hanya dijadikan sebagai simbol pengesahan penguasa atas para pengusaha yang berada dibelakang mereka. Slogan perubahan hanya sekedar perubahan dari sisi individu saja, jadi siapapun yang menjadi penguasa maka yang berada dibalik si penguasa tetaplah sama yaitu para pengusaha. Perubahan untuk lebih baik hanya berlaku untuk penguasa dan pengusaha yaitu perubahan untuk semakin memperkaya diri tetapi tidak untuk rakyat. Peran rakyat hanya sebagai perahan bagi penguasaha agar lebih kaya. Hasilnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin akan semakin luas dan dalam.

Maka sadarkah kita, untuk siapakah sejatinya suara yang kita berikan saat pilkada ??. Maka tidak lain untuk para pengusaha yang ingin menguasai negeri melalui para penguasa hasil pilihan rakyat. Perubahan seperti apakah yang dijanjikan oleh para calon penguasa ??. Tak lain dan tak bukan perubahan yang hanya dapat dinikmati oleh para penguasa dan pengusaha yang berada dibelakangnya.

Maka masihkah kita berharap bahwa pemilihan pemimpin baru dapat menguntungkan rakyatnya ??. Wallahua’lam bisshawab

Oleh : Ghaniy Alfandi (Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh november Surabaya)
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "PILKADA UNTUK SIAPA ?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close