Trump Bergegas Mempercepat Keruntuhan AS
Dakwah Media - Amnesty International mengatakan retorika Presiden Donald Trump yang beracun telah membuat dunia jadi lebih gelap, Rabu (23/2). Kelompok HAM internasional ini meliput 159 negara dan membuat laporan tahunan. Mereka mengatakan prinsip martabat dan kesetaraan manusia telah diserang para politikus demi kekuasaan, dalam hal ini pemilu. Hal tersebut paling parah dilakukan Trump dalam kampanyenya.
"Kampanye beracun Donald Trump menunjukkan tren global yang mengarah pada kebencian, kemarahan dan politik yang lebih terpecah sehingga dunia menjadi lebih gelap dan tidak stabil," kata Amnesty dalam pernyataan di Paris. (republika.co.id, 22/2/17)
Sebuah Catatan
Cuitan Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump di akun Twitter terkait perluasan kapabilitas nuklir AS dianggap para pakar senjata nuklir sebagai tindakan yang akan memicu ketegangan dunia. "Amerika Serikat harus memperkuat dan memperluas kapabilitas nuklirnya sampai masa ketika dunia peka terhadap nuklir," demikian postingnya di Twitter, cuitan Trump ini tanpa memberikan penjelasan detail.
Dalam tataran makro strategis, masa depan lingkungan Asia Pasifik pasca-Perang Dingin ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, perimbangan kepentingan prioritas kebijakan Cina, Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia. Interaksi politik dan keamanan antara keempat kekuatan ini akan terus berlangsung selama mereka masih menganggap diri mereka sebagai kekuatan yang memiliki taruhan-taruhan strategis yang besar dan menentukan arah percaturan politik kawasan.
Persepsi negara-negara di kawasan mengenai pentingnya kehadiran dan peran keamanan negara-negara besar itu merupakan faktor lain yang mendorong negara-negara besar ini untuk tetap hadir di kawasan. Asumsi mengenai kehadiran kekuatan besar dalam kawasan pun tersebut hampir senada dengan pandangan Seizaburo Sato (Professor Political Science Tokyo University). Sato mengemukakan “The factor important implication with regard to the Pacific-Asian Security issues within the context of recent global changes in international relations is that the advanced democracies such as the United States, Japan, and the European Economic Community (EEC) countries are playing a central role in developing economic integration and interdependence among non-communist nations, and in this process, the East Asian Countries (China in context) have registered marked economic growth.” (Baca: Regional Dynamics; Security, Political, and Economic Issues in the Asia Pacific Region, 1990)
Terhadap dunia muslim, Trump masih melanjutkan tradisi politik ketidakadilan, pembunuhan, dan penyiksaan yang dialami oleh anak-anak Muslim di seluruh dunia adalah akibat dari dukungan imperialis kapitalis AS terhadap rezim lalim di Suriah, pendudukan Palestina, Myanmar, Yaman, Republik Afrika Tengah dan masih banyak lagi.
Di dalam negerinya, AS mengalami bahaya kronis, Bernie Sanders pernah mengatakan bahwa 58 % dari pendapatan baru masuk ke kantong orang-orang super kaya yang berjumlah hanya 1%. Inilah yang disebut sebagai rigged economy (ekonomi curang). Dalam ekonomi yang curang ini, orang-orang yang kaya akan semakin kaya dan menggunakan uang mereka untuk mempengaruhi para politisi yang kemudian membuat kebijakan yang bisa menjaga kedudukan orang-orang kaya itu untuk memastikan bahwa kekayaan mereka akan naik terus.
Satu persen orang Amerika memiliki hampir sebanyak harta dari 90% orang dan mereka mampu memastikan agar sistem ekonomi tetap mengalirkan uang mereka ke satu arah: ke atas. Pada tahun 70-an seorang CEO memperoleh pendapatan 30 kali lipat uang karyawannya, namun sekarang mereka bisa mendapatkan 300 kali lipat uang lebih besar dari karyawannya sementara upah para karyawannya itu tetap. Sebenarnya penyesuaian karena inflasi, dan gaji bagi kebanyakan orang benar-benar telah turun sejak tahun 2009.
Amerika adalah negara dengan segudang masalah serius. Christopher Lynn Hedges, penulis dan jurnalis, dan mantan koresponden perang pada surat kabar “New York Times”, juga pemenang “Pulitzer Prize” dalam sebuah wawancara dengan situs “Raw Story” mengatakan bahwa “Tanda-tanda runtuhnya Amerika Serikat sangat jelas dan telanjang. Kami kalah perang di Afghanistan dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh “Red Army”. Kami punya data-data yang sama. Di mana tentara Amerika hanya menguasai 20% dari daerah perkotaan di Afghanistan. Sementara 80% daerah yang dihuni oleh rakyat Afghanistan dikuasai Taliban, atau daerah yang masih diperebutkan.
Sedang terkait dengan kondisi ekonomi, Hedges berkata: Kita sekarang sedang melalui apa yang disebut dengan “kudeta perusahaan”, sistem pendidikan kita telah hancur, infrastruktur kita telah terkikis, dan selama tidak ada perlawanan dari rakyat, maka kita sedang menuju pada sistem neo-feodalisme. (almokhtsar.com, 22/12/2010)
Dr. Thahir Abdul Muhsin Sulaiman dalam buku Ilâj al-Musykilah al-Iqtishâdiyah bi al-Islâm menyebut krisis dalam sistem ekonomi kapitalis itu memang bersifat siklik. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanyalah putaran menuju puncak untuk kemudian jatuh ke lembah krisis kembali. Begitu seterusnya.
Hal itu terjadi di semua negara di seluruh dunia. Hanya saja, kurun siklusnya berbeda-beda. Untuk negara-negara maju dengan fundamental ekonomi yang cukup baik seperti Jepang, negara di Eropa atau Amerika Serikat, siklusnya sekitar 25 tahunan. Indonesia, Thailand dan negara serupa sekitar 7 tahunan. Indonesia pernah mengalami krisis meski tidak parah di tahun 90-an. Perbaikan terus berlangsung. Pertengahan 1997 krisis ekonomi hebat melanda Indonesia. Setelah itu, saat recovery belum lagi sempurna, guncangan kembali terjadi sekitar tahun 2005, utamanya setelah kenaikan BBM, dan terus berlangsung hingga sekarang. Indikasinya adalah terus melemahnya daya beli masyarakat, kemiskinan yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga pengangguran terus membengkak.
Walhasil, sebenarnya dunia ini benar-benar menangis untuk mencari jalan keluar alternatif atas sistem yang tidak adil dan tidak stabil yang dilestarikan AS ini. Karena itu, kaum Muslim harus menunjukkan munculnya kepemimpinan yang diperlukan itu. Perubahan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Untuk itulah, umat Islam harus mendirikan kembali Khilafah Islam dan kemudian di situlah akan ada daya tarik luar biasa pada Islam yang membawa solusi untuk masalah-masalah seperti ini. Negara-negara miskin perlu melihat Islam diterapkan bukannya hanya mendengarkan diskusi atas suatu teori belaka.
Walau sulit diprediksi kapan, namun, kita dapat melihat kepastian akan keruntuhannya. Alhamdulillah, kaum Muslim di seluruh dunia bekerja dengan giat dan serius untuk mengubah kenyataan, yakni untuk mengambil otoritas mereka dari para penguasan tiran yang tidak melakukan apapun selain mempertahan-kan status quo, yakni situasi saat ini yang bertopang pada riba yang mendikte mereka. Alhamdulillah, kaum Muslim di seluruh dunia berusaha mengubahnya dengan mengembalikannya dengan sistem Islam, yakni solusi Khilafah. itu kita akan melihat kembalinya sistem Islam, yakni sistem Khilafah. Itulah hal yang seharusnya difokuskan kaum Muslim karena hal ini adalah solusi hakiki untuk menyelamatkan manusia seluruh dunia.
Oleh: Umar syarifudin (pengamat politik Internasional)
Sebuah Catatan
Related
Cuitan Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump di akun Twitter terkait perluasan kapabilitas nuklir AS dianggap para pakar senjata nuklir sebagai tindakan yang akan memicu ketegangan dunia. "Amerika Serikat harus memperkuat dan memperluas kapabilitas nuklirnya sampai masa ketika dunia peka terhadap nuklir," demikian postingnya di Twitter, cuitan Trump ini tanpa memberikan penjelasan detail.
Dalam tataran makro strategis, masa depan lingkungan Asia Pasifik pasca-Perang Dingin ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, perimbangan kepentingan prioritas kebijakan Cina, Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia. Interaksi politik dan keamanan antara keempat kekuatan ini akan terus berlangsung selama mereka masih menganggap diri mereka sebagai kekuatan yang memiliki taruhan-taruhan strategis yang besar dan menentukan arah percaturan politik kawasan.
Persepsi negara-negara di kawasan mengenai pentingnya kehadiran dan peran keamanan negara-negara besar itu merupakan faktor lain yang mendorong negara-negara besar ini untuk tetap hadir di kawasan. Asumsi mengenai kehadiran kekuatan besar dalam kawasan pun tersebut hampir senada dengan pandangan Seizaburo Sato (Professor Political Science Tokyo University). Sato mengemukakan “The factor important implication with regard to the Pacific-Asian Security issues within the context of recent global changes in international relations is that the advanced democracies such as the United States, Japan, and the European Economic Community (EEC) countries are playing a central role in developing economic integration and interdependence among non-communist nations, and in this process, the East Asian Countries (China in context) have registered marked economic growth.” (Baca: Regional Dynamics; Security, Political, and Economic Issues in the Asia Pacific Region, 1990)
Terhadap dunia muslim, Trump masih melanjutkan tradisi politik ketidakadilan, pembunuhan, dan penyiksaan yang dialami oleh anak-anak Muslim di seluruh dunia adalah akibat dari dukungan imperialis kapitalis AS terhadap rezim lalim di Suriah, pendudukan Palestina, Myanmar, Yaman, Republik Afrika Tengah dan masih banyak lagi.
Di dalam negerinya, AS mengalami bahaya kronis, Bernie Sanders pernah mengatakan bahwa 58 % dari pendapatan baru masuk ke kantong orang-orang super kaya yang berjumlah hanya 1%. Inilah yang disebut sebagai rigged economy (ekonomi curang). Dalam ekonomi yang curang ini, orang-orang yang kaya akan semakin kaya dan menggunakan uang mereka untuk mempengaruhi para politisi yang kemudian membuat kebijakan yang bisa menjaga kedudukan orang-orang kaya itu untuk memastikan bahwa kekayaan mereka akan naik terus.
Satu persen orang Amerika memiliki hampir sebanyak harta dari 90% orang dan mereka mampu memastikan agar sistem ekonomi tetap mengalirkan uang mereka ke satu arah: ke atas. Pada tahun 70-an seorang CEO memperoleh pendapatan 30 kali lipat uang karyawannya, namun sekarang mereka bisa mendapatkan 300 kali lipat uang lebih besar dari karyawannya sementara upah para karyawannya itu tetap. Sebenarnya penyesuaian karena inflasi, dan gaji bagi kebanyakan orang benar-benar telah turun sejak tahun 2009.
Amerika adalah negara dengan segudang masalah serius. Christopher Lynn Hedges, penulis dan jurnalis, dan mantan koresponden perang pada surat kabar “New York Times”, juga pemenang “Pulitzer Prize” dalam sebuah wawancara dengan situs “Raw Story” mengatakan bahwa “Tanda-tanda runtuhnya Amerika Serikat sangat jelas dan telanjang. Kami kalah perang di Afghanistan dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh “Red Army”. Kami punya data-data yang sama. Di mana tentara Amerika hanya menguasai 20% dari daerah perkotaan di Afghanistan. Sementara 80% daerah yang dihuni oleh rakyat Afghanistan dikuasai Taliban, atau daerah yang masih diperebutkan.
Sedang terkait dengan kondisi ekonomi, Hedges berkata: Kita sekarang sedang melalui apa yang disebut dengan “kudeta perusahaan”, sistem pendidikan kita telah hancur, infrastruktur kita telah terkikis, dan selama tidak ada perlawanan dari rakyat, maka kita sedang menuju pada sistem neo-feodalisme. (almokhtsar.com, 22/12/2010)
Dr. Thahir Abdul Muhsin Sulaiman dalam buku Ilâj al-Musykilah al-Iqtishâdiyah bi al-Islâm menyebut krisis dalam sistem ekonomi kapitalis itu memang bersifat siklik. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanyalah putaran menuju puncak untuk kemudian jatuh ke lembah krisis kembali. Begitu seterusnya.
Hal itu terjadi di semua negara di seluruh dunia. Hanya saja, kurun siklusnya berbeda-beda. Untuk negara-negara maju dengan fundamental ekonomi yang cukup baik seperti Jepang, negara di Eropa atau Amerika Serikat, siklusnya sekitar 25 tahunan. Indonesia, Thailand dan negara serupa sekitar 7 tahunan. Indonesia pernah mengalami krisis meski tidak parah di tahun 90-an. Perbaikan terus berlangsung. Pertengahan 1997 krisis ekonomi hebat melanda Indonesia. Setelah itu, saat recovery belum lagi sempurna, guncangan kembali terjadi sekitar tahun 2005, utamanya setelah kenaikan BBM, dan terus berlangsung hingga sekarang. Indikasinya adalah terus melemahnya daya beli masyarakat, kemiskinan yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga pengangguran terus membengkak.
Walhasil, sebenarnya dunia ini benar-benar menangis untuk mencari jalan keluar alternatif atas sistem yang tidak adil dan tidak stabil yang dilestarikan AS ini. Karena itu, kaum Muslim harus menunjukkan munculnya kepemimpinan yang diperlukan itu. Perubahan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Untuk itulah, umat Islam harus mendirikan kembali Khilafah Islam dan kemudian di situlah akan ada daya tarik luar biasa pada Islam yang membawa solusi untuk masalah-masalah seperti ini. Negara-negara miskin perlu melihat Islam diterapkan bukannya hanya mendengarkan diskusi atas suatu teori belaka.
Walau sulit diprediksi kapan, namun, kita dapat melihat kepastian akan keruntuhannya. Alhamdulillah, kaum Muslim di seluruh dunia bekerja dengan giat dan serius untuk mengubah kenyataan, yakni untuk mengambil otoritas mereka dari para penguasan tiran yang tidak melakukan apapun selain mempertahan-kan status quo, yakni situasi saat ini yang bertopang pada riba yang mendikte mereka. Alhamdulillah, kaum Muslim di seluruh dunia berusaha mengubahnya dengan mengembalikannya dengan sistem Islam, yakni solusi Khilafah. itu kita akan melihat kembalinya sistem Islam, yakni sistem Khilafah. Itulah hal yang seharusnya difokuskan kaum Muslim karena hal ini adalah solusi hakiki untuk menyelamatkan manusia seluruh dunia.
Oleh: Umar syarifudin (pengamat politik Internasional)
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Trump Bergegas Mempercepat Keruntuhan AS"
Post a Comment