-->

Berpikir Kritis Adalah Modal Menghadapi Tantangan Abad ke-21



Dakwah Media -    Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang. Di era globalisasi abad 21 ini, memang luar biasa. Terutama dibidang Information and Communication Technology (ICT). Menjadi suatu kemudahan bagi umat manusia. Dalam menjalankan segala aivitasnya. Karena, kecanggihan teknologi ICT ini mampu menyajikan informasi. Dari berbagai sudut dunia dengan instan dan cepat. serta dapat diakses dengan mudah. Oleh siapa saja dan dimana saja.

Dan suatu sunatullah, kebaikan beriringan dengan keburukan. Demikian juga, dengan cepatnya perkembangan teknologi diabad 21 ini. Bisa membawa kebaikan namun juga mampu menimbulkan kejahatan dan kerusakan. Karena, ia adalah cabang dari paradigma berpikir manusia. Dimana pangkalnya adalah ideologi yang dimiliki manusia tersebut. Jika ideologinya sekular (memisahkan peran agama dari kehidupan), maka paham yang dimilikinya ialah paham liberal (kebebasan). Kebebasan tiada batas, yang berimbas pada kerusakan moral manusia. Dan kejahatan yang merajalela.

Related

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ini, menunjukan perkembangan zaman yang sangat signifikan. Artinya, ilmu dan teknologi (sarana dan pra sarana kehidupan), itu bersifat dinamis dan tidak tetap. Senantiasa berkembang, seiring dengan perkembangan zaman. Sehingga tepatlah kutipan nasehat indah, dari seorang gerbang ilmu. Ali Bin Abi Thalib, ra. "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya,  karena mereka hidup bukan di zamanmu". Sebagai umat Islam, yang mempunyai ideologi tersendiri yakni ideologi Islam. Kita perlu meracik metode khusus, sesuai dengan standar Syariat Islam. Untuk mendidik generasi  Islam di abad 21 yang penuh tantangan, dilema, dan banyak faktor yang bisa menjauhkan mereka dari agama mereka.

Target generasi kita saat ini, adalah generasi umatan wasathan (umat paling mulia). Sebagaimana Firman Allah SWT, yang disebut dalam QS.Al-Baqarah:143. "Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia".

Dimana, Imam Ibn Katsir menjelaskan, di dalam Tafsir Ibn Katsir. “Allah SWT berfirman: tidak lain Kami mengalihkan kalian ke kiblat Ibrahim as. dan kami pilih kiblat itu bagi kalian supaya Kami menjadikan kalian sebaik-baik umat. Agar kalian pada Hari Kiamat menjadi saksi atas umat-umat lainnya. Sebab semuanya mengakui keutamaan kalian. Wasath di sini adalah al-khiyar wa al-ajwad (yang terbaik, pilihan dan paling bagus) seperti dikatakan, ‘Quraisy adalah awsath al-‘arab (yang pilihan dan terbaik dari orang Arab) secara nasab dan kampung, yaitu khayruha (yang terbaik). Dan Mayoritas para mufassir menafsirkan kata wasath tersebut dengan al-‘adl (adil) dan atau al-khiyar (terbaik dan pilihan). (Ta'rifat Al-wa'ie).

Faktor paling menentukan, untuk menjadikan generasi umatan wasathan (umat paling mulia), adalah keilmuan dan keimanannya. sebagaimana yang tertuang dalam Qs.Al-Mujādalah(58): 11 "...niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan".

Salah satu yang dibutuhkan adalah menanamkan modal berpikir kritis. Berpikir kritis, diwali dengan penanaman akidah Islam. Yang mampu menuntun untuk membedakan haq dan batil. Islam mengajarkan bepikir mendalam atas setiap persoalan. Tidak boleh  taqlid dan sekedar mengikuti pendapat kebanyakan orang. Berpikir kritis dilakukan dengan cara, menguji setiap hal yang dihadapi (fakta, informasi, pemikiran) untuk  dilihat bukti dan kebenarannya. Anak-anak harus dilatih berpikir kritis atas semua hal yg dihadapi. Yakni menguji semua informasi dengan standar Islam. Contoh, bila sekarang  dikampanyekan paham liberal, manusia bebas berpendapat dan berbuat. Bagaimana mungkin bisa lahir sikap hormat terhadap wanita, perlindungan terhadap anak dsb. Contoh lain, evolusi materi. Bila dianggap peran Tuhan tidak ada. Karena semua benda di alam adalah hasil evolusi materi lain. Termasuk manusia adalah evolusi dari primata dst. Pertanyaan kritisnya, apakah bisa sebuah batu berevolusi menjadi rumah tanpa adanya tangan2 lain? Teori konyol ini jangan sampai membuat manusia konyol, dan menafikan keberadaan Allah yang tidak bisa dilihat mata, Zat-Nya. Karena, keberadaan Allah adalah nyata dari ciptaan-ciptaan-Nya.

Dengan menanamkan pola pikir kritis kepada anak. Diharapkan generasi muda harapan agama dan bangsa kita, tidak mudah terbawa arus globalisasi yang menyesatkan kehidupan dunia dan akhiratnya. Tapi siap memberikan sumbangsih terbaik, untuk mengembalikan peradaban mulia umat manusia abad 21. Dimana kemuliaan hanya ada pada islam. Yang diaplikasikan dalam tatanan sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang terbingkai dalam daulah khilafah 'ala minhajjinnubuwah. Allahu'alam bishshawwab.

Oleh: Ummu Havan (Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Cikupa)
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Berpikir Kritis Adalah Modal Menghadapi Tantangan Abad ke-21"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close