-->

Kenapa para pengingkar Syariat masih bisa merasa sebagai muslim yang baik..?



Dakwah Media - Kenapa para pengingkar Syariat masih bisa merasa sebagai muslim yang baik..? Jawabnya karena mereka punya beracam-macam alasan. Yang pasti, mereka punya teori yang rumit-rumit, bahasa rumitnya "sophisticated". Intinya, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tetap punya iman kepada Al-Qur'an dan kenabian Muhammad saw. tanpa harus mengakui apa yang kita sebut sebagai Syariat Islam.

Contoh Mahmud Muhammad Thaha dan Abdullahi Ahmed An-Naim. Mereka memasarkan pandangan bahwa pesan Islam yang asli dan universal itu ada dalam apa yang disampaikan Nabi saw pada fase Makkah, sementara fase Madinah merupakan fase implementasi, di mana pesan-pesan universal Islam itu harus berkompromi dengan berbagai keadaan khusus yang melingkupi kehidupan masyarakat Hijaz pada abad ke-7 M, oleh karenanya, apa yang disampaikan pada fase Madinah tidak lagi bersifat universal. Pasalnya, masyarakat Arab pada waktu itu masih memiliki budaya, tradisi dan nilai-nilai yang tidak cocok dengan pesan-pesan universal Islam, seperti kesetaraan gender, demokrasi, HAM, dll.

Oleh karenanya, Mahmud Thaha mengemukakan konsep "naskh" yang super janggal. Menurutnya, dunia modern sudah jauh berbeda dengan kondisi Arab abad ke-7. Nilai-nilai modernitas yang melingkupi kehidupan kita sejak abad XX ini cocok dengan pesan-pesan universal Islam yang turun di Makkah. Oleh karenanya, manusia modern sudah tidak membutuhkan "wahyu-wahyu Madinah" yang merupakan produk adaptasi dan kompromi antara pesan universal Islam dengan kondisi masyarakat Arab saat itu. Dengan kata lain, "ayat-ayat Madaniyah sudah harus dinasakh oleh ayat-ayat Makiyah". Pandangan ini benar-benar ingin meruntuhkan hukum Islam.

Ada pula orang semacam Nasr Hamid Abu Zayd, Bassam Tibi dan Abdullah Saeed yang punya kecenderungan untuk "mengkambinghitamkan" Imam Asy-Syafi'i rahimahullah. Menurut mereka, pada awalnya ajaran Islam tidak pernah dirancang untuk menjadi hukum yang final dan kaku. Islam itu hanya nilai-nilai moral dan ibadah semata. Imam Asy-Syafi'ilah yang meletakkan fondasi Islam sebagai agama hukum, dengan ushul fiqih dan fiqih yang beliau bangun, dan dengan menjadikan "keputusan-keputusan ad hoc" Nabi saw (maksudnya As-Sunnah) sebagai semacam yurisprudensi yang wajib menjadi acuan hukum.

Dengan kata lain, mereka ingin mengatakan bahwa apa yang oleh kita disebut hukum Islam atau Syariah Islam itu sebenarnya bukan merupakan ajaran Nabi saw, melainkan hanyalah ajaran Imam Asy-Syafi'i. Dan sama seperti Mahmud Thaha, rata-rata penolak Syariat melihat hukum-hukum Al-Qur'an bukan sebagai ketentuan hukum yang kaku, mereka melihatnya sebagai bentuk-bentuk penyelesaian praktis yang disesuaikan dengan permasalahan dan keadaan masyarakat Arab pada saat itu. Mereka lebih melihat pada nilai apa yang ingin direalisasikan oleh Al-Qur'an lewat penyelesaian-penyelesaian yang diberikan, sehingga nilai itulah yang perlu dibawa dan diterapkan pada masa sekarang.

Itu antara lain gagasan mereka secara umum untuk lepas dari Syariat Islam. Dengan demikian, mereka bisa menolak hukum Islam tanpa sama sekali merasa menolak bagian penting dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Dan kita berlepas diri dari pandangan-pandangan semacam itu.

Ust. Titok Priastomo

0 Response to "Kenapa para pengingkar Syariat masih bisa merasa sebagai muslim yang baik..?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close