Pembebasan Mantan Diktator Mesir Menyingkap Tabir Demokrasi
Dakwah Media - Pengadilan banding tertinggi di Mesir mengeluarkan keputusan akhir hari Kamis (3/3/2017) membebaskan mantan Presiden Husni Mubarak atas tuduhan membunuh demonstran dalam pemberontakan 2011 yang mengakhiri kekuasaannya selama hampir tiga dekade. Sebelumnya Mubarak menghadapi pengadilan dalam kasus pembunuhan demonstran gerakan rakyat yang menumbangkan dirinya pada 2011, dalam kasus ini Mubarak sebelumnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Catatan
Tidak mengejutkan, karena semua yakin bahwa AS mendukung rezim-rezim diktator di dunia Arab dan negeri-negeri kaum Muslim, bahkan di seluruh dunia, asalkan rezim itu mampu melindungi kepentinganya. Sehingga ketika AS menendang mantan penguasa diktator sejenis Husni Mubarak, maka itu dilakukan karena Mubarok tidak lagi dapat dipertahankan. Bagi pengadilan sekuler Mesir sangat biasa pengadilan itu melakukan kezaliman-kezaliman dalam keputusannya, sehingga membebaskan yang zalim, dan mengkriminalisasi yang tidak bersalah.
Sekalipun Mubarok -antek Amerika- telah dikorbankan, Mubarok akhirnya dientaskan dari berbagai tuntutan, AS telah mendapati revolusi yang berjalan di Mesir beberapa tahun lalu tidak mencapai apa yang menjadi tujuan akhirnya, yaitu lenyapnya pengaruh imperialisme Barat. Dengan demikian, AS mengokohkan politik lama namun dengan wajah rezim yang baru, Presiden Abdul Fattah al-Sisi. AS memastikan kiprah al Sisi untuk melindungi Israel, dan kokohnya rezim demokrasi, fasis militer atau sipil dengan syarat berkomitmen untuk menjaga keamanan Israel.
Bebasnya diktator Mubarak adalah cermin wajah demokrasi Mesir. Pemikiran itulah yang dibangga-banggakan oleh politisi-politisi sekuler. Mereka memandang demokrasi sebagai solusi jenius untuk sirkulasi kekuasaan. Amerika mempromosikan demokrasi Mesir sebagai kebebasan memilih penguasa, yang hakikatnya adalah dalam koridor menutupi wajah hakiki demokrasi yang tidak mungkin diterima oleh seorang Muslim, yaitu keberadaan tasyri’ (penentuan halal dan haram) di tangan manusia.
Bebasnya Mubarak menyingkap jelas wajah demokrasi, para pengklaimnya dan negara-negara Barat yang mem-backing-nya. Ini adalah keberhasilan Amerika dalam merealisasikan kezaliman dan ketidakadilan di Mesir. Mantan Presiden Mubarak masih memiliki kekuatan dan kemampuan bermanuver. Ini bukti rezim militer yang selama puluhan tahun menjadi pemain utama panggung politik Mesir tidak berubah. Akhirnya, masyarakat bisa melihat dengan tajam kebohongan demokrasi Barat yang terus terpuruk, kepalsuan negara sekuler dan ilusi proyeknya yang tengah menguap, serta tipuan Amerika yang telah lapuk di tangan antek-anteknya di Mesir.
Semua ini membangkitkan kesadaran umat Islam, bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan rakyat Mesir, kecuali dengan mengganti rezim dengan semua simbol dan loyalitas pada tuannya, para penjajah Barat, dan kemudian mendirikan negara Khilafah yang mengikuti metode kenabian di atas puing-puing reruntuhannya. Khilafah pasti tegak. Kemungkinan penegakkannya lebih kuat daripada waktu-waktu sebelumnya. Keburukan para penguasa pengkhianat telah tersingkap di hadapan umat. Keantekan mereka dan pelayanan mereka kepada tuan-tuan mereka tampak jelas. Aib dan cacat ideologi demokrasi telah terungkap dan jelas.
Merealisasi perubahan hakiki di Mesir tidak boleh melewatkan 2 perkara. Pertama: mewujudkan opini umum yang terpancar dari kesadaran umum pada diri umat atas tujuan Khilafah. Ini bisa dilakukan melalui pergolakan intelektual untuk membumikan ide-ide Islam dan membongkar kerusakan ide-ide batil seperti liberalisme, kapitalisme, demokrasi, sekularisme dan lain-lain. Juga dengan perjuangan politik terhadap para penguasa dengan jalan menyingkap dan membongkar aib mereka dan keantekan mereka kepada musuh-musuh umat, termasuk membongkar rencana-rencana kafir imperialis.
Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik internasional)
Related
Sekalipun Mubarok -antek Amerika- telah dikorbankan, Mubarok akhirnya dientaskan dari berbagai tuntutan, AS telah mendapati revolusi yang berjalan di Mesir beberapa tahun lalu tidak mencapai apa yang menjadi tujuan akhirnya, yaitu lenyapnya pengaruh imperialisme Barat. Dengan demikian, AS mengokohkan politik lama namun dengan wajah rezim yang baru, Presiden Abdul Fattah al-Sisi. AS memastikan kiprah al Sisi untuk melindungi Israel, dan kokohnya rezim demokrasi, fasis militer atau sipil dengan syarat berkomitmen untuk menjaga keamanan Israel.
Bebasnya diktator Mubarak adalah cermin wajah demokrasi Mesir. Pemikiran itulah yang dibangga-banggakan oleh politisi-politisi sekuler. Mereka memandang demokrasi sebagai solusi jenius untuk sirkulasi kekuasaan. Amerika mempromosikan demokrasi Mesir sebagai kebebasan memilih penguasa, yang hakikatnya adalah dalam koridor menutupi wajah hakiki demokrasi yang tidak mungkin diterima oleh seorang Muslim, yaitu keberadaan tasyri’ (penentuan halal dan haram) di tangan manusia.
Semua ini membangkitkan kesadaran umat Islam, bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan rakyat Mesir, kecuali dengan mengganti rezim dengan semua simbol dan loyalitas pada tuannya, para penjajah Barat, dan kemudian mendirikan negara Khilafah yang mengikuti metode kenabian di atas puing-puing reruntuhannya. Khilafah pasti tegak. Kemungkinan penegakkannya lebih kuat daripada waktu-waktu sebelumnya. Keburukan para penguasa pengkhianat telah tersingkap di hadapan umat. Keantekan mereka dan pelayanan mereka kepada tuan-tuan mereka tampak jelas. Aib dan cacat ideologi demokrasi telah terungkap dan jelas.
Merealisasi perubahan hakiki di Mesir tidak boleh melewatkan 2 perkara. Pertama: mewujudkan opini umum yang terpancar dari kesadaran umum pada diri umat atas tujuan Khilafah. Ini bisa dilakukan melalui pergolakan intelektual untuk membumikan ide-ide Islam dan membongkar kerusakan ide-ide batil seperti liberalisme, kapitalisme, demokrasi, sekularisme dan lain-lain. Juga dengan perjuangan politik terhadap para penguasa dengan jalan menyingkap dan membongkar aib mereka dan keantekan mereka kepada musuh-musuh umat, termasuk membongkar rencana-rencana kafir imperialis.
Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik internasional)
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Pembebasan Mantan Diktator Mesir Menyingkap Tabir Demokrasi"
Post a Comment