Meredakan Konflik Dengan Kesabaran dan Ketegasan
Dakwah Media - Pagi itu saya kaget ketika membaca postingan WA teman saya. Dia mengirimkan beberapa foto anaknya yang sedang divisum di salah satu Rumah Sakit. Bengkak dan memar terlihat di bagian kiri wajahnya. Yang membuat saya lebih kaget, hal itu disebabkan oleh pemukulan yang dilakukan salah satu gurunya.
Ceritanya, sang guru sedang menulis di papan tulis. Suasana kelas ramai dan gaduh. Namun, sang guru tetap saja menulis. Dia fokus ke papan tulis. Tidak lama kemudian, anak teman saya maju mendekatinya. Dia ingin bertanya tentang tulisan sang guru yang menurutnya kurang jelas. Tetapi malang baginya. Bukan jawaban yang diterima, tapi tamparan keras berkali-berkali dari sang guru. Gurunya mengira, murid tersebut adalah sumber kegaduhan karena keluar dari tempat duduk dan berjalan-jalan di dalam kelas. Prasangka yang berakibat fatal.
Selain memposting foto anaknya, teman saya juga meminta masukan dari saya. Yaitu, perlukah kasus ini dilaporkan ke polisi atau tidak. Saya memintanya untuk tidak melaporkannya. Saya juga menasehatinya agar bersabar dan menahan diri.
Tentu ini dengan berbagai pertimbangan. Pertama, Guru tersebut adalah salah satu tokoh masyarakat. Kasihan sekali jika harus mendekam di penjara. Saya yakin, ia khilaf saat melakukan pemukulan itu. Kedua, Sekolah tempat anak teman saya belajar adalah salah satu sekolah swasta Islam favorit di kota kami. Jika kasus ini dilaporkan ke pihak berwajib, tentu akan mencoreng nama baik sekolah di tengah-tengah masyarakat.
Alhamdulillah teman saya mau menerima pertimbangan saya. Kemudian, saat itu juga saya menghubungi rekan kantor saya yang mempunyai hubungan dekat dengan Kasek tempat guru itu mengajar. Saya ceritakan masalahnya dan saya memintanya untuk menghubungi kasek tersebut.
Setelah menerima info dari rekan kantor saya, Bapak Kepala Sekolah langsung berkunjung ke rumah teman saya. Dia meminta maaf atas perbuatan anak buahnya. Dia juga memohon agar kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.Teman saya menerima permintaan maaf Bapak Kepala Sekolah dan berjanji tidak akan memproses kasus ini ke pihak berwajib. Namun ia berharap, sekolah memberi sanksi kepada guru yang bersangkutan. Agar kasus ini tidak terulang lagi.
Dengan pertimbangan yang matang serta hasil musyawarah, pihak yayasan akhirnya mengambil keputusan memecat sang guru. Sikap tegas ini diambil karena perbuatan sang guru sudah melewati batas. Juga agar mejadi pelajaran bagi guru-guru yang lain agar bisa lebih sabar dan menghindari kekerasan dalam mendidik murid-muridnya.
Sang guru mengakui kesalahannya. Dia legowo menerima keputusan itu. Dia juga bersyukur karena kasusnya tidak diproses secara hukum.
Dengan kesabaran pihak korban dan ketegasan pihak yayasan, konflik ini akhirnya dapat terselesaikan dengan cepat. Nama baik sekolah terjaga dan sang guru tak perlu mendekam di penjara.
# Bondowoso, 31032017
Oleh: Febry Suprapto (Guru MTs/MA Al Ishlah Dadapan Bondowoso)
Ceritanya, sang guru sedang menulis di papan tulis. Suasana kelas ramai dan gaduh. Namun, sang guru tetap saja menulis. Dia fokus ke papan tulis. Tidak lama kemudian, anak teman saya maju mendekatinya. Dia ingin bertanya tentang tulisan sang guru yang menurutnya kurang jelas. Tetapi malang baginya. Bukan jawaban yang diterima, tapi tamparan keras berkali-berkali dari sang guru. Gurunya mengira, murid tersebut adalah sumber kegaduhan karena keluar dari tempat duduk dan berjalan-jalan di dalam kelas. Prasangka yang berakibat fatal.
Selain memposting foto anaknya, teman saya juga meminta masukan dari saya. Yaitu, perlukah kasus ini dilaporkan ke polisi atau tidak. Saya memintanya untuk tidak melaporkannya. Saya juga menasehatinya agar bersabar dan menahan diri.
Tentu ini dengan berbagai pertimbangan. Pertama, Guru tersebut adalah salah satu tokoh masyarakat. Kasihan sekali jika harus mendekam di penjara. Saya yakin, ia khilaf saat melakukan pemukulan itu. Kedua, Sekolah tempat anak teman saya belajar adalah salah satu sekolah swasta Islam favorit di kota kami. Jika kasus ini dilaporkan ke pihak berwajib, tentu akan mencoreng nama baik sekolah di tengah-tengah masyarakat.
Alhamdulillah teman saya mau menerima pertimbangan saya. Kemudian, saat itu juga saya menghubungi rekan kantor saya yang mempunyai hubungan dekat dengan Kasek tempat guru itu mengajar. Saya ceritakan masalahnya dan saya memintanya untuk menghubungi kasek tersebut.
Setelah menerima info dari rekan kantor saya, Bapak Kepala Sekolah langsung berkunjung ke rumah teman saya. Dia meminta maaf atas perbuatan anak buahnya. Dia juga memohon agar kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.Teman saya menerima permintaan maaf Bapak Kepala Sekolah dan berjanji tidak akan memproses kasus ini ke pihak berwajib. Namun ia berharap, sekolah memberi sanksi kepada guru yang bersangkutan. Agar kasus ini tidak terulang lagi.
Dengan pertimbangan yang matang serta hasil musyawarah, pihak yayasan akhirnya mengambil keputusan memecat sang guru. Sikap tegas ini diambil karena perbuatan sang guru sudah melewati batas. Juga agar mejadi pelajaran bagi guru-guru yang lain agar bisa lebih sabar dan menghindari kekerasan dalam mendidik murid-muridnya.
Sang guru mengakui kesalahannya. Dia legowo menerima keputusan itu. Dia juga bersyukur karena kasusnya tidak diproses secara hukum.
Dengan kesabaran pihak korban dan ketegasan pihak yayasan, konflik ini akhirnya dapat terselesaikan dengan cepat. Nama baik sekolah terjaga dan sang guru tak perlu mendekam di penjara.
# Bondowoso, 31032017
Oleh: Febry Suprapto (Guru MTs/MA Al Ishlah Dadapan Bondowoso)
0 Response to "Meredakan Konflik Dengan Kesabaran dan Ketegasan"
Post a Comment