-->

KOMUNISME RONTOK DI HADAPAN SYEIKH TAQIYUDDIN AN-NABHANI...!!!



Dakwah Media - Peristiwa ini terjadi di era tahun 1960-an, dimana pada masa-masa itu ideologi komunisme sedang naik daun, digandrungi anak muda. Ideologi ini banyak dianut orang, baik dia individu maupun kelompok (entah berbentuk partai politik, maupun institusi intelektual). Tidak heran jika pada masa-masa itu, partai-partai politik beraliran sosialisme-komunisme begitu laris mendapatkan banyak pengikut. Tidak terkecuali di Indonesia. Hanya saja, peristiwa yang akan diceritakan di sini tidak terjadi di Indonesia, melainkan di Yordania.

Abu Arqam (seorang tokoh Islam di Yordania) bercerita:
Saya ingat satu peristiwa dimana saya berdiskusi dengan salah seorang pengikut komunis, dia berasal dari keluarga al-Ja’bari. Saat itu, saya belum mempelajari komunisme sebagaimana seharusnya, atau belum mempelajari komunisme secara objektif. Sebagian pemikiran komunis yang saya ketahui adalah ide tentang dialektika (salah satu ide paling mendasar dari ajaran komunisme).

Orang komunis itu (al-Ja'bari) berkata kepada saya, “Anda tidak paham apapun tentang komunisme atau sosialisme. Saya ingin berdiskusi dengan syaikh Anda, biar nanti dia bisa meyakinkan saya, atau sebaliknya, sayalah yang meyakinkan dia.” Lalu spontan saya katakan kepadanya, “Apakah Anda siap bertemu dengan beliau?” Lalu dia mengiyakan.

(Maksudnya, al-Ja'bari ingin menguji sejauh apa pemahaman syaikhnya Abu Arqam terhadap ideologi komunisme yang dianut al-Ja'bari. Sebab, syaikh tersebut termasuk orang yang sangat keras mengkritis ideologi komunisme yang saat itu sedang jaya-jayanya)

Kemudian saya bawa al-Ja’bari ke Damaskus (ibukota Suriah) tempat dimana syaikh saya berada, yaitu Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani.

Begitu sampai di Damaskus, saya dibawa oleh seseorang yang bernama Nimr al-Mishri ke rumahnya. Kami duduk di salah satu ruangan. Lalu Nimr al-Mishri memberitahukan kepada kami, kapan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani akan datang.

Lalu datanglah seorang laki-laki dari Yordania. Kedatangannya khusus untuk menemui Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani. Ada juga yang berasal dari kota Homs dan Libanon. Hingga terkumpul sekitar 15 orang. Semuanya datang untuk menemui Abu Ibrahim (Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani).

Persis di waktu yang dijanjikan, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani benar-benar datang. Saya duduk tepat di dekat pintu. Beliau datang menyalami kami, dan ketika memegang tangan saya beliau berkata, “Penjahit fulan, dari keluarga fulan, dari al-Khalil (Hebron)?” Lalu saya mengiyakan, dan beliau memeluk saya dengan sangat erat. Setelah itu beliau menyalami yang lain. Lalu beliau duduk di barisan paling akhir karena beliau menolak menempati tempat duduk orang yang sudah hadir.

Lalu beliau bertanya kepada hadirin, “Apa yang Anda inginkan dari saya?” Ketika itu saya memberitahukan maksud kedatangan saya. Kemudian beliau menghadap al-Ja’bari, lalu berkata, “Saya akan berbicara tentang tiga ideologi dan bukan hanya sosialisme saja. Saya akan mulai dengan membicarakan ideologi kapitalisme, kemudian sosialisme dan termasuk juga komunisme, dan setelah itu tentang ideologi Islam. Karena di dunia saat ini hanya ada tiga ideologi itu. Sebaiknya selama pembicaraan saya, Anda menuliskan komentar dan pertanyaan Anda. Setelah saya menyelesaikan pembicaraan saya, silahkan Anda bertanya tentang apa pun.”

Lalu beliau mulai membicarakan tentang ideologi kapitalisme. Beliau menguraikannya secara detail tentang: apa itu kapitalisme, bagaimana berkembangnya, bagaimana pandangan para ahlinya, apa saja perbedaan dan persamaan aliran-aliran di dalam kapitalisme, dan sebagainya.

Kemudian beliau mulai membicarakan sosialisme, termasuk juga komunisme. Dijelaskan oleh beliau pandangan-pandangan dan pemikiran Karl Marx, Lenin, dan yang lainnya. Beliau tidak meninggalkan satu hal pun yang tercakup di dalamnya. Beliau menjelaskannya secara luas, jelas, dan rinci. Lalu beliau mulai beralih membandingkan sosialisme dengan kapitalisme, apa yang sama dan apa yang berbeda di antara kedua ideologi tersebut. Beliau menguraikannya dengan sangat jelas dan detil.

Setelah tidak ada yang perlu dijelaskan lagi di antara kedua ideologi tersebut, beliau beralih membicarakan ideologi Islam. Di dalam pembicaraan kali ini beliau membantah pandangan-pandangan dan teori-teori ideologi kapitalisme dan sosialisme. Beliau mengkritiknya, menjelaskan keburukan-keburukannya, dan kegagalan keduanya dengan sangat jelas, sampai pembicaraan berakhir, dan beliau pun diam. Kemudian beliau menatap al-Ja’bari (orang komunis itu) dan berkata, “Silahkan sekarang Anda bertanya tentang apa saja yang Anda inginkan.”

Ternyata tidak ada yang dilakukan oleh al-Ja’bari selain berdiri dan berkata, “Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Demi Allah, saya akan menanggalkan marxisme. Orang-orang memahami marxisme seperti yang Anda katakan. Tetapi tidak, lebih dari itu, orang-orang komunis jika ingin lebih memahami marxisme, seharusnya datang kepada Anda.”

Setelah itu saya (Abu Arqam) dan al-Ja’bari kembali ke al-Khalil. Sejak saat itu, al-Ja’bari menjadi pengikut Syaikh An-Nabhani, dan beliau adalah orang yang sangat aktif berdakwah. Beliau (Ustadz al-Ja’bari) tetap aktif berjuang di jalan dakwah sampai sekarang, sekalipun usianya sudah senja. Semoga Allah memberikan balasan sebaik-baiknya kepada beliau.

Setelah menjadi aktivis dakwah, Ustadz al-Ja’bari mendapatkan permusuhan dari keluarganya yang masih menganut komunisme. Pada suatu malam, keluarga al-Ja’bari mengirimkan dua orang bayaran untuk menemui Ustadz al-Ja’bari. Setelah menemuinya, seketika itu beliau dipukul oleh dua orang yang tidak dikenalnya itu, hingga menyebabkan tulang kakinya patah. Beliau kemudian masuk rumah sakit di al-Khalil.

Setelah peristiwa itu, Ustadz al-Ja'bari keluar dari Yordania, karena berbagai tekanan yang beliau hadapi, baik dari keluarga, masyarakat, maupun yang lainnya. Beliau pindah ke Arab Saudi dan bekerja di sana. Tetapi di sana pun beliau ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar (tanpa bukti). Kemudian beliau dideportasi dan dikembalikan ke Yordania. Sekarang beliau masih hidup dan tetap memenuhi janjinya dan beraktivitas dakwah tanpa kenal lelah.

Kisah Abu Arqam ini disarikan dari kitab Ahbabullah (Kekasih-kekasih Allah), memoar Syaikh Thalib Awadhallah.

Dengan memahami peristiwa di atas, terdapat hal menarik dari Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ketika menyerang ideologi komunisme, yaitu beliau mengkritik ideologi sesat itu dari sisi ide-ide yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, beliau mengkritik ideologi komunisme dari hal yang paling mendasar dari ideologi tersebut, sampai-sampai orang komunis itu (al-Ja'bari) tersadarkan dari kesalahan-kesalahannya. Bisa dibayangkan, seandainya pemahaman Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia, maka komunisme akan hancur.

Oleh : Rijjal Ghazali

0 Response to "KOMUNISME RONTOK DI HADAPAN SYEIKH TAQIYUDDIN AN-NABHANI...!!!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close