-->

MENERAWANG KHILAFAH



Dakwah Media - Oleh: Nasrudin Joha

Disudut dipan yang terbuat dari kayu, Nasrudin Joha merebahkan badan dan menyandarkan kepalanya. Pikirannya menerawang jauh, ke abad-abad yang hanya ia temui dari lembaran-lembaran sejarah, sahifah dan serat hadits. Sesekali, tangan kanannya meraih stoples yang ada disampingnya, lama sekali ujung tangannya berputar didalam stoples untuk meraih sesuatu. Apa daya, ternyata stoples itu telah kosong, kerupuk selondok itu telah habis, bahkan tidak menyisakan sedikitpun dari remah-remahnya.

Related

Angannya menerawang jauh, di benaknya muncul beberapa pertanyaan:

"jika agama Islam ini adalah agama terbaik, tentu praktik beragama terbaik adalah apa yang di praktikan baginda Nabi SAW".

"Jika agama terbaik ini cukup di praktikan secara individual, tentu Nabi tidak perlu melakukan perjalanan panjang ke Madinah untuk mengemban misi penerapan Islam secara kaffah".

"Jika Islam cukup entitas komunal, tidak perlu negara, tidak perlu tentara, tentulah tidak pernah ada peristiwa badar, Tabuk, khabdak, dan peristiwa heroik lainnya".

"Jika Islam itu cukup untuk orang arab, tentulah para Khalifah sepeninggal nabi tidak perlu melakukan futuhat, mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru alam".

"Tidak perlu ada peristiwa penaklukkan Palestina, Spanyol, Konstantinopel, tidak mungkin muncul tokoh seperti Umar Al Khatab, Thariq bin Ziyad, Muhammad Al Fatih".

"Lantas bagaimana umat Islam abad ini jika ingin mengembalikan kemuliaan Islam sebagaimana mulianya Islam pada generasi nabi dan para sahabat ?".

"Tentulah, umat Islam saat ini harus mempraktikkan Islam sebagaimana praktik Islam yang dijalankan nabi".

"Nabi, sewaktu di Madinah menjalankan dua fungsi. Sebagai nabi yang menerima wahyu dari Allah SWT, sebagai kepala negara yang menjalankan misi mengatur umat berdasarkan waktu yang turun".

"Kepemimpinan yang dijalankan nabi, bukanlah kepemimpinan yang memperoleh mandat dari rakyat. Asal kedaulatan yg diterima nabi adalah kedaulatan wahyu, kedaulatan syara. Benar, salah, pahala, dosa, halal, haram, wajib, sunah, makruh, haram, hukuman, sanksi, semua diterapkan nabi berdasarkan wahyu, baik yang langsung diturunkan melalui Jibril, atau melalui ilham yang diterima nabi".

"Sepeninggal Nabi, kenabian telah putus. Tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Adapun posisi khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), menggantikan posisi nabi dalam urusan kepemimpinan bukan kenabian".

Diskusi di kepala Nasrudin Joha terus berlanjut.

Abu Bakar-Lah, yang melanjutkan pemerintahan Islam pasca wafatnya nabi, dengan berpegang teguh pada konstitusi wahyu Illahi. Abu bakar, tidak pernah membuat penetapan hukum baru yang keluar dari wahyu. Perintah dan larangan Abu Bakar selaku kepala negara sekaligus kepala pemerintahan daulah Islam (Khilafah), selalu disandarkan pada kedaulatan syara' bukan kedaulatan rakyat.

Sampai Abu Bakar menetapkan keputusan untuk memerangi orang orang yang ingkar membayar zakat, karena dalam pandangan Abu Bakar Realitasnya bukan sekedar membangkang tidak membayar zakat, tetapi sudah jatuh pada ingkar para hukum wajibnya membayar zakat. Inilah realitas yang tidak terindera Umar Al Khatab ketika memberi masukan untuk memberikan toleransi kepada para pembangkang.

Abu Bakar dengan lantang mengatakan "aku akan memerangi siapapun yang memisahkan hukum sholat dan wajibnya zakat".

Periode selanjutnya, ketika tampuk kekuasaan dilanjutkan ke pundak Umar, Utsman, Ali, Bani Umayah, Bani Abasiyah, Bani Turki Utsmani, kemuliaan Islam dan kaum muslimin tetap terjaga. Islam telah memberikan pelayanan terbaik, mensejahterakan seluruh umat dan bangsa pada kurun lebih dari sebelas abad lamanya.

Hingga, pada 4 Maret 1924, kekuasaan Islam yang terakhir, Khilafah Turki Utsmani diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Attartuk LA. Sejak saat itulah, hingga hari ini pentas sejarah tidak lagi diperankan umat Islam. Sejak itulah kaum muslimin seperti ayam kehilangan induknya. Tidak ada yang melindungi, tidak ada yang mengurusi, hartanya dijarah, kemuliaannya dihinakan, negerinya dipecah belah.

Muncul kerajaan Arab, Jordan, Republik Iran, kerajaan Kuwait, Qatar, UNI Emirat, Turki sendiri menjelma menjadi Republik. Turki yang sebelumnya menetapkan konstitusi syariah Islam, telah berubah menjadi sekuler dengan menetapkan konstitusi rakyat.

Sejak saat itu derita kaum muslimin tidak terperi. Penjajahan, penindasan, akuisisi Israel atas Palestina, balada tiada akhir di rohingya, perseteruan dengan lain Hindu di India, dan masih banyak lagi. Pendeknya, umat Islam yang mulia jatuh terhina, menjadi onggokan makanan yang dikerubuti oleh seluruh umat dan bangsa.

Alhasil, jika hari ini umat ingin kembali berjaya, ingin mengembalikan kemuliaannya, ingin kembali menjadi pengatur bumi dan penebar rahmat bagi semesta alam, ingin keluar dari penindasan dan memimpin kemakmuran dan kedamaian, maka umat wajib mencontoh generasi rasul dan para sahabat yang berjuang menegakkan negara Islam di Madinah.

Hari ini umat wajib kembali memperjuangkan tegaknya Khilafah, sebagaimana telah dikabarkan nabi akan kembali memimpin dunia, melakukan berbagai penaklukkan, membimbing Umat manusia terbebas dari seluruh penghambatan pada dzat selain Allah SWT dan menghamba hanya kepada Allah SWT semata.

Tantangan selalu ada, hambatan alamiah terjadi, bukan hanya dari kaum Kufar bahkan dari kaum munafikun. Abdulah Bin Ubay bin Salul di abad ini juga banyak bertebaran. Mereka yang mengadu domba, menggerogoti nilai agama, menjual diri dan hartanya untuk memalingkan manusia dari jalan Allah SWT.

Nasrudin Joha tersentak, lamunannya pudar, pikiran dan konsentrasinya menjadi buyar. Sebab, ia baru sadar Disampingnya telah terhidang kopi kapal api nikmat. Aromanya menusuk hidung dan masuk kerongga jantungnya.

Ia menyudahi lamunannya dengan menyeruput secangkir kopi kapal api nikmat yang terhidang disampingnya. [].
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "MENERAWANG KHILAFAH"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close