Jumlah Korban Tewas akibat ‘War on Terror’ AS 10 kali lipat dari yang Dilaporkan oleh Media Selama ini
Dakwah Media - Pada akhir Mei 2017, Physicians for Social Responsibility (PSR) yang berbasis di Washington DC mengeluarkan sebuah studi yang menyimpulkan bahwa jumlah korban tewas dari operasi “War on Terror” yang dipimpin Amerika dapat mencapai dua juta orang sejak serangan 11 September.
Studi yang berjudul “Body Count,” itu berupa laporan setebal 97 halaman yang berisi penghitungan total jumlah korban sipil dari operasi militer yang dipimpin AS di Irak, Afghanistan, dan Pakistan. Tidak mengherankan, media mainstrem telah memberikan perhatian besar pada laporan ini. Pembuat laporan adalah penerima Hadiah Nobel Perdamaian 1985 yang bekerja sama dengan Organisasi Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir, International Physicians for the Prevention of Nuclear War (IPPNW).
Studi tersebut menemukan bahwa dalam banyak kasus, laporan media selama ini “terlalu” meremehkan jumlah korban.
Para peneliti mengungkapkan bahwa angkanya kira-kira 10 kali lipat lebih besar daripada yang diketahui oleh publik, para ahli dan pembuat keputusan dan disebarkan oleh media dan LSM besar.
Laporan tersebut juga menemukan perkiraan korban sebelumnya telah menghilangkan kesalahan dan tanggung jawab orang-orang yang melakukan pembunuhan tersebut. Dalam Perang Irak, PSR menemukan bahwa meskipun “semua ketidakakuratan jawaban masih memungkinkan kesimpulan bahwa sekitar sepertiga dari semua korban kekerasan telah dibunuh secara langsung oleh pasukan pendudukan.”
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya (khususnya Inggris) juga menjadi penyebab utama kematian warga sipil, khususnya setelah invasi 2003. Itulah kehadiran mereka yang membuat kekacauan dimulai, seperti dicatat oleh jurnalis independen Ben Swann:
“Sebelum invasi AS 2003, tahukah Anda berapa banyak serangan bunuh diri yang terjadi di Irak? Tidak ada Dalam sejarah negara itu tidak pernah ada satu pun. Tapi sejak invasi 2003, sudah ada 1.892 serangan. ”
Studi PSR juga menemukan beberapa kelemahan penting dengan sejumlah studi kematian lainnya. Misalnya, sebuah makalah di New England Journal of Medicine mengabaikan area Irak yang menjadi sasaran kekerasan terberat, termasuk Baghdad, ibu kota Irak.
Secara keseluruhan, PSR menduga bahwa angka paling akurat jumlah korban tewas di Irak sejak 2003 sekitar satu juta. Sedangkan korban tewas di Afghanistan sebesar 220.000 dan korban tewas Pakistan sebesar 80.000, PSR menemukan bahwa jumlah kematian akibat “War on Terror” setidaknya 1,3 juta. Namun, PSR menyimpulkan bahwa realita sebenarnya bisa “melebihi dua juta.”
Nafeez Ahmed, seorang wartawan yang dipecat dari Guardian karena mengungkap motif Israel mengebom jalur Gaza pada tahun 2014, juga telah mengumpulkan informasi korban tewas sendiri, ia mencatat bahwa perang di Irak tidak dimulai pada tahun 2003.
“Perang Irak tidak dimulai pada tahun 2003, namun pada tahun 1991 dengan Perang Teluk pertama, yang kemudian diikuti sanksi PBB. ” tulis Ahmed.
PBB yang telah memberikan sanksi kejam ini bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta warga sipil (antara 500.000 dan 600.000 di antaranya adalah anak-anak), Ahmed menemukan bahwa dari tahun 1990 sampai sekarang, AS telah secara realistis membunuh hampir tiga juta warga sipil Irak.
Secara keseluruhan, Ahmed menemukan bahwa jumlah korban tewas dari operasi “War on Teror” yang dipimpin AS sejak tahun 1990 hampir mencapai empat juta – yang sebagian besar pasti Muslim karena Irak, Pakistan, dan Afghanistan adalah negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Menurut wawancara Wilson dengan pejuang ISIS, satu alasan utama radikalisasi mereka bukanlah agama mereka, namun invasi George W. Bush ke Irak.
“Orang Amerika datang,” kata seorang pejuang. “Mereka mengambil Saddam, tapi mereka juga mengambil keamanan kita. Saya tidak menyukai Saddam, saat itu kami kelaparan, tapi setidaknya kami tidak berperang. Ketika Anda datang ke sini, perang sipil dimulai. ‘”
Jika beberapa Muslim melakukan tindakan terorisme yang mengerikan di Barat yang membuat orang Barat membentuk kelompok yang resisten, pastilah orang dapat memahami kengerian dan penderitaan sekelompok orang yang jutaan saudaranya terbunuh dalam dua atau tiga tahun terakhir ini. Dekade yang tidak lebih dari permainan geopolitik demi minyak, uang, dan gas alam.
sumber: http://theantimedia.org/war-on-terror-death-toll/
Studi yang berjudul “Body Count,” itu berupa laporan setebal 97 halaman yang berisi penghitungan total jumlah korban sipil dari operasi militer yang dipimpin AS di Irak, Afghanistan, dan Pakistan. Tidak mengherankan, media mainstrem telah memberikan perhatian besar pada laporan ini. Pembuat laporan adalah penerima Hadiah Nobel Perdamaian 1985 yang bekerja sama dengan Organisasi Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir, International Physicians for the Prevention of Nuclear War (IPPNW).
Studi tersebut menemukan bahwa dalam banyak kasus, laporan media selama ini “terlalu” meremehkan jumlah korban.
Para peneliti mengungkapkan bahwa angkanya kira-kira 10 kali lipat lebih besar daripada yang diketahui oleh publik, para ahli dan pembuat keputusan dan disebarkan oleh media dan LSM besar.
Laporan tersebut juga menemukan perkiraan korban sebelumnya telah menghilangkan kesalahan dan tanggung jawab orang-orang yang melakukan pembunuhan tersebut. Dalam Perang Irak, PSR menemukan bahwa meskipun “semua ketidakakuratan jawaban masih memungkinkan kesimpulan bahwa sekitar sepertiga dari semua korban kekerasan telah dibunuh secara langsung oleh pasukan pendudukan.”
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya (khususnya Inggris) juga menjadi penyebab utama kematian warga sipil, khususnya setelah invasi 2003. Itulah kehadiran mereka yang membuat kekacauan dimulai, seperti dicatat oleh jurnalis independen Ben Swann:
“Sebelum invasi AS 2003, tahukah Anda berapa banyak serangan bunuh diri yang terjadi di Irak? Tidak ada Dalam sejarah negara itu tidak pernah ada satu pun. Tapi sejak invasi 2003, sudah ada 1.892 serangan. ”
Studi PSR juga menemukan beberapa kelemahan penting dengan sejumlah studi kematian lainnya. Misalnya, sebuah makalah di New England Journal of Medicine mengabaikan area Irak yang menjadi sasaran kekerasan terberat, termasuk Baghdad, ibu kota Irak.
Secara keseluruhan, PSR menduga bahwa angka paling akurat jumlah korban tewas di Irak sejak 2003 sekitar satu juta. Sedangkan korban tewas di Afghanistan sebesar 220.000 dan korban tewas Pakistan sebesar 80.000, PSR menemukan bahwa jumlah kematian akibat “War on Terror” setidaknya 1,3 juta. Namun, PSR menyimpulkan bahwa realita sebenarnya bisa “melebihi dua juta.”
Nafeez Ahmed, seorang wartawan yang dipecat dari Guardian karena mengungkap motif Israel mengebom jalur Gaza pada tahun 2014, juga telah mengumpulkan informasi korban tewas sendiri, ia mencatat bahwa perang di Irak tidak dimulai pada tahun 2003.
“Perang Irak tidak dimulai pada tahun 2003, namun pada tahun 1991 dengan Perang Teluk pertama, yang kemudian diikuti sanksi PBB. ” tulis Ahmed.
PBB yang telah memberikan sanksi kejam ini bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta warga sipil (antara 500.000 dan 600.000 di antaranya adalah anak-anak), Ahmed menemukan bahwa dari tahun 1990 sampai sekarang, AS telah secara realistis membunuh hampir tiga juta warga sipil Irak.
Secara keseluruhan, Ahmed menemukan bahwa jumlah korban tewas dari operasi “War on Teror” yang dipimpin AS sejak tahun 1990 hampir mencapai empat juta – yang sebagian besar pasti Muslim karena Irak, Pakistan, dan Afghanistan adalah negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Menurut wawancara Wilson dengan pejuang ISIS, satu alasan utama radikalisasi mereka bukanlah agama mereka, namun invasi George W. Bush ke Irak.
“Orang Amerika datang,” kata seorang pejuang. “Mereka mengambil Saddam, tapi mereka juga mengambil keamanan kita. Saya tidak menyukai Saddam, saat itu kami kelaparan, tapi setidaknya kami tidak berperang. Ketika Anda datang ke sini, perang sipil dimulai. ‘”
Jika beberapa Muslim melakukan tindakan terorisme yang mengerikan di Barat yang membuat orang Barat membentuk kelompok yang resisten, pastilah orang dapat memahami kengerian dan penderitaan sekelompok orang yang jutaan saudaranya terbunuh dalam dua atau tiga tahun terakhir ini. Dekade yang tidak lebih dari permainan geopolitik demi minyak, uang, dan gas alam.
sumber: http://theantimedia.org/war-on-terror-death-toll/
0 Response to "Jumlah Korban Tewas akibat ‘War on Terror’ AS 10 kali lipat dari yang Dilaporkan oleh Media Selama ini"
Post a Comment