-->

Nasionalisme, Pemersatu atau Pemecah belah?


Orang sering berpikir bahwa nasionalisme akan menyatukan masyarakat. Pendapat itu tidak semua salah, akan tetapi banyak fakta yang justru bertentangan dengan pikiran tersebut. Timor Timur lepas dari Indonesia karena nasionalisme-nya orang Timor Timur. Mereka merasa sebagai bangsa yang berbeda dari bangsa Indonesia. Meskipun, memang ada banyak faktor lain yang mendorong mereka lepas dari Indonesia. Papua juga ingin lepas dari Indonesia, salah satunya, karena merasa sebagai bangsa yang berbeda. Aceh juga demikian. Dan bisa jadi akan disusul yang lain.
Bahkan konon katanya, di Indonesia terdiri lebih dari 300an suku bangsa, yang terbanyak adalah bangsa jawa, lalu sunda, lalu batak, lalu madura, lalu betawai dan seterusnya. Jika memang yang digembar-gemborkan isu sektarian seperti nasionalisme, bisa jadi bangsa-bangsa yang ada akan bangkit rasa nasionalisme terhadap bangsanya sendiri-sendiri. Dan jika ini terjadi, Indonesia akan pecah jadi lebih dari 300 negara. Sekedar contoh, secara ilmiah, sangat sulit mencari justifikasi bahwa orang jawa merupakan satu bangsa dengan orang papua. Kalau papua dengan papua nugini, bahkan lebih mudah mencari justifikasi bahwa mereka adalah satu bangsa. Ciri paling mudah adalah kulit dan rambut mereka. Tapi, justru papua menjadi bagian dari Indonesia dan terpisah dari papua nugini. Jadi, nasionalisme (isme atas dasar nation) sebetulnya bukan pemersatu, tapi justru pemecah belah.
Bagi umat Islam, nasionalisme juga terbukti telah membawa perpecahan di tubuh umat Islam. Umat ini pecah karena masing-masing membanggakan bangsanya sendiri-sendiri. Mereka tidak mau dipimpin kecuali oleh orang sebangsanya sendiri, mereka tidak merasa saudara jika bukan dengan bangsanya sendiri. Mereka merasa memiliki nasib yang berbeda, jika memiliki bangsa yang berbeda.
Bangsa arab merasa lebih hebat dari bangsa lain, sehingga mereka tak mau dipimpin oleh bangsa lain, misalnya seperti turki. Orang turki merasa lebih hebat dari bangsa lain, termasuk arab. Sehingga mereka tak mau dibebani untuk ngurus orang arab. Inilah yang membuat khilafah islamiyah pecah belah. Di arab muncul gerakan arabisme yang membanggakan kearabannya, di turki muncul gerakan turki fatah, yang dibakar oleh nasionalisme turki. Akhir dari semua kebanggaan isme tadi, adalah pecah belahnya dunia islam. Dan isme ini pula yang menghalangi mereka bersatu hingga detik ini.

Related

Rasulullah saw., saat melakukan haji wada’ (pamungkas) menegaskan pula, “Sesungguhnya darah-darah kalian dan kehormatan kalian haram (untuk dilanggar) oleh kalian, kecuali dengan hak Islam. Tiada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab dan tidak keutamaan bagi non-Arab atas orang Arab; tidak ada keutamaan bagi orang berkulit putih atas kulit hitam dan tidak pula orang berkulit merah atas kulit putih, melainkan dengan taqwa. Kalian semua berasal dari Adam. Sedangkan Adam berasal dari tanah.” Ya benar Rasulullah, kita semua adalah anak cucu Adam. Tidak ada manusia di dunia ini, kecuali dia adalah keturunan Adam. Jadi, sebenarnya tidak ada perbedaan manusia, dilihat dari asal-usul keturunannya.
Memang persatuan harus ada titik yang menyatukan. Yang menyatukan bisa saja berupa figur tokoh tertentu, kesamaan kepentingan, kesamaan nasib, kesamaan bangsa, dan pemahaman tertentu tentang kehidupan (ideologi). Jika persatuan disatukan oleh figur, maka begitu figur meninggal, selesai sudah persatuan. Jika persatuan karena nasib yang sama, begitu nasib sudah berbeda, maka persatuan juga akan hilang. Jika persatuan karena kepentingan, maka jika kepentingannya tidak tercapai, maka akan hancur persatuan itu dan yang muncul adalah perang untuk memperebutkan kepentingannya.
Jika persatuan dikarenakan kesamaan bangsa, memang hal ini bisa saja terjadi. Tetapi hal ini akan membuat konflik dengan orang dengan bangsa yang berbeda. Lihatlah konflik antar suku. Itu semua adalah karena nasionalisme. Ada yang mengatakan bahwa nasionalisme lebih luas dibanding dengan sukuisme. Pertanyaannya, seluas apa? Seluas tanah jawa? Seluas kalimantan, seluas kalimantan? Seluas Indonesia? Seluas Asia? Seluas apa? Siapa yang mendefinisikan luasnya nasionalisme? Jika kita bersatu dengan orang kalimantan, mengapa kita tidak bersatu dengan kelimantan sebelah utara (malaysia)? Kalau kita lihat peta, pasti kita akan bingung, mengapa terkadang dalam satu pulau ada banyak negara, dan terkadang ada satu negara dengan banyak pulau?
Namun, jika persatuan karena pemahaman tentang kehidupan (ideologi), maka mereka akan tetap bersatu meskipun kepentingannya, nasibnya, dan bangsanya berbeda-beda. Di dunia ini ada tiga ideologi, yaitu kapitalisme, sosialisme dan islam. Dua ideologi (kapitalisme dan sosialisme) digagas oleh manusia yang penuh dengan kepentingan pribadi, kelompok dan bangsanya, hanya ideologi islam yang datang dari Tuhan pencipta alam.
Dalam islam orang tak akan pusing dengan siapa yang jadi pemimpin, apakah bangsa jawa, bangsa arab, bangsa cina, bangsa turki atau yang lain. Yang penting pemimpin itu benar dan menjalankan kepemimpinan seperti ajaran yang mereka pahami, yaitu islam. Ini persis seperti saat kita sholat, kita tak peduli mereka orang mana, bangsa apa, kaya atau miskin, dan lain-lain, yang penting bagi kita selama imam itu menjalankan syarat rukun-nya imam, maka kita tetap akan menjadi makmum yang baik.
Tak ada nasionalisme dalam sholat, juga tak ada nasionalisme dalam islam. Nasionalisme hanya ada pada masyarakat yang masih dibakar sentimen kebangsaannya yang sempit.
Wallahu a'lam
Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Nasionalisme, Pemersatu atau Pemecah belah?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close