Hukum jual beli dan memanfaatkan pupuk dari kotoran hewan
meskipun ‘ulama madzhab Syafi’i menyatakan jual beli pupuk yang najis adalah tidak sah, namun mereka membolehkan memanfaatkan pupuk yang najis untuk menyuburkan tanah.:::
Para ‘ulama berbeda pendapat tentang hukum kotoran binatang, tulisan ini akan membahas/mengutip pendapat para ‘ulama tentang kotoran binatang dari sisi kenajisannya, keabsahan jual belinya dan pemanfaatannya.
Kenajisannya
Ulama Madzhab Hanafi & Syafi’i: kotoran hewan, baik hewannya haram dimakan maupun hewan yang halal dimakan adalah najis[1].
Ulama Madzhab Maliki dan Hanbali, dan sebagian Syafi’iyyah: hewan yang halal dimakan, kotorannya tidaklah najis, adapun hewan yang haram dimakan, maka kotorannya adalah najis[2].
Hukum Menjualbelikannya
Ulama Madzhab Hanafi: membolehkan memperjualbelikannya secara mutlak (bukan untuk dimakan), alasannya kesepakatan penduduk dalam setiap masa atas kebolehan menjual belikannya, tanpa ada pengingkaran[3].
Ulama Madzhab Maliki berbeda pendapat; ada yang melarang, ada yang membolehkan secara mutlak, dan ada yang membolehkan kalau darurat[4].
Ulama Madzhab Syafi’i: jual beli kotoran binatang adalah bathil dan harganya adalah haram, baik binatangnya halal dagingnya atau haram[5].
Ulama Madzhab Hanbali: jual beli kotoran binatang yang dagingnya halal adalah sah, sedang kotoran binatang yang dagingnya haram adalah tidak sah[6].
Hukum Memanfaatkannya
Bagi yang membolehkan memperjualbelikannya, maka memanfaatkannya untuk menyuburkan tanah adalah boleh.
Adapun dalam madzhab Syafi’i, meskipun ‘ulama madzhab Syafi’i menyatakan jual beli pupuk yang najis adalah tidak sah, namun mereka membolehkan memanfaatkan pupuk yang najis untuk menyuburkan tanah[7].
Di sisi lain, walaupun jual beli pupuk yang najis tidak sah, namun ulama Syafi’iyyah membolehkan perpindahan hak atas pupuk dari satu orang ke orang lain, misalnya penyedia pupuk berkata : “Aku lepaskan hakku atas pupuk ini dengan harga sekian”, lalu orang yang membutuhkan mengatakan “saya terima”. Maka sah, namun kalau dengan akad : “saya jual…” tidak sah[8]. Allahu A’lam. [M. Taufik.N.T]
[1] روضة الطالبين 1 / 16، وبدائع الصنائع 1 / 80، والفتاوى الخانية بهامش الهندية 1 / 19، والفتاوى الهندية 1 / 46
[2] الشرح الصغير مع حاشية الصاوي عليه 1 / 47، وجواهر الإكليل 1 / 9
[3] رد المحتار 19/ 238 : Imam Al-Hashfaky berkata:
وَيَجُوزُ بَيْعُ السِّرْقِينِ وَالْبَعْرِ وَالِانْتِفَاعُ بِهِ وَالْوُقُودُ بِهِ
“Boleh menjual pupuk dan kotoran hewan dan memanfaatkannya dan menjadikannya sebagai bahan bakar”
[4] Mawsu’ah Al Fiqhiyyah al Kuwaytiyyah (23/214):
وَذَكَرَ ابْنُ عَرَفَةَ فِي بَيْعِ الزِّبْل ثَلاَثَةَ أَقْوَالٍ لِلْمَالِكِيَّةِ:
أ – الْمَنْعُ، وَهُوَ قِيَاسُ ابْنِ الْقَاسِمِ لِلزِّبْل عَلَى الْعَذِرَةِ فِي الْمَنْعِ عِنْدَ مَالِكٍ.
ب – الْجَوَازُ، وَهُوَ قَوْلٌ لاِبْنِ الْقَاسِمِ.
ج – الْجَوَازُ لِلضَّرُورَةِ، وَهُوَ قَوْل أَشْهَبَ. وَتُزَادُ الْكَرَاهَةُ عَلَى ظَاهِرِ الْمُدَوَّنَةِ وَفَهْمِ أَبِي الْحَسَنِ. هَذَا وَالْعَمَل عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ عَلَى جَوَازِ بَيْعِ الزِّبْل دُونَ الْعَذِرَةِ لِلضَّرُورَةِ
[5] Imam Al-Mawardi (w. 450 H) menyatakan :
فَأَمَّا مَا كَانَ نَجِسَ الْعَيْنِ كَالْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ وَالْأَرْوَاثِ وَالْأَبْوَالِ، فَلَا يَجُوزُ بَيْعُ شَيْءٍ مِنْهَا
“Adapun apa yang merupakan najis ‘aini (najis secara dzatnya) seperti khomr, bangkai, darah, dan kotoran-kotoran, serta kencing maka tidak boleh menjual sesuatupun dari hal-hal ini”. (Al-Haawi Al-Kabiir 5/383).
Dalilnya adalah hadits riwayat Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah bersabda:
« لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ » ثَلاَثًا « إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْهِمُ الشُّحُومَ فَبَاعُوهَا وَأَكَلُوا أَثْمَانَهَا وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَىْءٍ حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ ».
“Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi -Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali-, sesungguhnya Allah telah mengharamkan lemak atas mereka, kemudian mereka menjual dan memakan hasil penjualannya. Sungguh, jika Allah telah mengharamkan suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Allah pun mengharamkan hasil penjualannya.” (H.R Abu Dawud).
[6] كشاف القناع 3 / 156، والشرح الكبير بذيل المغني 4 / 14
[7] Imam an Nawawi, Al-Majmû’ Syarh al-Muhaddzab, 4/448:
فَرْعٌ- يَجُوزُ تَسْمِيدُ الْأَرْضِ بِالزَّبْلِ النَّجِسِ قَالَ الْمُصَنِّفُ فِي بَابِ مَا يَجُوزُ بَيْعُهُ وَغَيْرُهُ مِنْ أَصْحَابِنَا يَجُوزُ مَعَ الْكَرَاهَةِ قَالَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَلَمْ يَمْنَعْ مِنْهُ أَحَدٌ وَفِي كَلَامِ الصَّيْدَلَانِيِّ مَا يَقْتَضِي خِلَافًا فِيهِ وَالصَّوَابُ الْقَطْعُ بِجَوَازِهِ مَعَ الْكَرَاهَةِ
Cabang – Boleh hukumnya menyuburkan tanah dengan kotoran binatang yang najis, mushonnif berkata dalam bab: hal yang boleh dijual dan tidak “Sebagian ashhab as-syafi’i ada yang menghukumi boleh tapi makruh”, Imam al Haramain berkata, “Tidak ada seorangpun yang melarangnya” dan dalam pernyataan as-Shoidalâny menunjukkan yang berbeda, yang benar (hukumnya) boleh tapi makruh.
[8] Hasyiyah Al-Bajuri Ala Fathil Qorib, 1/532:
و يجوز نقل اليد عن النجس بالدراهم كما في النزول عن الوظائف و طريقه ان يقول المستحقله اسقطت حقي من هذا بكذا فيقول الاخر قبلت
0 Response to "Hukum jual beli dan memanfaatkan pupuk dari kotoran hewan"
Post a Comment