Tim Evaluasi Penanganan Terorisme Temui Kejanggalan Kejanggalan Bom Solo
KEJADIAN peledakan bom di Solo oleh pelaku bernama Nur Rohman menjadi perhatian serius aparat Densus 88 dan BNPT.
Tim Evaluasi Penanganan Terorisme menilai adanya inkonsistensi penjelasan Kepala BNPT, Tito Karnavian, yang menyatakan jaringan teror bom bunuh diri di Mapolresta Solo tidak ada hubungannya dengan serangan bom Thamrin pada Januari lalu.
Related
Akan tetapi, sehari sebelumnya, di berbagai media lain muncul ulasan mengenai keterkaitannya dengan bom Thamrin. Sebab, Tito mengemukakan bom bunuh diri di Mapolresta Solo memiliki kaitan dengan peristiwa penyerangan dan bom Thamrin.
“Dua aksi itu dilakukan oleh dua jaringan yang terkait,” ujar Komisioner Komnas HAM yang juga anggota Tim Evaluasi, Hafid Abbas dalam konferensi pers bersama anggota tim di PP Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya, Jakarta, Jum’at (15/7/2016).
“Apabila Nur Rohman masuk sekolah usia 7 tahun berarti ia sudah menjadi teroris ketika duduk di kelas 6 SD atau kelas 1 SMP dan ia dengan mudah dapat ditangkap dengan mendatangi sekolahnya. Perlu disampaikan bahwa jaringan ISIS baru dinyatakan lahir pada tahun 2013,” demikian Hafid.
Seperti diketahui Tim Evaluasi Penanganan Terorisme yang beranggotakan 13 tokoh lintas organisasi akan mengkaji usaha-usaha yang dilakukan oleh aparat keamanan dalam mencegah dan memberantas terorisme.
Tim ini terdiri dari 13 orang yang akan bekerja sama selaam tiga bulan ke depan. Tim ini terdiri dari Busyro Muqoddas, Bambang Widodo Umar, Salahudin Wahid, Trisno Raharjo, Ray Rangkuti, Dahnil Anzar Simanjuntak, Haris Azhar, Siane Indriani, Hafid Abbas, Manager Nasution, Franz Magnis Suseno, Magdalena Sitorus, dan Todung Mulya Lubis. [rn/Islampos/dakwahmediaa]
Plis Like Fanpage Kami ya
0 Response to "Tim Evaluasi Penanganan Terorisme Temui Kejanggalan Kejanggalan Bom Solo"
Post a Comment