-->

Ketika Si Gila Bahlul Mengomentari Kenaikan Harga

Ilustrasi, diambil dari internet


Dakwah Media - Ketika harga-harga naik, seseorang memberi tahu si Gila Bahlul dan memintanya berdo’a, maka Si Gila Bahlul menjawab:


مَا أُبَالِي وَلَوْ حَبَّةٌ[1] بِدِينَارٍ، إِنَّ للَّه عَلَيْنَا أَنْ نَعْبُدَهُ كَمَا أَمَرَنَا، وَعَلَيْهِ أَنْ يَرْزُقَنَا كَمَا وَعَدَنَا [2]


“aku tidak peduli, kalaupun satu biji (gandum) berharga satu dinar (4,25 gram emas), sesungguhnya hak Allah atas kita adalah kita beribadah kepada-Nya sebagaimana Dia perintahkan kita, dan kewajiban Dia adalah memberi rizki kepada kita sebagaimana Dia telah janjikan” (Adz Dzahaby (w. 748 H), Târîkhul Islam wa Wafayâtu al Masyâhiri al A’lâm, 12/90, maktabah Syamilah)


***

Nama aslinya adalah Bahlul bin ‘Amr atau Wuhaib bin ‘Amr[3], seorang “sufi” yang hidup pada masa Khalifah Harun ar Rasyid, kadang sering menangis sendiri, tertawa sendiri, bicara sendiri, hingga orang-orang menggelarinya si gila (al majnûn), namun tidak sedikit kata-katanya yang penuh hikmah, hingga beliau dimuat biografinya dalam kitabnya imam Adz Dzahaby ini, juga di kitab ‘Uqalâ-u al Mâjânîn.

Diantara perkataan Bahlul adalah:


مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ أَكْبَرَ هَمِّهِ أَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً.


Siapa saja yang akhirat menjadi perhatian terbesarnya, maka dunia akan mendatanginya (walaupun dia) tidak menyukai (dunia tersebut)

Kemudian dia bersya’ir:

يَا خَاطِبَ الدُّنْيَا إِلَى نَفْسِهِ … تَنَحَّ عَنْ خِطْبَتِهَا تَسْلَمِ
إِنَّ الَّتِي تَخْطُبُ غَرَّارَةٌ … قَرِيبَةُ الْعُرْسِ إِلَى الْمَأْتَمِ


Wahai yang meminang dunia untuk dirinya… menyingkirlah dari meminangnya maka engkau akan selamat

Sesungguhnya orang yang meminang penipu….dekat upacara pernikahannya ke kuburan

***

Ungkapan Bahlul tentang kenaikan harga ini kerap kali menjadi dalil sebagian kalangan untuk menyikapi kenaikan harga-harga, bahwa sikap seharusnya adalah diam sembari meningkatkan ibadah dan memurnikan tauhid. Tidak ada yang salah dengan ungkapan Bahlul tersebut, karena secara ‘itiqad memang demikian, apalagi hal tersebut Bahlul ucapkan pada masa kejayaan khilafah, masa Khalifah Harun ar Rasyid, dimana pengaturan urusan kehidupan masyarakat sudah pada rel yang seharusnya; menggunakan hukum-hukum syari’ah.

Jika pengaturan sudah sesuai ketentuan Allah, namun tetap terjadi paceklik hingga melambungkan harga-harga barang, ya bersabarlah, pada masa Khalifah ‘Umar bin Khattab saja pernah terjadi ‘âm ramadah, masa kelabu karena tidak hujan 9 bulan hingga terjadi kekurangan pangan di Madinah dan sekitarnya.

Namun jika pengaturannya jauh menyimpang dari ketentuan Allah; riba menjalar kemana-mana, aset milik umum dikuasakan ke asing, dan berbagai kemaksiyatan birokrasi merajalela, lalu mengakibatkan berbagai masalah ekonomi, maka ‘itiqad seperti yang disampaikan Bahlul memang tetap tidak berubah, kesabaran dalam menghadapinya juga tetap, namun disamping kesabaran menghadapi kesulitan hidup, harus dibarengi dengan kesabaran untuk menjalankan ketaatan; menjelaskan berbagai penyimpangan pengaturan dari aturan syari’ah!. Allâhu A’lam. [M. Taufik NT]


Maraji'
[1] في الأصل «جبّة» ، والتصحيح من: فوات الوفيات، والوافي بالوفيات

[2] عقلاء المجانين 155، وفوات الوفيات 1/ 229، والوافي بالوفيات 10/ 310

[3] Ada lagi nama Bahlul yang lain, yakni Bahlul bin Mu’arriq, kunyahnya Abu Ghassân, beliau orang yang berbeda dengan Bahlul al Majnûn.

0 Response to "Ketika Si Gila Bahlul Mengomentari Kenaikan Harga"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close