-->

Selamatkan Generasi dari Frustasi


Dakwah Media - “Cekcok dengan Pacar, Wawan Lompat ke sungai Brantas" begitulah judul berita yang di muat di okezone.com 24/1/2017. (http://m.okezone.com/read/2017/01/24/519/1599987/cekcok-dengan-pacar-wawan-lompat-ke-sungai-brantas)

Setelah melihat dan mencermati apa yang telah terjadi, terlebih penulis sebagai warga Jombang. Penulis sangat menyayangkan tindakan yang telah diperbuat oleh wawan, terlebih dia mencoba mengakhiri hidupnya hanya karena persoalan yang sepele. Sungguh ironis, apa yang terjadi di peristiwa ini. Apalagi sampai pada hari ini (27/1) belum juga ada kabar mengenai ditemukannya korban, apakah ia sudah meninggal atau masih hidup. Peristiwa ini sangat menarik perhatian semua mata warga Jombang, terlebih bagi para pemuda-pemudi Jombang. Yang jadi, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana ini bisa terjadi? Kemudian siapa yang harus bertanggungjawab atas kejadian ini? Serta bagaimanakah solusi yang tepat agar hal yang seperti ini tidak terulang lagi? 

Wabah pacaran yang telah nyata-nyata menyebar di tengah-tengah umat sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa umat telah berada pada kran liberalisasi pergaulan. Dan parahnya, hal inipun seolah dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja bagi umat. Jika ada anak laki-laki dan perempuan bukan mahramnya berboncengan naik motor dijaman sekarang telah menjadi sesuatu yang lumrah dan wajar terjadi. Padahal, hal ini adalah perbuatan dosa.

Akibat penerapan sistem kapitalisme neoliberal, generasi makin sekular (jauh dari agama), makin materialistik (hanya mengejar harta), makin hedonistik (hanya mengejar kesenangan duniawi) dan makin individualistik (hanya mementingkan diri sendiri). Akibatnya, ikatan antarindividu makin getas (rapuh), bahkan ikatan keluarga makin lemah; sementara risiko perceraian meningkat. Alhasil, penerapan sistem kapitalisme neoliberal mengakibatkan beban hidup makin berat dirasakan oleh rakyat secara individual. Kapitalisme juga menihilkan peran agama. Akibatnya, penguatan kemampuan seseorang menanggung beban diserahkan kepada orang itu sendiri. Negara tak peduli dengan hal itu. Negara tak peduli dengan keimanan dan ketakwaan rakyatnya.

Tanggung Jawab Siapa?

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang pemimpin (penguasa) adalah pemelihara dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas pemeliharaan urusan mereka.” (HR. Al Bukhari)

Memelihara agama, akal, jiwa dan harta adalah tanggungjawab seorang pemimpin. Oleh karena itu, jika ada sebuah peristiwa seorang remaja bunuh diri maka, orang yang paling bertanggungjawab atasnya adalah pemimpin mereka. Kenapa demikian? Karena pemimpin mereka tidak mampu menjaga akal serta keimanan dari rakyatnya. Bagaimana ini bisa terjadi, sebab pemimpin atas mereka menerapkan demokrasi yang berasaskan sekulerisme di tengah-tengah kehidupan umat. Dimana kita ketahui bersama bahwa sekulerisme ini meniscayakan adanya agama untuk mengatur kehidupan sosial masyarakat. Sehingga ketika sistem sekuler diterapkan maka akan menumbuhkan paham-paham turunan berikutnya, diantaranya adalah paham liberal (kebebasan) dalam kehidupan bersosial. Yang didalamnya ada sebuah ajaran aktivitas yang jelas telah dilarang di dalam islam, yakni aktivitas pacaran. Dari aktivitas inilah, peristiwa itu bermula. Andai penguasa menerapkan sebuah aturan yang melarang aktivitas pacaran dan pada saat yang sama para pemuda-pemudi islam di gembleng dengan ajaran agama dengan benar serta dibuatkan aturan yang bisa mengatur interaksi antar lawan jenis maka, hal ini tak akan pernah terjadi. Disitulah, peran pemimpin dimana mereka bukan hanya sekedar jualan nama saja saat pemilu tiba tapi mereka juga harus memperhatikan setiap keadaan yang dipimpinnya. Memelihara agama, akal, jiwa dan harta orang-orang yang dipimpinnya. 

Para ulama, telah berulang kali menyampaikan di mimbar-mimbar dakwah bagaimana seharusnya menjadi sebagai seorang muslim yang kuat secara keimanan dan ketaqwaan. Namun, apalah daya paham sekulerisme yang bercokol di negeri ini telah membuat liberalisme menjadi semakin menggerogoti keislaman para pemuda-pemudi Islam. Di usia yang masih remaja mereka bukannya memperdalam keilmuan dan keislaman. Tetapi, mereka asyik menghabiskan masa mudanya dengan kegiatan-kegiatan yang sia-sia atau bahkan bisa menjerumuskan mereka ke lubang dosa. Sehingga disinilah peran para ulama yang sesungguhnya, mereka harus berada di garda terdepan dalam menghilangkan paham sekuler dari benak umat sehingga liberalism akan hilang bersamanya. Serta para ulama juga harus senantiasa melakukan kontrol dan koreksi terhadap para penguasa. Agar para penguasa ini tidak membuat kebijakan yang membahayakan aqidah dan keimanan umat. Para ulama harus mendorong para penguasa untuk menerapkan syariah islam secara kaffah, totalitas dalam seluruh kehidupan. Supaya agama, akal, jiwa, harta dan kehormatan kaum muslimin bisa terjaga. Dan jika ini telah dilakukan maka, ulama’ akan benar-benar menjadi pewaris nabi yang sesungguhnya. Yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Khatimah

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya, kejadian semacam ini sudah sangat sering terjadi. Terus dan terus saja berulang. Sungguh, hal ini terjadi karena di terapkannya sistem sekuler di negeri ini hingga menurunkan paham-paham turunannya. Tak terkecuali paham liberal. Sehingga, telah nyata bahwa Indonesia kita benar-benar terancam paham liberalisme pergaulan. Paham liberalisme telah benar-benar mengancam kita, tak terkecuali juga kapitalisme, imperialisme dan komunisme gaya baru. Sudah saatnya, kita sadar dan kembali kepada islam sebagai solusi tuntas atas segala problematika yang terjadi. Menerapkan Syariah islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Ala Minhaj Nubuwwah akan mencegah tindakan ini terjadi sedini mungkin. Sebab Khalifah adalah perisai, ia akan senantiasa melindungi umat dari bahaya apapun yang mengancamnya. Wallahu’alam bish shawab

Oleh : Aziz Rohman (aktivis HTI Jombang)

0 Response to "Selamatkan Generasi dari Frustasi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close