-->

Sekulerisme Ancaman Sejati



Dakwah Media - Tidak banyak yang berubah dari wajah dunia Islam 2016 yang lalu. Indonesia masih diliputi catatan kelam. Masih menjadi objek penjajahan negara-negara kapitalis di bawah komando Amerika Serikat. Umat Islam pun menjadi korban kebijakan. Apa yang terjadi di Indonesia dan seluruh dunia Islam, tidak bisa dilepaskan dari kebijakan dan makar negara-negara imperialis ini yang memusuhi Islam. Tindakan mereka semakin mulus dengan adanya penguasa negeri-negeri Islam yang menjadi kaki tangan Barat. Dan semua itu dikokohkan dengan sistem kapitalisme sekuler yang diadopsi baik secara sadar ataupun terpaksa di negeri-negeri Islam.

2017 adalah tahun politik, pertarungan politik Islam versus sekuler keras dan berkobar panas di antara kalangan tokoh-tokoh nasional. Pemikiran sekulerisme menciptakan pola sikap aneh di kalangan tokoh yang beragama Islam. Seperti Misalnya Megawati mengatakan “Kalau mau jadi orang Islam, jangan seperti orang Arab”. Dan ada juga professor yang mengatakan “Islam atau agama jangan dibela, karena Allah Maha Kuat, dan nggak perlu pembelaan”. Di sisi lain, para tokoh politik Islam yang ikhlas membantah pernyataan para tokoh-tokoh di atas. Seperti halnya Felix Siauw langsung membantah pernyataan ketua umum PDIP itu, menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara Islam Arab dan Islam Indonesia. Yang ada bahwa Islam itu satu, tidak ada perbedaan.

Sekulerisme ditegakkan dengan jalan demokrasi. Demokrasi sarat kelemahan dan kerancuan, bahkan bisa dikatakan sistem yang gagal. Demokrasi gagal merealisasi doktrin mendasarnya yaitu kedaulatan rakyat. Rakyat hanya memiliki otoritas langsung saat pemilu untuk memilih penguasa dan wakilnya di Dewan Legislatif. Itupun otoritas yang telah dibatasi dan diarahkan oleh partai dan kapitalis melalui proses politik yang ada, sebab rakyat hanya memiliki otoritas memilih orang yang sudah disaring oleh parpol dan proses politik. Setelah pemilu, kedaulatan riil tidak lagi di tangan rakyat, tetapi di tangan pemerintah atau penguasa dan anggota legislatif, dan di belakang keduanya adalah para kapitalis. Pasca pemilu, kepentingan elit lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat. Wakil rakyat tidak mewakili rakyat akan tetapi mewakili diri sendiri dan golongannya (partai) dan para kapitalis.

Demokrasi juga gagal menghilangkan aristokrasi yang cirinya kekuasaan dikuasai oleh kaum elit. Dalam praktek demokrasi dimanapun, kekuasaan tetap saja dipegang oleh kaum elit yaitu para kapitalis, elit partai, dan kelas politik. Hal itu sangat kentara. Penguasa dan politisi di negara demokrasi manapun selalu berasal dari dinasti kelas berkuasa secara politik dan ekonomi dan kelompoknya.

Demokrasi merupakan sistem yang rusak dan memproduksi banyak kerusakan. Demokrasi rusak terutama karena pilar utamanya adalah paham kebebasan. Kebebasan inilah yang melahirkan banyak kerusakan di segala bidang; moral, pemerintahan, hukum, ekonomi, dll. Dengan dalih demokrasi dan kebebasan, pornografi, pornoaksi, seks bebas, zina asal suka sama suka, aborsi, peredaran miras, dll tidak bisa diberantas tuntas. Di bidang pemerintahan, korupsi juga menonjol dalam sistem demokrasi. Kebebasan kepemilikan melahirkan sistem ekonomi kapitalisme liberalisme yang membolehkan individu menguasai dan memiliki apa saja termasuk harta milik umum. Kebebasan berpendapat melahirkan keliaran dalam berpendapat sehingga menistakan agama, mencela Rasul SAW, dan menyebarkan kecabulan dan berbagai kerusakan. Kebebasan beragama membuat agama tidak lagi prinsip, orang dengan mudah bisa menodai kesucian agama, mengaku nabi, dsb.

Demokrasi dijadikan alat penjajahan oleh barat atas dunia terutama negeri kaum muslimin. Melalui pembuatan undang-undang, Barat bisa memasukkan bahkan memaksakan UU yang menjamin ketundukan kepada barat, mengalirkan kekayaan kepada barat dan memformat masyarakat menurut corak yang dikehendaki barat. Bahkan tak jarang demokrasi dijadikan dalih untuk langsung melakukan intervensi dan invasi atas berbagai negeri di dunia seperti yang terjadi di Panama, Haiti, Irak, dsb.

Demokrasi pun dijadikan jalan untuk memaksakan UU yang menjamin aliran kekayaan ke Barat dan penguasaan berbagai kekayaan dan sumber daya alam oleh para kapitalis asing. UU Sumber Daya Air, UU Penanaman Modal, UU Minerba, UU Migas, UU SJSN dan BPJS, dan sejumlah UU lainnya yang menguntungkan barat sudah diketahui secara luas pembuatannya disetir dan dipengaruhi oleh barat. Melalui mekanisme demokrasi pula penguasaan atas kekayaan alam oleh asing bisa dilegalkan dan dijamin.

Demokrasi menghasilkan UU diskriminatif dan tidak adil. Sebab dalam demokrasi, UU dibuat oleh parlemen yang sangat dipengaruhi oleh kepentingan. Jadilah UU yang dihasilkan dalam sistem demokrasi lebih banyak berpihak kepada pihak yang kuat secara politik dan atau finansial. Melalui UU dan peraturan yang dibuat secara demokratis, kelas politik dan ekonomi yang berkuasa bisa terus melipatgandakan kekayaannya termasuk dari penguasaan atas kekayaan alam; melindungi kekayaan dari pungutan pajak dan malah mendapat berbagai insentif. Oleh karena itu kita butuh 4 kata : Lawan sekulerisme dengan Islam.

Oleh: Burhan (Syabab HTI Bima)

0 Response to "Sekulerisme Ancaman Sejati"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close