-->

Turbulensi Kasus Ahok



Dakwah Media - Belum selesai dengan dugaan kasus penistaan dan penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agaknya tidak bosan membuat kegaduhan-kegaduhan baru. Belum hilang diingatan kita ketika persidangan ke-8 kasus kasus Penistaan atau Penodaan Agama pada Selasa, 31 Januari 2017 di Gedung Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara. Dimana ahok mengatakan kepada KH. Ma’ruf Amin antara lain:

“Dan saudara saksi saya berterima-kasih, ngotot depan Hakim bahwa saudara saksi tidak berbohong, akhirnya meralat ini, banyak pernyataan tidak berbohong. Kami akan proses secara hukum saudara saksi. Untuk bisa membuktikan bahwa kami memiliki data yang sangat lengkap, termasuk tadi dianggap quorum.”

Related

Selain itu Ahok juga mengatakan kepada Ketua MUI Pusat dengan perkataan yang tidak beradab sama sekali, yakni: “Kalo dalam agama menzholimi hak saya. Dan percayalah sebagai penutup. Yang kalo anda menzholimi saya, yang anda lawan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Esa. Dan saya akan buktikan satu-persatu dipermalukan nanti, terima kasih.” Silahkan bisa simak bukti rekamannya di https://youtu.be/U03hiNjiqwU .

Dengan ucapan kasar dari Ahok kepada Rais ‘Aam PBNU ini, Ahok langsung mendapat respon secara nasional, khususnya dari media-media, netizen-netizen dan juga bahkan dari pihak NU sendiri. Di media-media Ahok banyak diberitakan hingga menjadi viral di media sosial. Begitupun respon dari netizen membuat semakin viral kasus ucapakan Ahok ini.

Belum lagi, respon dari pihak-pihak NU, dimulai dari GP Ansor DKI, bahkan GP Ansor pusat yang mendapatkan pesan untuk bergerak dari GP Ansor daerah agar membela kehormatan dan marwah ulama. Bahkan Ketua Umum PBNU pun ikut merespon dengan mengatakan yang intinya bahwa Ahok sendirilah yang akan rugi, karena warga NU banyak yang tersinggung.

Akhirnya, dengan banyaknya tekanan Ahok pun meminta maaf melalui tayangan video. Dan inilah bukti betapa KH. Ma’ruf Amin begitu terhormat, yakni dengan memaafkan Ahok. Walaupun ummat Islam masih banyak yang marah kepada kelakuan Ahok.

Dengan dimaafkannya Ahok ini, pihak Ahok menganggap bahwa kasus ini telah selesai. Meski proses hukum tentang dugaan penyadapan ilegal bisa jadi akan terus berlanjut. Kita akan menunggu hasilnya nanti.

Anggaplah kasus ini selesai, ternyata ada kasus baru yang membuat dunia maya begitu ramai memperbincangkannya, yaitu pencatutan NU dalam acara Istighosah Kebangsaan Warga Nahdliyin DKI Jakarta yang diadakan di rumah Djan Faridz pada minggu malam (5/2/2017).
Acara tersebut menampilkan logo sehingga seakan diadakan bersama oleh NU secara organisasi. Bahkan dalam salah satu pemberitaan oleh Metro-TV disampaikan dengan tulisan, “Istighosah PBNU Sampaikan Pesan Kebangsaan”, “Ahok Hadiri Istighosah PBNU”, dan “Ketua Umum PBNU dan Ahok Direncakan Hadir.” Sehingga bisa disimpulkan, bahwa acara ini adalah juga acara resmi dari PBNU.

Atas, dasar persitiwa ini maka bantahan pun muncul dari pihak NU. Dalam situs resmi NU Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj menyebut bahwa Istighosah NU di rumah Djan Faridz yang dihadiri Ahok dan dirinya itu tidak benar.

Ketua Umum PBNU membantah berita melalui running text yang disiarkan Metro TV yang ditampilkan Ahad sore (5/2/2017). Di berita itu menyebutkan bahwa Kiayi Said akan menghadiri istighosah oleh salah satu calon gubernut DKI Jakarta.

Kiyai Said mengatakan: “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, menyikapi berita yang disiarkan running text di Metro TV, bahwa istighosah pada tanggal 5 malam, yaitu mala mini, Minggu malam, di rumah Pak Djan Faridz, Jalan Talang dihadiri oleh Ahok dan Ketua Umum PBNU; berita itu sama sekali tidak benar. Sama sekali tidak benar. Sama sekali tidak benar!” jelasnya dikutip NU Online di kediamannya di kompleks Pondok Pesantren Al-Tsaqofah, Ciganjur, Jakarta, Ahad (5/2/2017).

Beliau Kiyai Said pun menegaskan dengan mengatakan, “Kepada warga NU semua, umat Islam pada umumnya, bangsa Indonesia pada umumnya, saya tetap menjaga netralitas sikap PBNU. PBNU tidak berpihak kepada calon gubernur siapa pun dan dimana pun.”

Tidak ketinggalan , PWNU DKI Jakarta juga memberikan dukungan kepada Kiyai Said. “PWNU DKI mendukung pernyataan tegas Ketua Tanfidziah PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, bahwa saudara Ahok bersalah dan masyarakat NU DKI tidak akan memilih Ahok,” demikian keterangan pers Rois Syuriah PWNU DKI Jakarta, KH. Mahfudz Asirun, dan Wakil Ketua Tanfidziah PWNU DKI Jakarta, KH. Munahar Mukhtar. (pojoksatu.id, 6/2)

Maka, kepada masyarakat adanya masalah istighosah ini, semakin menunjukkan bahwa kelakukan Ahok dan timnya memang tidak bisa dijadikan rujukan masyarakat. Padahal dia salah calon pemimpin sebuah propinsi. Dengan demikian ada kontradiksi antara posisi Ahok sebagai calon pemimpin dengan kelakuan dia selama ini.

Belum lagi, adanya dugaan kasus korupsi reklamasi, sumber waras yang menurut banyak pihak Ahok terlibat di dalamnya. Walaupun terhadap kasus ini, aparat hukum hingga sekarang belum bertindak tegas. Namun, fakta-fakta sudah terlempar di tengah-tengah masyarakat.

***

Banyaknya kasus-kasus atau peristiwa yang menimpa Ahok, dimana dampak negative justru di dapat oleh masyarakat. Sebenarnya memberikan gambarakan terang benderang kepada kita semua tentang beberapa hal.

Pertama. Tentang perilaku dari Ahok. Ahok terkenal sering membuat kegaduhan, kemudian meminta maaf. Kemudian membuat kegaduhan kembali, lalu meminta maaf dan seterusnya. Ini tentu sangat tidak baik bagi seorang yang mencalonkan menjadi pemimpin masyarakat.

Kedua. Sistem demokrasi yang semakin terlihat kerapuhannya. Karena selain adanya kelakuan yang tidak baik ditunjukkan oleh para penguasa atau calon penguasa negeri ini. Juga karena sistem yang ada di negeri ini, yakni sistem Demokrasi. Karena secara langsung, sistem Demokrasi inilah yang membuat dan memberikan kesempatan kepada orang-orang seperti Ahok ini tampil untuk memimpin masyarakat. Dan ini adalah berbahaya, dan ini adalah kerapuhan yang ditunjukkan dari Demokrasi.
Maka, jika ingin merubah masalah yang ada, khususnya dalam politik adalah selain ganti orang-orang menjadi yang terbaik, juga ganti sistem Demokrasi yang jelas rapuh ini.

Oleh: Lutfi Sarif Hidayat (Pengamat Media Sosial)

Plis Like Fanpage Kami ya

Related Posts

0 Response to "Turbulensi Kasus Ahok"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close