-->

Hanya Satu Kata: Menang!



Dakwah Media - Dunia tidak pernah sunyi dari pertarungan ideologi. Sebelum Uni Sovyet bubar, Perang Dingin AS vs Sovyet pada dasarnya merupakan perwujudan dari perang ideologi Kapitalisme vs Komunisme. Sekarang, ketika Komunisme hancur dan Kapitalisme tampil sebagai pemenang, geliat ideologi Islam mulai terasa di mana-mana. Geliat itu ditandai terutama oleh seruan-seruan di seputar penegakkan syariah dan institusi pelaksananya, yakni Khilafah.

Dalam tahun-tahun belakangan ini, seruan tentang penegakkan syariah dan Khilafah semakin hari semakin menggema. Bagi Barat, khususnya AS dan Eropa, yang memang merupakan pengusung utama ideologi Kapitalisme, semakin menggemanya seruan penegakkan syariah dan Khilafah—yang berarti menggeliatnya kembali ideologi Islam—jelas tidak bisa dibiarkan, karena akan menjadi ancaman serius bagi ideologi Kapitalisme yang mereka usung pada masa depan.

Ketakutan Barat akan bangkitnya kembali ideologi Islam melalui tegaknya kembali syariah dan Khilafah ini tentu harus disadari oleh seluruh umat Islam. Ketakutan tersebut harus dibaca sebagai pertanda bahwa Barat memang tidak menghendaki tampilnya kembali Islam untuk mengatur dunia ini, sebagaimana dulu, melalui institusi Khilafah Islam.

upaya-upaya sistematis yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dalam upayanya membendung gerakan syariah dan Khilafah di Indonesia. Semoga kita senantiasa waspada dan berhasil membongkar makar-makar mereka. Karena itu, ironis sekali jika ada kalangan Muslim yang justru membenci para pejuang Khilafah dan tidak setuju dunia ini kembali dipimpin seorang khalifah. Jika demikian, apa bedanya mereka dengan sikap negara-negara Barat yang juga membenci syariah dan Khilafah?

Sungguh umat Islam tengah berada pada zaman fitnah yang diselimuti gelap gulita. Dominasi kekufuran kapitalisme telah sukses menjerumuskan umat Islam ke dalam sumur peradaban yang sangat dalam dan gelap. Licinnya dinding sumur dan gelapnya sekitar serta minimnya udara telah dirasakan umat sehingga menimbulkan keputusasaan akut untuk mampu keluar dari sumur yang dalam nan gelap. Belum lagi dalam sumur itu dipenuhi dengan binatang-binatang berbisa yang siap menyerang dan menggigit umat tanpa memberi kesempatan untuk melawan serangan itu.

Di tengah kepungan ancaman yang tak mungkin bisa dilawan ini memunculkan pribadi-pribadi yang penuh dengan keputusasaan di tengah-tengah umat. Pasrah pada takdir menjadi dalih bagi pribadi-pribadi itu untuk menjalani kehidupan yang serba sempit. Logika lemahnya akal manusia dalam melihat kondisi yang tak mungkin bisa keluar dari persoalan rumit ini akhirnya mendominasi benak umat. Bahkan ketika seruan-seruan harapan dikumandangkan mereka pun tak merespon, atau merespon dengan penuh pesimisme, bahkan merespon dengan kalimat-kalimat negatif. Ini semua menunjukkan apatisme yang sampai pada titik nadirnya.

Menapaki jalan syariat Islam merupakan perintah yang tak bisa ditawar-tawar. Ini adalah konsekuensi setiap manusia yang telah memproklamirkan dirinya sebagai seorang muslim. Tak bisa dilaksanakannya syariat merupakan pelanggaran besar bagi seorang muslim, oleh karenanya apabila ada pelaksanaan syariat yang terbengkalai kemunculan ambisi untuk mampu melaksanakannya merupakan sesuatu yang harus ada, ambisi ini tentu harus dalam kendali tuntunan syariat. Dengan dorongan bahwa suatu saat kita akan berdiri di hadapan Allah azza wa jalla untuk mempertanggungjawabkan segala amal yang pernah dilakukan, maka muncullah ketakutan akan amarah-Nya menimpa kita akan kelalaian semasa kesempatan beramal masih ada. Dengan ini ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani hidup pasti akan menjadi sesuatu yang terus menjadi perhatian utama.

Terlepas dari kuatnya hegemoni Kapitalisme demokrasi, sesungguhnya yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Memang benar, kekufuran itu merupakan realita berat dan rumit untuk diatasi. Namun, perintah untuk terus melawan kekufuran adalah mutlak dan wajib ditaati. Tanpa memandang seberapa besar kekuatan musuh dan rumitnya problematika, ambisi untuk mengalahkannya dan memenangkan pertarungan harus muncul sebagai representasi seorang muslim yang berupaya menetapi jalan syariat. Sesuatu yang lebih penting adalah seberapa maksimal kita melayangkan pukulan atas kekufuran, sehingga maksimalnya amal solih untuk meraup pahala sebesar-besarnya yang akan dibanggakan di hari perhitungan amal merupakan prioritas utama dalam bertindak. Dengan dorongan ini maka secara otomatis kecerdasan mencari celah kekuatan musuh serta membangun strategi untuk menumbangkannya akan terus menerus ada. Terlepas akan menghasilkan kemenangan atau tidak, rencana matang untuk memenangkan pertarungan haruslah dipikirkan dan diimplementasikan. Menang atau kalah adalah ketetapan dari-Nya. Sementara merencanakan kemenangan adalah pertanggungjawaban yang akan menjadi kebanggaan di akhirat. Sudahkah anda memahami hakikat perjuangan ini?

Sikap kaum mukmin adalah teguh dengan keyakinan bahwa Allah SWT adalah penolong yang terbaik. Dengan kompleksnya persoalan yang mendera umat saat ini, hanya pertolongan-Nya saja lah yang mampu memporak-porandakan barisan orang-orang kafir. Namun, pertolongan-Nya itu tidak turun begitu saja, dibutuhkan tangan-tangan yang layak untuk menerimanya. Di sini lah antara keyakinan dan amal saling berkaitan. Upaya perjuangan yang maksimal dan lurus mengikuti metode yang ditempuh Rasulullah hanyalah untuk membuktikan kepada-Nya bahwa seorang muslim yang seperti itulah yang layak menerima pertolongan-Nya, sedangkan kemenangan adalah hak prerogatif Allah yang akan Dia berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Di sini bisa kita simpulkan bahwa perjuangan mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah islamiyah dengan hanya mengikuti metode yang ditempuh Rasulullah SAW hanyalah sebagai pembuktian kepada Allah SWT bahwa para pejuang yang seperti itulah yang layak diberi kemenangan. Oleh karenanya dalam perjuangan untuk Islam kita tak perlu mengambil jalan dan metode lain yang tak pernah dilalui Rasulullah semata karena memandang metode itu memiliki peluang kemenangan lebih besar, karena prioritas perjuangan bukan untuk memperoleh kemenangan namun semata kita layak atau tidak mendapatkan kemenangan dari-Nya dengan menempuh jalan yang telah ditetapkan-Nya. Kemudian akankah menang atau kalah, serahkan itu semua kepada Allah. Dia lah yang berhak menentukannya, tentu siapapun yang dipandang-Nya layak menerima kemenangan itu maka tak ada satu pun yang mampu mencegahnya dan tak ada satupun yang mampu melawannya. Dia lah Allah satu-satunya Dzat yang mempergilirkan waktu-waktu kemenangan dan kehinaan. Dia lah satu-satunya Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu. Rencanakanlah kemenangan dan tempuhlah apa yang telah Dia gariskan, tunjukkan kelayakan menerima pertolongan dari-Nya, kemudian yakinlah bahwa kemenangan hanya bagi tiap orang yang lurus berjuang menetapi metode yang telah Dia tetapkan. Ketika kemenangan diberikan maka tak ada satupun yang mampu merampasnya, tak ada satupun yang mampu mengalahkannya. Wallahu A'lam.

Oleh: A. R. Zakarya - Syabab HTI Jombang

0 Response to "Hanya Satu Kata: Menang!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close