-->

Di Mana Bisa Kita Temukan Pemuda Berkelas Mush’ab Bin Umair Di Zaman Ini? (2)


Yang dibutuhkan saat ini adalah pemuda penyelamat, bukan yang sibuk menjadi pengamat




Sambungan artikel PERTAMA


Diabadikan Al-Quran


Kecintaan Mush’ab pada Nabi dan pembelaannya pada Islam ia bawa hingga ajal. Selain dikenal duta pertama nabi di Madinah, ia dicatat sejarah sebagai pembawa Panji Islam di Perang Uhud.


Suatu saat, di Perang Uhud berkecamuk, kaum muslim mengalami kocar-kacir karena kelalaian sekelompok pasukan yang tidak memenuhi perintah Rasulullah. Dalam kondisi genting itu, pasukan Quraisy terus menyerang, mencari dan mengejar Rasulullah untuk membunuhnya. Melihat keadaan seperti ini, Mush’ab bin Umair berinisiatif mengibarkan panji-panji kaum Muslimin dan menebaskan pedangnya ke sana kemari untuk mengalihkan perhatian kaum Quraisy yang mengejar Rasulullah agar menjauh dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wassallam.


Ibnu Sa’ad berkata, “Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-‘Abdari dari bapaknya, ia berkata:


“Mush’ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum Muslimin pecah, Mush’ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya –Mush’ab- hingga putus. Namun ia terus mengucapkan: “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang telah didahului oleh beberapa Rasul.” Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya hingga putus pula. Lalu Mush’ab bin umair membungkuk kearah bendera, lalu kedua pangkal lengannya meraih bendera kedadanya seraya berkata: “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang telah didahului oleh beberapa Rasul.” Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kalinya dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak tersebut pun patah. Mush’ab pun gugur (syahid) dan bendera pun jatuh.” [Dalam Zadul Ma’ad: II/97]


Atas kemuliaannya membela Islam ini, Allah mengabadikannya ucapannya dalam Al-Quran, dalam Surat Ali Imran: 144;


وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئاً وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ


“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul [234]. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” [QS: Ali Imron [3]: 144]


***


Tak banyak pemuda Muslim bermental Mush’ab di zaman ini. Pemuda-pemuda yang rela meninggalkan kemegahan dunia dan menyerahkan ilmu/pikiran dan tenaga –bahkanya nyawanya—untuk membela kemenangan Islam.


Yang banyak kita temui, ratusan pemuda-pemudi Muslim dari kampus-kampus ternama ‘memilih aman’ atau bergabung dengan lembaga yang lebih menjanjikan ‘dunia’ dibanding memilih akherat.


Ribuan sekolah Islam hanya memiliki guru-guru seadanya, sumber daya terbatas dan ujungnya melahirkan kualitas rendah. Banyak lembaga dan organisasi Islam dihuni orang-orang tua yang uzur, setiap hari mereka digencet, dipojokkan dan menjadi bulan-bulan media –bahkan—menjadi korban makar-makar jahat politik , sementara di saat yang sama, jutaan pemuda-pemuda Muslim terbaik justu menyerahkan tenaga, pikiran dan ilmunya pada ‘orang lain’ dan ‘tenaga asing’ bukan untuk kemuliaan Islam.


“Wajarlah Islam di Indonesia tidak maju, wong ormas Islam perilakunya seperti itu”, “Huh, menyedihkan! Bagaimana Islam maju, wong ormas Islam justru seperti itu!”


Sering kita lihat lisan-lisan kaum Muslim tak malu berebut mencela kekurangan kaum Muslim sendiri. Sementara di saat yang sama mereka tidak datang menyerahkan pikiran atau tenaganya. Dan menautkan hati dan pikirannya kepada gerakan Islam lainnya.


Saat ini yang dibutuhkan adalah pemuda/pemudi Muslim yang ikut mengangkat harkat dan martabat umat dan meninggikan kemuliaan Islam.


Sayangnya, mereka masih sibuk menjadi pengamat, bukan menjadi penyelamat.*/AU Shalahuddin






0 Response to "Di Mana Bisa Kita Temukan Pemuda Berkelas Mush’ab Bin Umair Di Zaman Ini? (2)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Plis Like Fanpage Kami ya
close